Bird Like Me

Thera Lee
Chapter #2

Zhilan dan citanya

Ketika Zhilan yang tak kunjung datang di hari pertamanya di kelas basket, Vigo sahabatnya merasa khawatir karena dari yang dia tahu Zhilan sangat-sangat terobsesi untuk menjadi seorang atlet seperti bang Lingga.

Bang Lingga adalah kakak tiri Zhilan dari istri pertama ayahnya yang sudah meninggal dunia. Bang Lingga adalah satu-satunya saudara yang dimilikinya sejak kedua orang tuanya meninggal dunia. Vigo tahu karena mereka hanya berdua, bang Lingga memutuskan untuk bekerja kantoran dan melupakan keinginannya untuk menjadi seorang atlet dan Vigo sangat tahu jika Zhilan mempunyai mimpi yang sama namun sepertinya dia telah melupakannya, seperti saat dimana bang Lingga memutuskan meninggalkan mimpinya.

"Jujur saja, kau mengambil kesenian karena Jian kan?" Vigo mengintrogasi Zhilan yang tiba-tiba berubah pikiran dari menjadi atlet dan beralih menjadi seniman.

"Bukan karena Jian, tapi aku benar-benar menyukainya." Ponsel yang terus berdering membuat Zhilan terpaksa mengangkatnya.

"Lah trus gimana dengan atlet nya? Mau ditinggal gitu aja?"

"Ya enggaklah. Basket itu hobi tapi kalau musik dari awal aku sudah tertarik. Masih ingat gak gitar yang aku jual sebelum masuk basket?"

"Ingat, tapi dulu karena gitarnya gak kepake juga kan?"

"Salah. Itu karena buat bayar uang sekolah karena aku gak mau nyusahin bang Lingga yang saat itu belum dapat kerjaan dan masuk tim basket karena atlet sekolah saat itu mendapat beasiswa dan aku butuh itu."

"Tapi akhirnya jadi suka basket kan?"

"Suka, karena terbiasa."

"Kalau udah final yang mau gimana lagi aku ngomong tetep aja endingnya tim ini kosong karena center tim tiba-tiba hilang."

"Ya enggaklah bro. Kan gwe masih bisa main, eak."

"Cuih, males banget. Iyain dah, biar pelatih aja nanti yang ngurusin gua mah mualesss batt." Vigo dengan kesal menutup teleponnya.

Zhilan hanya tertawa setelah Vigo menutup teleponnya karena dia mau tak mau harus kembali dalam tim. "Yah, resiko jadi orang penting ya gini lah."

Terlepas mimpinya ingin menjadi seorang atlet atau apapun namanya dalam olahraga, basket tetap memiliki tempat di hatinya. Sedangkan bermusik dan menjadi seorang seniman, mungkin tidak pernah ada dipikirannya tapi karena dia menyukainya tidak ada salahnya untuk mencoba.

Mading M-P97 di lorong ramai dikerumuni oleh para mahasiswa seni lainnya. Mereka terlihat antri satu-persatu untuk melihat mading.

Lihat selengkapnya