Biru & Putih

Arienal Aji Prasetyo
Chapter #1

1

Dengan menumpang bis malam, Biru menuju Surabaya. Bis itu tak penuh. Hanya ada sebelas penumpang. Ia duduk tepat di sisi kaca, dan memandangi apa saja yang dilihatnya. Laju cepat bis itu tak menggoyahkan nyali Biru. Ia duduk dengan tenang dan memikirkan pertengkarannya dengan Putih. Ini adalah pertengkaran yang ke sekian kalinya. 

Biru tertidur setelah bis yang ia tumpangi meninggalkan Solo. Ia tak terbangun oleh goncangan karena laju bis yang cepat. Sang kondektur membangunkan Biru sebelum sampai di terminal. Biru tergeragap. Ia lalu menelepon Kiki. "Aku sudah di terminal," kata Biru.

Ia menunggu Kiki dengan duduk-duduk di trotoar. Kiki datang tak lama kemudian dan Biru langsung naik ke boncengan. Kiki adalah teman Biru sejak SMP. Jika ke Surabaya, Biru menginap di kamar kos Kiki. Tak perlu lagi Kiki menanyakan apa keperluan Biru ke Surabaya, karena sudah pasti ia sedang bertengkar dengan Putih.

"Ada masalah apa lagi?" tanya Kiki ketika mereka sampai di kosnya.

"Biasa," ujar Biru. "Ia membuatku cemburu."

Kiki menggeleng. "Dasar bocah!"

Biru merebahkan diri di kasur. Kiki duduk di lantai berkarpet sembari membuka-buka ponselnya. 

"Besok aku pinjam motormu," kata Biru.

"Tenang. Biasanya juga gitu," timpal Kiki.

Kiki lalu asyik membuka ponsel lagi, dan ia lalu tersadar bahwa Biru sudah mendengkur halus. Kiki laku mengambil sebuah bantal yang masih ia simpan di lemari, dan merebahkan diri di karpet. 

Alarm pagi membangunkan mereka. Alarm dari ponsel Biru itu meraung-raung bagai alarm bahaya longsor yang dipasang di sebuah tebing. Biru dan Kiki terbangun, dan duduk termangu karena kesadaran mereka belum terkumpul seutuhnya. "Handuk?" tanya Biru. Kiki menjawabnya dengan menunjuk ke arah kamar mandi. Biru menghambur ke kamar mandi. Di sana sudah ada handuk yang tergantung, sampo, dan sabun.

Biru mengguyur tubuhnya dan menuangkan sampo ke rambutnya. Lalu ia menyabuni sekujur tubuhnya dengan sabun cair. Tiba-tiba ia menyadari bahwa ia tak membawa sikat gigi. Dengan terpaksa ia memakai sikat gigi milik Kiki. Ia cuci sikat gigi itu sampai ia memastikan bahwa sudah tak ada lagi kuman yang menempel, dan lebih tepatnya, sikat itu tak lagi mengandung bau mulut Kiki.

"Aku pakai sikat gigimu tadi," kata Biru pada Kiki sembari cengengesan.

Lihat selengkapnya