Bintang Utara

Elysiaaan
Chapter #6

Tempat Bertumbuh

Seluruh cerita ini adalah ceritaku. Tetapi yang baru kalian tahu mengenai tokoh utama dalam cerita ini hanyalah nama dan beberapa cerita tentang hidupku. Baiklah, akan kuceritakan sedikit tentang diriku. Aku adalah anak pertama dari dua bersaudara. Aku mempunyai adik laki-laki yang berbeda tiga tahun denganku. Papaku adalah seorang arsitek, dan mama adalah seorang desain interior. Mereka bekerja di perusahaan yang sama dan sama-sama sibuk bekerja, jarang di rumah. Aku tidak dekat dengan mereka, kami jarang berbicara satu sama lain. Seakan jarak terbentuk begitu saja tanpa mereka sadari, tetapi aku mengetahui alasan yang membentuk jarak-jarak itu.

Aku sangat berbeda dengan adikku. Sejarang apapun ia dan orang tua kami bertemu, ia tetap dekat dengan mereka, tetap bercerita banyak hal. Seakan tak ada jarak. Seakan tak ada alasan yang dapat menciptakan jarak.

Kalian ingat mengenai hari setelah kematian Raya? Hari di mana aku mengalami ketakutan akan kematian. Seringkali aku berpikir bagaimana jadinya jika hari itu, jika saat itu, mereka ada di rumah, ada di sisiku. Bagaimana jika saat itu aku tidak ketakutan sendirian? Apa hal-hal akan berubah? Apa aku akan menjadi pribadi yang berbeda dengan diriku yang sekarang?

Katanya, ‘Jadilah orang yang dibutuhin diri kamu saat kamu kecil’. Cukup banyak hal yang kurasa tak kudapatkan dari orang tuaku, bukan materi, atau aspek-aspek material lainnya. Tetapi mengenai hal yang lebih dari itu. Mengenai hidup. Seakan mereka lepas tangan dan membiarkanku tumbuh sendiri. Hingga saat ini aku masih tak tahu mengapa harus hidup. Apa itu “hidup”, arti “kehidupan”. Masih tersesat. Masih mencari. Tak tahu cara hidup.

Aku selalu iri pada mereka yang dekat dengan orang tua mereka. Termasuk pada adikku sendiri. Aku rasa dia mendapatkan segala yang tak kumiliki. Semua perhatian, kasih sayang, pujian, dan hal itu membuatku merasa tak layak, tak berharga. Apa mungkin mereka tak menginginkanku? Kenapa mereka membiarkanku sendiri? Apa mereka tahu jalan apa saja yang telah kulalui?

Mereka bahkan tak pernah tahu tentang hari itu. Jika saat itu aku mempunyai seseorang di sampingku dan berkata ‘Gapapa. Jangan khawatir. Kamu gak akan kenapa-kenapa.’, apakah aku akan lebih baik dari sekarang? Apa yang mereka lakukan saat itu? Aku tak ingat bagaimana hari berlalu hari itu. Yang kuingat hanyalah tangisanku, keringat dinginku, tubuhku yang gemetar, diriku yang bangun beberapa jam sekali dan ketakutan selama dua puluh empat jam. Ke mana mereka? Mengapa yang kuingat hanyalah diriku yang menangis ketakutan sepanjang hari?

Aku selalu ingin jadi satu-satunya orang yang dicintai oleh seseorang. Alasan dibaliknya adalah karena aku merasa mudah digantikan. Orang-orang yang aku anggap sayang padaku selalu beralih pada mereka yang baru. Teman baru, anak baru, cucu baru. Mereka seperti hanya mempunyai satu tempat di hati mereka dan dengan mudah mereka akan menggantiku dengan ‘mereka yang baru’. Semudah itukah untuk melepaskan tanganku?

--

Di tempat pertama kali ia membuka mata.

Rasa percaya secara alami tertanam di dalamnya.

Lihat selengkapnya