Di ruang tamu rumahnya, Zhilan fokus menonton tv seperti tidak ada yang terjadi. Perasaannya jauh lebih lega setelah mengatakan apa yang sejak lama menganggu pikirannya.
"Apa memang seperti ini perasaannya?" Zhilan merasa ada ruang kelegaan dalam hatinya, ntah apa itu.
Tidak lama dari kegiatan santai nya di rumah, Vigo mengirim pesan singkat. Zhilan membuang napas berat. Wajahnya yang datar berubah menjadi sedikit layu. "Repot memang jadi orang penting ini." Zhilan beranjak dari duduknya bersiap-siap untuk menemui Vigo.
Latihan yang berlangsung selama berhari-hari cukup menyulitkan. Semangat yang membara di awal berubah menjadi lelah yang tidak dapat diukur. "Zhilan, sumpah, enggak sanggup buat jalan lagi." Vigo tiba-tiba meluruskan kedua kaki yang tak sanggup menopang berat tubuhnya.
Zhilan menatap Vigo. "Kurang ke tengah duduknya. Gak sekalian aja rebahan di sana." Menunjuk ke arah marka jalan.
Vigo merengek seperti anak kecil yang meminta dibelikan permen. "Tak sanggup lagi walau hanya sedetik."
Lelah, yang juga dirasakan oleh Zhilan ditambah Vigo yang bersikap seperti anak kecil. "Terserah."
Meninggalkan Vigo sendirian di pinggir jalan, Zhilan tidak lagi memperdulikan siapa dia karena rasa lelah membuatnya semakin merindukan kasur empuknya. Sementara Vigo yang kelelahan juga tidak memikirkan dimana dia duduk. Kelelahan membuat dirinya tidak sadar diri meski ditinggal sendirian.
Sesampainya dirumah, Zhilan langsung membersihkan tubuhnya dan memasak mie instan untuk makan malamnya. Melewati hari yang sangat melelahkan, besok satu-satunya hari libur dari latihan sebelum latihan terakhir menuju pertandingan.
"Libur sehari, bisa tidak ya tidur sepuas hati."
Menunggu mie instan cup matang sempurna. Zhilan memikirkan tentang Jian yang tidak memberikan tanda-tanda apapun. "Dia, suka aku atau tidak ya? Jika iya, aku harus bagaimana? Dan jika tidak. Apa aku akan merasa patah hati seperti kebanyakan orang."
Zhilan merasa bimbang dengan apa yang dia lakukan. Awalnya dia tertarik, namun perlahan seperti tidak ada perasaan yang tertinggal di hatinya.
Satu minggu berlalu. Tidak ada pertemuan yang terjadi bahkan di satu kebetulan manapun. Jianaqilla, perasaannya mulai terketuk dan menggelitik hatinya. "Apa yang harus aku lakukan. Jika dia memperjelas maksud perkataannya waktu itu. Apa aku akan melepaskan tahta jomblo dari lahir ini? Apa aku benar-benar menyukainya?" Hampir setiap malam sebelum tidur Jian membayangkannya.
Kesulitan tidur saat malam setelah mengetahui jika ada seseorang yang menyukainya—apakah ini wajar?
Satu bulan berlalu. Perayaan ulang tahun Hanna. Jian sangat menantikan hari ini dimana dia dan teman sekolahnya dulu akan berkumpul lagi.
📨 Jian
Happy birthday Hanna 🥰🎂🎉
📩 Hanna
Aaa makasih 😍
📨 Jian
Mau jumpa dimana kita?
📩 Hanna