Bintang Utara

Elysiaaan
Chapter #4

Suara Baik

Kini aku tahu cerita apa yang ingin kuceritakan pada kalian. Sebuah kisah tentang suara baik. Kisah ini akan menyelaraskan segala cerita. Namanya Dimas Azky Giandra, seorang senior yang kukagumi di kampus. Tidak, ini bukan kisah cinta yang akan kalian harapkan. Tetapi kisah percakapan antara aku dan Tuhan dengan Dimas sebagai perantara terjelas. Kisah ini menjadi awal mula aku menyadari bahwa ternyata semesta mendengarkan, bahwa dunia mempunyai keajaiban, bahwa semesta tak membiarkanku sendirian.

Februari 2021, pertemuan pertamaku dengannya adalah melalui zoom meeting yang dilakukan sebagai mahasiswa baru dan dia adalah salah satu anggota senat mahasiswa yang menjadi pembicara. Jika tidak salah, di hari sebelumnya ia sudah menunjukkan dirinya, tetapi setelah beberapa hari, aku baru menyadari kehadirannya. Aku tak tahu alasan mengapa tiba-tiba ia terlihat menarik di mataku. Kau tahu, ia bahkan muncul di mimpiku.

Pertemuanku dengan Dimas di kehidupan nyata terjadi saat mahasiswa baru harus mengikuti orientasi fakultas di suatu daerah. Mengenai caraku bercerita, sepertinya aku masih belum bisa terbuka sepenuhnya pada kalian. Jadi aku akan mencoba cara lain. Anggap saja bahwa kalian ada di saat aku menceritakan banyak hal pada Langit. Kalian ingat, kan? Langit Aksa Adhyasta, satu-satunya orang yang tahu seluruh ceritaku. Oke, cerita dimulai…

***

“Ngit, lo inget gak tentang senior yang gue secara tiba-tiba suka?” tanyaku pada Langit yang sedang sibuk dengan seribu pieces puzzle yang baru dibelinya.

“Hm. Kenapa emang?” tanyanya dengan mata yang masih fokus pada puzzle.

“Kemarin, waktu orientasi dia kebagian jadi senior yang marahin mahasiswa baru. Kami di barisin jadi beberapa barisan, dan lo tahu apa, barisan gue deket banget sama tempat dia berdiri. Emang sih karena gelap dan mata gue yang rabun, gue gak bisa secara jelas ngelihat ekspresi dia. Tapi anehnya gue gak takut sedikit pun akan ‘omelannya’, entah karena gue tahu bahwa hal-hal seperti itu adalah sandiwara atau karena gue terlalu terpesona sama suara dia.”

“Sebagus apa emang suaranya?”

Aku memikirkannya sejenak, “Hmm.. coba lo tutup mata dan bayangin ada orang yang bicara sama lo. Dan dari suaranya lo nyimpulin bahwa dia ini orang baik. Gue juga gak tahu sebenarnya. Tapi pokoknya suara dia baik. And yes, dia bisa nyanyi. Gue lihat di instagram-nya.

Lo tahu gak, waktu selesai api unggun, acara selesai dan semua orang bebas mau ngapain aja. Boleh makan, istirahat, atau ngumpul nyanyi-nyanyi. Gue masuk ke dorm untuk seduh mie cup. Dan temen gue yang telat masuk minta tolong untuk temenin ke tempat isi air panas, terus gue anterin ke dapur. And you know what? Dia ada di sana. Dia lagi ngebuang air di mie goreng cup-nya ke wastafel yang ada di dekat dapur. Tapi yang bikin gue senyum dengan tingkahnya adalah dia miringin tubuhnya juga saat ngebuang air mie-nya. Jadi kaya tubuhnya ngikutin cup mie yang dia miringin. Itu beneran lucu buat gue.” Aku bercerita sembari tersenyum mengingatnya.

Here it comes again, Kai’s Love Era

***

Ya, Langit tahu, saat aku menyukai seseorang, aku akan mencurahkan seluruh pikiranku pada cinta. Menjadikan cinta sebagai pengalihan terbesar dan terampuh untuk rasa takutku. Setidaknya saat jatuh cinta aku lupa bahwa aku takut akan kematian. Permasalahannya adalah aku belum bisa mencintai seseorang untuk waktu yang lama. Satu hingga dua tahun, selepasnya rasa cinta atau kagum itu berakhir tanpa sebab.

Aku bukan orang yang mudah jatuh cinta. Hingga saat ini, mungkin hanya ada empat orang yang kupikir aku benar-benar mengagumi atau menyukainya. Mereka berbeda masa, sekolah dasar, sekolah menengah pertama, sekolah menengah atas, dan kuliah. Jika dilihat dari bagaimana aku tertarik pada mereka, ada benang merah yang menyatukan ke empat orang tersebut. Seseorang yang baru. Sepertinya aku hanya bisa menyukai satu orang di periode tertentu, dan hanya bisa jatuh cinta kembali jika berada di lingkungan baru.

Dua tahun, satu tahun, satu tahun, dua tahun. Aku sempat bertanya pada Langit mengenai hal ini saat rasa suka ku selesai dengan ia yang berada di masa SMA.

***

“Ngit, kenapa ya gue gak bisa jatuh cinta sama orang lain padahal rasa gue udah selesai?”

“Emang lo mau jatuh cinta lagi?”

Lihat selengkapnya