Semua peserta mendengarkan cerita Dharma denyan cermat, mencoba mengambil ilmu darinya.
"Oh jadi bukan ide kamu?" tanya pembawa acara kepada Dharma.
"Ya ide saya. Gini, waktu ospek kuliah rektor universitasnya itu bahas tentang sastra dan peringkat minat baca dari berbagai dunia. Nah aku tuh ingat kalau negara kita sendiri aja menduduki peringkat 60 dari 61 negara. Rendah banget kan?"
Semua orang mengangguk mengerti.
"Jadi pulang-pulang aku mikir, gimana ya cara meningkatkan minat baca Indonesia terutama bagi remaja gitu kan. Terus aku minta pendapat ke temanku di London, kita rapat sama-sama. Kalian pasti tahu Vidya, sama anak kembar 2 kan?Nah darisitu dibentuknya komunitas ini," ujar Dharma.
"Oh niat kamu bikin komunitas ini buat meningkatkan minat baca Indonesia dan agar mencintai sastra ya?"
"Tepat sekali," Dharma mengacungkan kedua jempolnya.
"Kamu udah cerita panjang lebar nih. Kita bikin sesi Q&A gimana?biar bisa saling berbagi ilmu?" pembawa acara meminta persetujuan Dharma.
"Tanya jawab?iya boleh kok. Dengan senang hati," Dharma menyetujuinya. Ini adalah segmen yang paling disukai oleh Dharma.
Pembawa acara tersebut, mempersilahkan para peserta untuk melontarkan pertanyaan berbobot satu persatu. Ada yang menanyakan tentang bagaimana mencari inspirasi, bagaimana agar selalu mood dalam menulis, bagaimana pengambilan gambar ketika membuat film, dan lain sebagainya. Dharma menjawabnya dengan jelas dan lugas, dia senang akhirnya remaja millenial ada yang tertarik dengan sebuah seni sastra.
Lalu ada seorang gadis manis berdiri sambil mengangkat tangan kanannya, memberi kode bahwa dia ingin bertanya kepada Dharma. Entah kenapa tiba-tiba mata Dharma memaksa untuk memandanginya.
"Iya silahkan bertanya. Sebelumnya perkenalan dan sebutin asal sekolahnya ya," pembawa acara mempersilahkan gadis manis itu untuk bertanya.