Bintang untuk Andini

Dinar sen
Chapter #14

Mengingat satu nama tak lengkap

Malam' Andini merasa gelisah, sudah beberapa hari Galang sering keluar. Bukan tanpa sebab... Galang bersikap demikian karena ribut dengan "Seno" sang Ayah.

Andini duduk termangu sembari memandangi ponselnya di tangan, suasana hening tidak ada obrolan Antara Andini dan Seno di ruang tamu, yang duduk beriringan.

Ingin mendahului obrolan' Andini merasa canggung dan tak enak hati bila harus berikut campur.

"Ayah... Banyak diam' mamah juga sama, aku harus bagaimana? Semua pusing memikirkan kak Galang!" Batin Andini.

Sementara, Seno sedikit melirik pada Andini, hatinya kacau tak karuan. Membiarkan Galang untuk tak kembali pada keluarga Sultan' Seno terancam tuduhan oleh Hera, sementara Galang adalah putra kandungnya sendiri.

di pikiran lain, jika membocorkan kebenaran siapa Hera pada Andini' Seno akan dibenci Andini juga Galang dan Ana' sang istri.


Keringat dingin membasahi pelipis Seno. Dilema ini menggerogoti batinnya. Ia melirik Andini lagi, putrinya yang polos dan penuh kasih sayang, meski anak angkat. Bagaimana ia bisa menghancurkan dunia indah Andini dengan kenyataan pahit tentang Hera? Rahasia itu bagai bom waktu yang siap meledak kapan saja, menghancurkan keluarganya yang rapuh.

Andini akhirnya memecah keheningan. “Ayah…,” panggilnya lirih, suaranya bergetar. “Kak Galang… apa dia baik-baik saja?”

Seno menghela napas berat. “Dia baik-baik saja, Nak,” jawabnya, suaranya terdengar hampa. Kebohongan itu terasa pahit di lidahnya.

“Tapi kenapa dia tidak pulang, Yah?” Andini menatap ayahnya dengan mata penuh harap. “Apa Ayah bertengkar dengannya lagi?”

Seno terdiam. Ia mengusap wajahnya dengan kasar. “Hanya sedikit salah paham, Nak,” kilahnya. “Nanti juga dia pulang.”

Andini tidak sepenuhnya yakin. Ia merasakan ada sesuatu yang disembunyikan ayahnya. Namun, ia memilih untuk diam. Ia tak ingin menambah beban pikiran ayahnya.

Tiba-tiba, pintu rumah terbuka. Ana, istri Seno, masuk dengan wajah letih. Ia langsung menghampiri Seno dan Andini.

“Bagaimana? Ada kabar dari Galang?” tanyanya cemas.

Seno menggeleng lemah. Ana menghela napas panjang, lalu duduk di samping Andini, menunduk sedih. Andini merangkul, memberi semangat, memberikan kekuatan dan dukungan.

“Sabar ya, Mah, mungkin kak Galang butuh ketenangan.” kata Andini lembut. “Kak Galang, pasti akan pulang.”

Ana mengangguk pelan, air matanya mulai menggenang. Ia merindukan Galang. Ia merindukan keluarga mereka yang dulu, yang selalu ceria dan penuh kebahagiaan, meski Galang terkadang tak bersama mereka.


Kini, semuanya terasa berbeda. Ada ketegangan, ada rahasia, ada ketakutan yang menggantung di udara.


Malam semakin larut. Hening kembali menyelimuti rumah keluarga Seno. Masing-masing tenggelam dalam pikirannya sendiri, dihantui bayang-bayang Galang dan rahasia yang disembunyikan Seno.

Lihat selengkapnya