Bintang untuk Andini

Dinar sen
Chapter #12

Kemarahan Galang

Terik mentari menyinari, kilauan cahaya air laut terpancar karena pantulan sinar matahari yang begitu menyengat. Di tepian pantai, Andini dan Galang berjalan beriringan tak perduli panas terik matahari yang mulai meninggi, menikmati hembusan angin laut yang sepoi-sepoi.

Keduanya larut dalam obrolan tentang masa kecil mereka di panti asuhan, tawa dan canda mereka bergema di antara deburan ombak, nama Bintang pun berhasil berlalu dari pikiran Andini.

Andini, gadis yang diangkat anak oleh Seno dan Ana satu Minggu silam, dan Galang, putra kandung mereka, memiliki ikatan yang kuat. Mereka tumbuh bersama di panti asuhan, berbagi suka duka, dan selalu ada satu sama lain.

Meskipun kini tinggal dalam satu rumah, Andini dan Galang tetap memiliki kedekatan yang istimewa. Mereka sering menghabiskan waktu bersama, berbagi cerita, dan saling mendukung, terlebih Bintang sodara kembar Andini kini telah tiada, bagi Andini Galang kakak kedua yang mampu membuat nya tersenyum dan tertawa.


Hari ini Galang, dengan penuh semangat, mengajak Andini bermain air laut. Ia memeluk Andini dari belakang, membuat Andini tertawa geli.

Dari kejauhan, Seno mengamati mereka dengan perasaan campur aduk. Ia takut Galang jatuh cinta pada Andini, mengingat Andini sudah diangkat anak olehnya.

Seno, seorang pria yang penuh kasih sayang, merasa terbebani dengan perasaan yang rumit. Ia ingin Galang bahagia, namun ia juga khawatir jika Galang jatuh cinta pada Andini, hubungan mereka akan menjadi rumit.

Tiba-tiba, Ana muncul di samping Seno, membawa minuman dingin. Ana, istri Seno yang penyayang, juga memperhatikan Andini dan Galang yang tengah bersenda gurau di tepi pantai. Senyum tipis terukir di wajah Ana, namun matanya menyimpan keraguan.

Ana menyadari bahwa Seno memiliki perasaan yang kuat terhadap Andini. Ia khawatir bahwa persahabatan mereka akan terancam. Ana juga merasa tidak yakin dengan perasaannya sendiri terhadap Andini.

Suasana siang itu terasa hangat karena cuaca tiba-tiba mendung, Ana mengajak Seno untuk duduk sembari memperhatikan Andini dan Galang yang berlarian bak anak kecil.

Terlihat keduanya lari ke arah Seno dan Ana dengan pakaian yang setengah basah kuyup.

"Kalian.... Itu basah semua?" celetuk Ana setelah Galang dan Andini di depannya.

Seno bicara. "Andini, kalian cepat ganti pakaian. Kita makan siang... Ayah tidak bisa berlama-lama. Maaf tiba-tiba ibu Hera memberi pesan, agar ayah datang ke lokasi syutingnya."

Galang menghela nafas, "ah... Ayah ini, masa baru sebentar kita udahan. Gak asik lah...."

"Kamu ini, ayah ada pekerjaan. Pekerjaan Ayah tak seperti kamu' ini juga kamu di minta ikut. Ibu Hera mau ajak kamu pergi bertemu keluarga besar Hendrawan."

Galang melongo, "hah.... Apa? Keluarga Hendrawan? Aduh mampus," ucapnya menepuk jidat.


Seno mengernyit, "loh kenapa? Toh kamu juga anak angkat ibu Hera."


Galang kesal, "nah kan! Ayah mulai lagi.... Aku itu tidak suka ayah! Ini semua karena ayah... Kenapa aku harus jadi anak angkat mereka? Hidupku tidak bebas, apa-apa di atur seenak jidat!"

Ana mengusap punggung Galang, "Galang, jangan bicara seperti itu.... Kasihan ayahmu. Kami tidak ingin kamu membantah... Sudah turuti saja Ayahmu."

Galang mengelak, "halah..." ia pergi meninggalkan Orang tua juga Andini... Andini mencoba mengejar, untuk membujuknya.

Susah payah Andini mengikuti Galang, memanggil berusaha agar Galang berhenti.

Memanggil-manggil Galang akhirnya berhenti dan berbalik badan menegur Andini yang mengikutinya. "Kamu ngapain ngikutin aku! Kamu pikir kamu bisa balik lagi ke ayah dan mamah, kamu belum tahu lokasi sini!"

Andini menunduk. "Aku cuma mau kamu pulang,"

Lihat selengkapnya