Dharma mengembuskan satu napas panjang. Dia tersenyum ketika kelegaan menghampiri hatinya. Matanya masih setia menatap laptop yang memberi pengumuman diterimanya dia di Oxford University jurusan bisnis dan manajemen. Tentunya ini adalah hal membanggakan yang tidak terduga, karena kemampuan otak Dharma tidak sepintar itu. Mungkin ini adalah keberuntungannya, tidak sia-sia orang tuanya mengeluarkan banyak biaya untuk pendaftaran.
Awalnya sedari kecil Dharma ingin menjadi penulis naskah,sutradara, kemudian ingin menjadi aktor dan tujuan universitas yang Dharma impikan yaitu di Universitas Indonesia mengambil Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya yaitu Sastra Indonesia. Tetapi kedua orang tuanya melarangnya untuk berkuliah di Indonesia, dikarenakan dia adalah anak tunggal. Harapan orang tua satu-satunya, harus mencari berbagai pengalaman. Jadi mau tidak mau dia harus menuruti apa kata orang tuanya.
Tiba-tiba pintu kamarnya terbuka, mendengar itu Dharma seketika menoleh. Itu adalah mamanya, masuk ke kamar membawa camilan favorit Dharma sejak kecil. Menatap Dharma sambil tersenyum, penuh rasa kebanggaan yang amat besar.
"Selamat ya sayangg.." ujar mama Dharma yaitu Veni. Sambil memeluk Dharma erat.
"Iya ma. Makasih," jawab Dharma. Melihat raut wajahnya yang bahagia, dia juga ikut turut bahagia pastinya. Walaupun agak sedikit rasa terpaksa, tidak rela masuk ke jurusan yang tidak dia kuasai.
"Mama sama Papa bangga sama kamu! Kamu mau hadiah apa?" tanya Veni. Ingin memberikan sebuah tanda penghargaan untuk anak satu-satunya itu.
"Kamera baru sama tripod?" hanya itu yang terlintas difikiran Dharma. Dharma adalah seorang influencer, lebih tepatnya youtuber. Dia selalu membagikan konten sebuah tips yang menarik dan asik tentang naskah atau perfilman. Kedua hal itulah yang dibutuhkan saat ini, karena dia youtuber pemula belum bisa menghasilkan uang yang besar sehingga dia meminta hadiah itu.
"Oh iya, butuh buat bikin konten ya?Oke nanti berangkat," jawab Veni setuju.
"Beneran ma?" Dharma melepaskan pelukannya.
"Iya beneran," Veni mengangguk.
"Makasih banyakk ma," Dharma memeluk Veni lebih erat dari sebelumnya.
"Iya sama-sama nak," jawab Veni dengan suaranya yang begitu lembut. "Yaudah mama keluar dulu ya," sambung Veni.
"Iya ma," Dharma mengangguk lalu melepaskan pelukannya.
"Byee," Veni beranjak dari duduknya melambaikan tangan lalu keluar dari kamar Dharma.
Dharma menghempaskan tubuhnya ke tempat tidurnya, memandang langit-langit kamar. Memikirkan banyak hal yang tidak rela dia tinggalkan.