Bipolar Buddha

Kirana Aisyah
Chapter #28

Dalam Jeratan Logika

Keesokan harinya, Aisha bangun dengan perasaan damai yang belum pernah ia rasakan sebelumnya. Pengalaman meditasi semalam masih terasa segar di benaknya. Dia merasa seperti telah menemukan sesuatu yang sangat berharga, sebuah kedamaian batin yang selama ini ia cari. Pagi itu, dengan semangat yang tinggi, Aisha berangkat menemui terapisnya, ingin berbagi cerita tentang pencerahan yang ia alami.

Setibanya di klinik, Aisha masuk ke ruang terapi yang sudah familiar baginya. Ruangan itu sederhana namun nyaman, dengan sofa empuk dan meja kecil yang penuh dengan catatan. Terapisnya, seorang pria paruh baya bernama Dr. Robert, sedang duduk di kursi kerjanya, tersenyum ramah seperti biasa.

"Aisha, apa kabar hari ini?" tanya Dr. Robert sambil menggeser kacamatanya.

Aisha duduk di sofa dan tersenyum lebar, ekspresi wajahnya penuh antusiasme. "Saya merasa luar biasa, Dok. Saya ingin bercerita tentang pengalaman yang saya alami tadi malam."

Dr. Robert menyesuaikan posisi duduknya, siap mendengarkan. "Tentu, Aisha. Ceritakan padaku."

Aisha mulai menceritakan pengalamannya, tentang meditasi mendalam yang dia lakukan, tentang Zen Koan yang ia gunakan sebagai fokus, dan tentang kedamaian yang tiba-tiba menguasai dirinya. Dia berbicara dengan penuh semangat, tangannya bergerak-gerak seolah ingin menggambarkan betapa dalam dan transendental pengalaman itu.

"Dan kemudian," lanjut Aisha, suaranya semakin pelan namun penuh makna, "aku merasakan keheningan yang sangat mendalam, Dok. Semua pikiran yang biasanya memenuhi kepalaku hilang begitu saja. Rasanya seperti... aku terhubung dengan sesuatu yang lebih besar, sesuatu yang abadi. Kedamaian itu nyata, aku bisa merasakannya di setiap napas."

Dr. Robert mendengarkan dengan seksama, tetapi ekspresi wajahnya berubah menjadi sedikit serius. Dia menatap Aisha dengan pandangan analitis, matanya menelusuri wajah Aisha seolah mencari tanda-tanda yang tidak ia suka.

"Dan bagaimana perasaanmu sekarang, Aisha?" tanyanya, suaranya tetap tenang, namun ada nada khawatir yang tersembunyi di baliknya.

"Perasaanku? Aku merasa luar biasa," jawab Aisha sambil tersenyum. "Seperti beban berat yang selama ini menghantuiku sudah hilang. Aku merasa lebih damai, lebih terhubung dengan diriku sendiri."

Lihat selengkapnya