Bintang untuk Andini

Dinar sen
Chapter #16

Pertemuan Andini

Sesuai permintaan Galang, akhirnya Andini datang ke perusahaan tempat Galang bekerja. Karena merasa malu dan tidak terbiasa berada di lingkungan besar seperti itu, Andini meminta Danu untuk menemaninya menunggu di depan gedung.


Menatap tinggi dan megahnya bangunan yang berdiri di depannya membuat Andini kagum. Ia belum pernah melihat gedung setinggi itu secara langsung. Di balik rasa kagumnya, ada juga perasaan canggung dan rendah diri. Ia sadar dirinya hanyalah gadis dari kota kecil yang baru pertama kali datang ke Jakarta.


Tak ingin menunggu terlalu lama, Andini mencoba menelepon Galang untuk memberi tahu bahwa dirinya sudah berada di depan kantor.


“Din, kakak tirimu itu ngapain sih nyuruh kita datang ke sini? Jangan-jangan mau mempermalukan kita?” gerutu Danu yang duduk di atas motornya, sambil menatap sekitar dengan gelisah.


Andini yang berdiri membelakanginya menoleh dan menegur lembut, “Hus! Jangan bicara begitu, Danu. Kakak bilang, dia mau kasih kejutan.”


“Heleh, sok banget. Kalau sampai bikin malu, sumpah, aku bikin dia nyesel!” omel Danu kesal.


Andini menatapnya dengan kesal. “Heh! Kamu ini ya… bisa diam sebentar nggak? Aku mau telepon Kak Galang dulu.”


Danu hanya menghela napas dan menggaruk kepala yang tidak gatal, sementara Andini sibuk dengan ponselnya. Tak lama, teleponnya diangkat oleh Galang.


“Din, tunggu ya. Kakak mau turun. Oh iya, sebentar lagi kamu bakal lihat seseorang yang mungkin kamu kenal. Perhatikan mobil sport hitam yang terparkir di halaman. Kakak akan turun sebelum orang itu sampai,” kata Galang di seberang sana.



---


Beberapa menit kemudian, Andini terlihat mondar-mandir gelisah. Danu mulai jengkel.

“Din, kakakmu itu waras nggak sih? Kita disuruh nunggu kayak orang nganggur begini. Aku bolos kerja, malah dijemur di sini. Mana dari tadi diliatin satpam, kayak maling aja!” omelnya.


Andini menatapnya tajam. “Kamu bisa diam nggak? Aku juga kesal, tapi jangan berisik dulu. Kak Galang pasti punya maksud.”


Tak lama, Galang keluar dari gedung sambil berlari kecil menuju mereka.

“Din! Maaf ya, kakak lama. Tadi masih ada rapat,” katanya dengan napas sedikit terengah.


Andini hanya mengangguk, sedangkan Danu memilih memalingkan wajah, malas menanggapi.


“Din, seperti yang kakak bilang tadi, sebentar lagi kamu bakal lihat seseorang keluar dari gedung itu. Coba kamu amati siapa dia,” ujar Galang pelan, matanya menatap ke arah pintu utama.


Lihat selengkapnya