Bird Like Me

Thera Lee
Chapter #1

Prolog

Zhilan Omara Arthayasa, pemilik tubuh tegap tinggi dengan hidung mancung, kulit yang bersih, rambut yang hitam tebal, bibir cerah dan manis jika tersenyum, mata yang tajam dengan alis yang tersusun rapi dan bulu mata yang indah. Seperti pangeran dalam komik, sayangnya dia nyata dan tak bisa bebas dipandangi apalagi dimiliki.

Tubuh yang proporsional tampak sesuai dengan parasnya yang rupawan. Bohong jika dia tidak tampan, bahkan melebihi kapasitas otak untuk menganggapnya tampan. Zhilan tidak menyukai olahraga tapi dia begitu jatuh hati dengan permainan basket.

"Zhilan, belajarlah untuk mengalah. Tidak setiap permainan harus on point." Vigo terlihat sangat lelah setelah hampir lima jam lamanya berusaha mengimbangi kemampuan Zhilan dalam dunia basket miliknya.

"Padahal aku tidak begitu berusaha tapi tetap saja kau tidak mampu?" Zhilan melempar bola basket ke dalam ring nya dan mengakhiri permainannya.

Zhilan meraih air mineral kemasan dan meneguknya hingga habis. "Kau ini terlihat biasa saja setelah hampir lima jam bermain seperti tadi. Ku kira kau tidak membutuhkan air." Vigo mengambil handuk kecil untuk mengelap keringatnya dan mengambil satu lagi untuk dilempar ke pundak Zhilan.

"Lima jam? Itu belum apa-apa jika lawannya hanya sepertimu. Hanya seperti latihan biasa." Zhilan terkekeh diakhir kalimatnya.

"Kau ini. Oh ya, bye the way masih ingat gak sama Jian?"

Zhilan mencoba mengingat sesuatu. "Jian? Jianaqilla Harun?"

Vigo menganggukkan kepalanya. "Bener Jian itu. Rumornya bener ya dulu seorang Zhilan Omara Arthayasa punya perasaan pada wanita bernama Jianaqilla Harun? Hehe." Vigo mencoba menjahili Zhilan karena sahabatnya ini tidak pernah terlihat menyukai siapapun.

"Rumor tidak mendasar!"

"Lah, jadi beritanya salah ta?"

"Kau pikir aja sendiri!"

"Lah, kalau begitu kau ini normal engga sih?"

"Kau kira aku gak normal dari mananya? Ya normal lah!"

"Kalau begitu wanita mana yang pernah jadi cinta pertama seorang Zhilan yang dipuja-puja bak seorang dewa ini?"

"Berlebihan!" Zhilan duduk di kursi kayu. "Dia... Dia yang lebih dulu menyukaiku. Bukan aku."

"Jadi, Jian yang mengakui perasaannya lalu kau menolaknya? Lalu karena dia seorang wanita kau membiarkan rumor berkembang kebalikannya?"

"Tidak juga."

"Lalu seperti apa ceritanya?"

"Saat itu, dia sudah tidak menyukaiku lagi tapi aku justru mulai menyukainya."

Lihat selengkapnya