***
“Lan, udah siap?” ucap Langit sambil mengetuk pintu kamarku.
“Udah,” ucapku sambil mengenakan ransel dan menghampiri Langit.
“Udah dimasukin semua?” tanyaku.
Langit mengangguk, “Tinggal makanan sama peralatan masak.”
“Ada di dapur,” ucapku sambil pergi ke dapur untuk mengambil makanan dan peralatan masak, Langit mengikutiku.
Aku mengambil makanan dan Langit mengambil peralatan memasak. Hari ini kami akan pergi ke pantai menggunakan camping car, kami menyewanya untuk tiga hari. Kami akan mengunjungi pantai yang sudah dua kali kami kunjungi dengan dua rute yang berbeda. Pantai ini adalah pantai khusus untuk mereka yang ingin berkemah. Sehingga perlu reservasi terlebih dahulu sebelum berkunjung. Jarak antar tempat juga cukup jauh sehingga antara pengunjung satu dengan lainnya tak saling mengganggu.
Seperti sebelumnya, kali ini kami akan pergi ke pantai yang sama namun dengan rute yang berbeda dari dua perjalanan sebelumnya. Kebanyakan orang akan memilih rute ketiga—rute yang akan kami lalui sekarang—selain karena rute ini adalah rute tercepat yang hanya memakan waktu sekitar tiga jam dari kota, rute ini juga memiliki jalanan yang rata dengan petunjuk arah yang jelas dibanding dua rute lainnya.
Rute pertama yang di mana adalah rute yang kami lalui saat kunjungan pertama adalah rute yang memiliki jalanan berbatu juga memiliki petunjuk arah. Sementara rute kedua, yang kami lalui saat kunjungan kedua adalah rute yang memiliki jalanan rata namun tak ada petunjuk arah. Rute dua ini seringkali memiliki jalan yang bercabang, meski begitu semua jalan mengarah ke tempat yang sama. Waktu tempuh rute satu dan dua hampir sama sekitar lima jam dari kota.
Camping car yang kami sewa memiliki dua tempat tidur di bagian belakang mobil, dapur kecil yang dilengkapi wastafel, kulkas, dan rak penyimpanan di depan pintu masuk, kamar mandi sebelah pintu masuk, juga area duduk di dekat tempat tidur.
Sejujurnya aku tahu kenapa Langit mengajakku ke pantai ini melalui tiga rute yang berbeda. Aku sempat menanyakan padanya saat kunjungan pertama kami.
**
“Ngit, gak ada jalan lain apa? Ini jalan berbatu banget. Katanya tempatnya populer, kok jalannya gak rata sih,” keluhku pada Langit yang sedang menyetir.
“Pantai ini punya tiga rute yang bisa dilalui,” ucap Langit dengan santai.
“Tiga? Terus tiga-tiganya berbatu kaya gini?”
“Enggak. Cuma rute ini aja berbatu,” ucapnya.