Semenjak itu, aku bersumpah tidak akan lagi naik bis hantu. Aku selalu naik bis normal yang lebih dulu datang. Aku selalu keluar kelas lebih awal, untuk dapat naik bis awal, agar terhindar berpapasan dengan bis itu. Aku menghindari betul jam datang bis itu di halte sekolah.
Semenjak itu, soreku selalu normal dan tidak ada sesuatu yang aneh, hingga beberapa bulan. Meski sampai sekarang aku tidak mengetahui bagaimana bisa aku keluar dari dunia gaib dan kembali ke duniaku yang asli. Aku begitu bersyukur.
..................................................................
Suatu sore, karena beberapa urusan, aku pulang terlambat setengah jam. Sehingga aku keluar kelas pukul 15:30. Aku sungguh lupa jam datang bis hantu itu, sehingga sore ini akhirnya aku berpapasan lagi dengan bis hantu itu, setelah sekian lama. Aku jelas tidak akan naik, meski supir tengkorak itu terus melambaikan tulang belulang tangannya padaku. Sepertinya tidak ada yang berbeda dari bis itu, Karatnya masih banyak, Supir tengkorak itu masih tertawa sendiri ketika melihatku.
Namun ada satu hal yang janggal. Di dalam kaca depan, tergantung sebuah hiasan bis yang terbuat dari kepala seorang anak kecil. ASTAGA Timmy! Itu kepala Timmy! Kepalanya tergantung lemas, lidahnya menjulur keluar, dengan darah menetes dari kedua bola mata dan penggalan lehernya. Sial! aku melupakan Timmy! Kaki ku melemas dan lututku akhirnya menyentuh tanah
Aku terlalu sibuk dengan ketakutanku sendiri saat itu, sampai aku melupakan Timmy. Ternyata saat itu, kota ini sekali lagi dihebohkan oleh hilangnya seorang anak kecil. Dengan cara yang sama seperti empat orang hilang tahun lalu, Timmy tidak kembali setelah pulang dari sekolah. Tentu, dari seluruh orang di kota itu hanya aku yang tahu dimana Timmy, dan keempat orang hilang setahun yang lalu itu. Mereka dan aku, adalah seorang indigo, dan untuk pertama kalinya dalam hidup, aku begitu menyesal memiliki indra ke enam ini.