Part 8
Di kamarnya, Andini mengingat kembali saat dirinya mendekati Bintang Setelah kejadian, ia mencoba mengingat kalung Bintang, namun yang terbayang di ingatan nya' Andini justru mengingat darah segar mengalir di leher Bintang dari kening dan telinga.
Ia juga teringat Bintang memuntahkan darah segar. "Astagfirullah... Kenapa ini, yang aku ingat?! Kenapa aku tidak kebayang kak Bintang memakai kalung? Ya ampun, sudah lah."
Andini mengalihkan pikiran, mencoba berbaring dan tidur setelah sebelumnya dirinya duduk di tepi ranjang tidur.
°°°°°
Setelah menempuh waktu dua jam, Ferry bersama orang tua nya akhirnya sampai di rumah mewahnya.
Ferry berpikir' sejak kapan dirinya memiliki rumah mewah bak istana' sementara yang ia rasa, ia tidak memiliki apapun.
Ferry matanya terpana mengitari luasnya ruangan di dalam rumah, serasa dirinya belum pernah memasukinya. "Ini rumah siapa mah?" Tanyanya dengan bimbang.
"Rumah kita Ferry! sudah' kamu masih sakit, ingatan kamu belum pulih. Sekarang kamu ikut papa mu ke kamar kamu ya... Nanti mamah menyusul."
Ferry akhirnya mengikuti kemauan Anita sang mamah, ia di papah oleh sopir dan papanya menuju kamar miliknya yang berada di lantai dua.
Masuk ke dalam kamar, ia melihat fotonya kembali di atas nakas dan di dinding kamarnya, kamar yang begitu luas yang Ferry rasa seperti belum pernah memasukinya.
"Pa, apa ini tidak salah? Ini kamar siapa pa?" Ferry bertanya pada Yogi.
"Sudah kamu duduk, istirahat Fer, kamu tidak usah memikirkan apa pun! Papa tidak mau kamu sakit semakin parah, gara-gara kamu pusing memikirkan siapa kamu!" Yogi menjawab setelah sampai di ranjang tidur Ferry.
Dengan di bantu sang sopir, Yogi membantu Ferry untuk berbaring di kasurnya yang mewah dan empuk, dengan bantal yang halus dan selimut halus yang tebal.
Ferry benar-benar merasa asing dan seperti orang tak pernah merasakan kemewahan.
"Fer, papa tinggal keluar ya' kamu istirahat, nanti biar mama kamu' temani kamu!"
Ferry diam, hanya sedikit mengangguk.
°°°°°