Hanna membuka ponselnya dan menunjukkan sesuatu kepada Jian. "Kau masih mengingatnya?"
"Tentu saja. Bagaimana aku bisa lupa cara dia menolak ku secara terang-terangan seperti itu." Jian melirik sekilas pada foto yang ditunjukkan kepadanya.
"Andai saja dia tahu bahwa kau berkata seperti itu karena ada alasan dan bukan karena benar-benar menyukainya, dia pasti malu sekali." Hanna tidak menyangka jika Jian akan di tolak dan mendapatkan rumor terus-menerus. Rumor yang terkadang tumpang tindih.
"Seharusnya aku membuat kesepakatan dengannya sebelum berkata seperti itu. Karena dia juga lah aku terpaksa mempercepat belajar ke luar negeri. Menurutmu, apakah dia masih ingat kejadian itu?"
Hanna menggelengkan kepalanya. "Pria yang tidak menyukai wanita yang menyatakan perasaannya pasti tidak akan pernah mengingatnya. Apa pentingnya dia ingat atau tidak. Sejak awal kau tidak memiliki perasaan serius padanya."
Jian menatap sudut buku yang dia baca dengan tatapan yang sulit diartikan. Memalukan baginya jika mengingat kejadian saat dia mengungkapkan rasa suka pada seorang pria yang dipuja-puja oleh banyak orang. Jika diterima dia beruntung dan jika tidak maka itu memang yang seharusnya terjadi.
Setelah menghabiskan waktu berbincang-bincang dengan Hanna di perpustakaan, Jian memutuskan untuk keluar mencari udara segar sambil menunggu Hanna menyelesaikan kelas nya.
"Tidak buruk meninggalkan negara kelahiran selama tiga tahun. Suasana yang sama dengan perasaan yang berbeda." Jian memandangi sekelilingnya dan menatap satu persatu bangunan dan pepohonan rindang yang ada di sana.
Matanya menatap ke satu wajah yang tidak asing di matanya. Wajah terakhir yang dia lihat sebelum meninggalkan negara tercintanya. "Apa aku harus menyapanya dan meminta maaf karena kejadian waktu itu? Rumornya kuharap tidak lagi dibicarakan banyak orang."
Dari kejauhan, Zhilan mengetahui jika Jian sedang melihat ke arahnya dan karena tidak ada hal yang penting untuk bisa bertemu di kebetulan manapun Zhilan berusaha menghindar secepat mungkin dan berharap agar Jian tidak menyadarinya.
"Untuk apa aku bertemu dengannya di hari pertama dan di sini. Bukankah dia pergi belajar di luar negeri. Apa dia memutuskan untuk melanjutkan pendidikan di sini juga?" Zhilan menggerutu dalam hati karena dirinya belum bisa menerima kenyataan jika dirinya juga menyukai Jian yang sempat dia tolak waktu itu.
"Ah, dimana dia? Kupikir dia akan berjalan ke sini karena ini pintu masuknya." Jian melirik ke kanan dan ke kiri mencari keberadaan Zhilan saat ini.
Tidak menemukan orang yang dicari, Jian tetap tidak peduli. Dirinya kembali masuk ke dalam universitas untuk menunggu Hanna. Sejak dirinya kembali dari luar negeri, ada banyak hal yang terjadi dan diluar pengetahuannya.
"Apa aku harus belajar dari Hanna tentang apa saja yang menjadi trend saat ini?" Jian mencoba mencari cara agar dia tetap bisa menikmati hidup dan berjalan beriringan dengan trend terbaru.