Dharma melakukan perjalanan dengan pesawat dari London ke Bali, menghabiskan waktu selama 19 jam, serta transit 1 kali. Kali ini Dharma telah sampai di Bandara Internasional Ngurah Rai, dia menunggu di ruang tunggu.
Sebentar lagi kedua orang tuanya, Sarah dan juga Randi akan menjemputnya. Dharma ingin sekali cepat bertemu dengan mereka semua.
"Haiiii anak manjaaaa," sapa Sarah begitu meriah. Membuat Dharma terkejut, beranjak dari duduknya. Sarah berlari mendekati Dharma dengan diikuti dari belakang oleh kedua orang tua Dharma serta Randi. Dharma tersenyum tipis.
"Ibu manager gueeee," teriak Dharma sambil merentangkan tangannya. Memberi kode untuk berpelukan. Sarah lalu memeluknya sangat erat, sampai Dharma sedikit sulit bernafas.
"Gue kangen woi," ucap Sarah.
"Kan gue anak lo Sar. Wkwk," Dharma tertawa lebar sambil membelai puncak kepala Sarah.
"Woi Sar. Emak bapaknya yang asli juga pengen peluk kali," celetuk Papa Dharma.
Sarah melepaskan pelukannya, "Hehe.. sorry om!" Sarah menatap Papa Dharma malu-malu, Sarah pun memberikan ruang kedua orang tua Dharma untuk melepaskan kerinduannya.
"Kamu udah bikin Mama papa bangga nak!!" bisik Papa Dharma. Veni lalu mendekati mereka dan ikut berpelukan.
"Makasih papa, makasih mama!" ucap Dharma dengan penuh haru. Situasi ini sangat mengharukan bagi Dharma sang anak manja.
"Iya nak. Kita juga makasih," imbuh Veni. Mereka berdua melepaskan pelukannya, lalu diganti oleh Randi yang juga ingin melepaskan kerinduannya dengan sahabat kesayangannya itu.
"Sukses terus bro," mereka melakukan tos persahabatan.
"Alhamdulillah. Lo beneran keterima di UI kan?" Dharma memastikan.
*Kelanjutan cerita telah dihapus, karena cerita ini sudah diterbitkan*
********
Hari-harinya bisa dibilang melelahkan, penuh dengan kejutan tanpa diduga-duga. Dharma sudah bekerja keras selama ini. Sesampainya dia dirumah, Dharma mengistirahatkan dirinya. Tidur beberapa jam, itu sudah membantunya mengatasi kelelahannya.
Sarah dan Randi belum kembali dari rumah Dharma, karena kedua orang tua Dharma menyuruh mereka tetap disini untuk memeriahkan pesta penyambutan Dharma. Memang berlebihan, tetapi itulah yang membuat rasa kekeluargaan itu ada.
Pukul 3 sore, Dharma terbangun dari tidurnya. Dahaga menghantui dirinya, dia pun keluar dari kamar menuju dapur untuk mengambil segelas air.
Mata Dharma terbelalak, melihat ruang tamu penuh dengan dekorasi meriah. Tentu saja Dharma bingung, ada acara apa hari ini?tidak ada yang memberitahunya daritadi.
"Mamaaa.. Papaa.." panggil Dharma. Mencari keberadaan mereka, tetapi tak kunjung mendapat jawaban. Tiba-tiba Sarah keluar dari studio milik Dharma, membuat Dharma terkejut.
"Apaan?" tanya Sarah.
Dharma terkejut saat membalikkan tubuhnya, menoleh kearah Sarah. "Astagfirullah!" ucapnya.