Bisakah aku menjadi milikmu?

Uswatun Hasanah
Chapter #4

Chapter 4


"Ok, kita ke kelas sekarang!" Bagas berjalan cepat mendahului Cashel. 

Mereka berdua pun berjalan santai, walaupun merasa sedikit malu tapi Cashel tetap berusaha berjalan tegak dan bersikap sok cool dengan menenteng satu kresek jajanan d di dalamnya.

Benar saja sesuai dugaan Bagas, setibanya mereka di depan pintu kelas, Finola dan Yonna yang mengetahui Cashel membawa cemilan langsung menghampirinya. 

"Wah tau aja, nih, kita orang lagi butuh cemilan malah udah dibawain," ujar Yonna tanpa rasa malu. "Tanpa diminta pula," lanjutnya. 

Tak berkata apa pun Cashel hanya melirik sinis ke arah Yonna. Sementara Bagas, Aneska, dan Finola hanya memandang Yonna sambil geleng-geleng kepala. Di antara pertemanan mereka Yonna lah yang paling muda, alias bontot. Jadi mereka semua memaklumi jika Yonna masih seperti anak kecil tingkahnya. 

"Iya deh, nih ambil aja. Walaupun tadinya gue beli buat menuhi permintaan Aneska tapi nggak papa," ucap Cashel seraya memberikan satu kantong kresek yang berisi berbagai macam snack.

"Gue kan cuma minta sebagian aja, Shel. Bukan semua, ya kali badan udah ramping seksi begini dikasih snack seabrek," omelnya dengan suara keras. Tapi anehnya dia masih tetap menerima pemberian Cashel. 

"Lo kalau masih nerima apa yang gue kasih mending diem deh, Na." 

"Shel temenin gue bentar yuk, ada yang pengin gue ceritain," ajak Aneska membuat perdebatan antara Cashel dan Yonna terhenti.

Tanpa menunggu waktu lama, Cashel berjalan membututi Aneska yang sudah lebih dahulu pergi keluar kelas. Kali ini Aneska memilih kantin belakang sekolah sebagai tempat untuk bercerita karena tempatnya yang tidak terlalu ramai. 

"Lo mau cerita apa?" tanya Cashel to the point. 

"Gue tuh kebanyakan mikir jadi tadi pagi mata gue berkaca-kaca mulu," terang Aneska dengan suara pelan.

Cashel terdiam beberapa saat, dia masih bingung dengan ucapan gadis di hadapannya itu. "Maksudnya Lo mikir apaan? Kita itu masih anak sekolah gak usah lah merasa sok terbebani." 

Sementara Aneska menghela napas kesal dan menatap Cashel dengan ekspresi wajah cemberut. "Gue belum ngomong apa-apa loh, Shel." 

Sontak Cashel hanya tertawa. " Ya udah buruan mau ngomong apa? Gue dengerin, nih beneran," lanjutnya dengan tatapan serius. 

"Sebenernya gue sedih dan kesedihan ini buat gue mikir terus." 

"To the point, Ka. Keburu gue mau nyamperin anak-anak—teman tongkrongannya." 

Aneska malah hanya diam. Tiba-tiba dia berpikir ulang kalau seharusnya dia tidak berbicara tentang ini sekarang. "Nggak jadi, deh. Lo kalau mau pergi ya udah sana sekarang aja. Lain kali kita bahas ini." 

Satu hal yang membuat Cashel kesal dan hal ini juga menjadi kekurangan Aneska, selalu memotong atau menggantung pembicaraan penting, padahal Cashel sudah sangat serius untuk mendengarkan. 

"Nggak ilang-ilang sifat nyebelin lo, ya," ujar Cashel geram. 

Lihat selengkapnya