Aisha berdiri di sudut aula dengan napas yang sudah mulai berat. Dia selalu menunggu sesi latihan Taekwondo setiap minggu, tempat di mana dia merasa bisa melupakan semua kekhawatiran dan tekanan dari sekolah. Di sini, dia merasa kuat, mampu mengendalikan tubuh dan pikirannya dengan gerakan yang penuh disiplin. Tapi hari ini ada sesuatu yang berbeda. Rasa gugup mulai mengendap di perutnya sejak tadi pagi. Pelatih mengumumkan akan ada sesi sparring, dan lawannya kali ini adalah Della.
Della adalah sosok yang cukup menonjol di sekolah. Cantik, percaya diri, dan selalu dikelilingi oleh teman-teman. Meski baru saja bergabung di kelas Taekwondo, Della sudah menarik perhatian banyak orang karena bakat dan keberaniannya. Aisha menelan ludah, berusaha menenangkan diri. Tapi perasaan cemas terus menghantui pikirannya. Semua mata pasti akan tertuju pada mereka berdua.
“Baik, kalian tahu aturannya,” suara pelatih yang tegas membuyarkan pikiran Aisha. “Tendangan hanya diperbolehkan ke bagian tubuh, bukan kepala. Jaga jarak dan fokus.”
Aisha dan Della berdiri berhadap-hadapan, memberi hormat sebelum memulai. Aula dipenuhi oleh murid-murid lain yang memperhatikan dengan penuh antusias. Termasuk Adam, kakaknya, yang sudah lebih dulu bergabung dalam Taekwondo. Biasanya, kehadiran Adam membuat Aisha merasa aman, tetapi kali ini, ada tekanan yang semakin menumpuk di pundaknya. Dia harus melakukan ini dengan baik. Semua orang memperhatikan.
Saat peluit ditiup, keduanya mulai bergerak. Aisha melangkah hati-hati, melancarkan beberapa tendangan ke arah tubuh Della. Della cukup tangguh, dia dengan cepat membalas serangan Aisha dengan pukulan dan tendangan yang terarah. Keduanya tampak seimbang, tetapi Della lebih agresif. Setiap tendangan yang Della lancarkan terlihat begitu kuat, membuat Aisha semakin tegang. Meskipun Aisha mencoba mengontrol gerakannya, rasa gugup itu tak mau hilang.
‘Fokus, Sha, fokus,’ pikirnya. Aisha berusaha menarik napas dalam-dalam, tetapi gerakan Della begitu cepat, dan dia mulai merasa kewalahan.
Hingga tiba-tiba, dalam satu momen yang seakan berlangsung begitu cepat, Aisha kehilangan kendali. Dalam kebingungan dan panik, tendangannya meleset ke arah kepala Della. Kakinya meluncur lebih tinggi dari yang dia rencanakan.
Sebuah suara keras terdengar.
"Aduh!" teriak Della, tubuhnya terhuyung ke belakang dan terjatuh, memegangi kepalanya. Tangisannya pecah seketika.
Segala sesuatu seolah membeku di tempat. Suara tawa, obrolan teman-teman, semuanya hilang. Hanya ada suara isak tangis Della yang menggema di aula. Aisha berdiri terpaku di tempat, jantungnya berdegup kencang, wajahnya memucat. Dia tidak percaya dengan apa yang baru saja terjadi.
‘Ya Tuhan, aku nggak sengaja! Aku nggak sengaja!’ pikirnya, panik mulai merayapi tubuhnya, membuatnya gemetar.
Pelatih segera berlari ke arah Della, memeriksa kondisinya dengan wajah serius. “Della, kamu baik-baik saja?” tanyanya, suaranya terdengar cemas.
Della tidak menjawab, hanya terus menangis sambil memegangi kepalanya yang terasa sakit. Beberapa teman-teman lain juga berlari mendekat, mengelilingi Della, memberi dukungan. Aula yang semula penuh semangat kini berubah menjadi tempat yang penuh kecanggungan.