Bipolar Buddha

Kirana Aisyah
Chapter #14

Ketua Osis Gagal

Hubungan Aisha dengan Adam tidak lagi sama seperti dulu. Setelah insiden di latihan Taekwondo, Aisha merasa tersisih dan kecewa terhadap kakaknya. Adam, yang tidak menyadari betapa dalamnya luka yang telah ia tinggalkan di hati Aisha, melanjutkan hidupnya seperti biasa. Keduanya kini tenggelam dalam dunia masing-masing, nyaris tanpa interaksi. Adam menemukan pelarian dan kebahagiaan dalam musik, mendirikan sebuah band dan menjadi gitaris. Sementara itu, Aisha mencoba mencari kembali jati dirinya dengan bergabung dalam kegiatan OSIS di sekolah.

Awalnya, Aisha hanya menjadi anggota OSIS yang mengurusi acara-acara kecil. Tapi, ketekunannya dan semangatnya yang tanpa henti untuk belajar membuatnya diperhatikan oleh para guru dan seniornya. Dia berhasil membantu mengorganisir pentas seni sekolah dengan sukses besar, dan itu membuat banyak orang kagum padanya. Saat melihat senyum puas di wajah teman-temannya dan tepuk tangan dari para penonton, Aisha merasa dirinya berharga lagi, setidaknya untuk sesaat.

Ketika masa pemilihan ketua OSIS berikutnya tiba, beberapa guru dan senior OSIS mendorong Aisha untuk mencalonkan diri. Meskipun Aisha lebih muda setahun dari kebanyakan kandidat lainnya, pengalamannya mengurus pentas seni dan kemampuannya bekerja di bawah tekanan membuat mereka percaya bahwa Aisha bisa menjadi pemimpin yang hebat.

"Aisha, kamu harus coba mencalonkan diri jadi ketua OSIS," kata Bu Lestari, guru pembina OSIS, saat mereka sedang rapat kecil di ruang OSIS. "Kamu punya potensi, dan aku yakin kamu bisa membawa perubahan yang baik untuk sekolah kita."

Aisha terdiam sejenak. Menjadi ketua OSIS adalah tanggung jawab besar, lebih besar dari apa pun yang pernah ia bayangkan. Tapi di balik rasa takut dan ragu, ada dorongan dalam dirinya untuk membuktikan bahwa dia bisa lebih dari apa yang orang lain bayangkan.

"Tapi, Bu... Saya masih setahun lebih muda dari teman-teman yang lain. Apa mereka akan menerima saya sebagai pemimpin?" tanya Aisha, suaranya penuh keraguan.

Bu Lestari tersenyum lembut, menatap Aisha dengan penuh keyakinan. "Kepemimpinan tidak ditentukan oleh usia, Aisha. Tapi oleh kemampuan dan keinginanmu untuk belajar. Kamu sudah membuktikan bahwa kamu bisa bekerja keras dan beradaptasi. Aku percaya kamu akan menjadi ketua yang baik."

Mendengar kata-kata Bu Lestari, Aisha merasa sedikit lebih percaya diri. Meskipun masih ada keraguan di hatinya, dia memutuskan untuk mencoba. Mungkin, menjadi ketua OSIS bisa menjadi caranya untuk menebus kesalahan di masa lalu dan mengatasi rasa tidak percaya dirinya.

Setelah melewati pemilihan yang ketat, Aisha akhirnya terpilih menjadi ketua OSIS. Saat namanya diumumkan sebagai pemenang, Aisha merasa campuran antara kebanggaan dan ketakutan. Ini adalah tanggung jawab besar, dan dia tahu bahwa semua mata akan tertuju padanya.

Namun, menjadi ketua OSIS ternyata lebih berat dari yang Aisha bayangkan. Tugas-tugas yang menumpuk, tanggung jawab yang besar, dan ekspektasi dari teman-teman serta guru-guru mulai membuat Aisha kewalahan. Dia harus mengurusi banyak hal, mulai dari mading, majalah dinding, pembuatan blazer, hingga orientasi siswa baru. Setiap hari, Aisha harus bangun lebih pagi dan pulang lebih larut untuk mengurus semua ini.

Satu demi satu tantangan mulai muncul. Aisha sering terlambat masuk kelas karena harus menyelesaikan urusan OSIS, dan ini mulai menarik perhatian guru-guru. Pada awalnya, mereka maklum, mengerti bahwa Aisha sedang dalam masa transisi. Namun, lama-kelamaan, kesalahan-kesalahan kecil yang Aisha buat mulai mengumpulkan kritik.

"Kenapa kamu terlambat lagi, Aisha?" tanya Pak Haris, guru matematika yang terkenal disiplin, dengan nada tegas di depan kelas.

Aisha menundukkan kepala, merasa malu. "Maaf, Pak. Saya harus menyelesaikan urusan OSIS tadi pagi..."

"Aku mengerti tugasmu sebagai ketua OSIS, tapi kamu juga punya tanggung jawab sebagai murid di kelas ini. Kalau kamu tidak bisa membagi waktu dengan baik, itu akan berdampak buruk pada nilaimu sendiri," balas Pak Haris dengan tajam.

Lihat selengkapnya