....
SEPULANG bekerja, tubuh Julia benar-benar ingin segera istirahat. Rencana untuk segera mandi dan tidur dibalik selimut tebal sudah ia rencanakan semenjak dikantor. Namun, Julia terkejut saat memasuki ruang kamar dan melihat sebuah kotak cukup besar di atas tempat tidur. Sinta, Ibunya, berdiri di belakangnya dengan senyuman lembut. "Julia, ada sesuatu untukmu," katanya dengan nada antusias.
Julia membuka kotak tersebut dan menemukan sebuah gaun ungu muda yang anggun, terbuat dari sutra lembut dengan hiasan manik-manik di pinggang dan garis bahu. "Ini... ini luar biasa, Bu!" Julia berkata dengan penuh rasa kagum. "Ibu yang membuatkan ini untukku?"
Sinta tersenyum. "Ibu tahu kamu akan pergi menghadiri acara penting besok malam. Ibu ingin kamu merasa cantik. Ibu harap kamu suka."
Julia meraih gaun itu. Menempelkannya ditubuhnya sambil mematut di depan cermin. "Gaun ini terlihat sangat indah. Aku sangat menyukainya, Bu. Terima kasih banyak!"
"Kamu yakin kamu suka? Kalau kamu merasa kurang cocok denganmu, Ibu bisa memperbaikinya untukmu. Atau kamu bisa memakai pakaianmu yang lain yang lebih baik," ucap Sinta.
Julia menggeleng cepat dan berhambur memeluk Sinta dengan erat. "Tidak, Bu. Ini adalah gaun tercantik yang pernah Julia punya. Aku suka. Dan aku akan memakainya untuk acara besok. Terima kasih."
Sinta membalas pelukan Julia dengan senyuman yang terbit di wajah. "Sama-sama, Sayang! Kamu sudah makan malam?"
"Sudah, Bu! Tadi teman kantor Julia ada yang ulang tahun. Ia mentraktir kami makan di salah satu kafe tak jauh dari sini."
"Kalau begitu, mandi dan tidur. Tubuhmu pasti lelah setelah seharian bekerja," ucap Sinta.
"Iya, Bu!"
"Selamat malam, Sayang!"
"Selamat malam, Bu! Julia Sayang Ibu!"
....
Malam yang dinanti tiba. Julia mengagumi bayangan dirinya di cermin, tangannya dengan lembut menyentuh gaun indah yang dikenakannya. Sinta memang terkenal dengan tangan dinginnya dalam membuat pakaian, tapi Julia tak menyangka Ibunya akan memberikan perhatian sebesar ini. Memang, sih, Sinta terkadang membuatkan pakaian untuknya. Akan tetapi, gaun ini benar-benar akan menjadi favorit Julia.
Julia pergi ke tempat yang dituju dengan menggunakan taksi menuju sebuah gedung hotel yang akan menjadi tempat diselenggarakannya acara. Ia juga membawa sebuah kado yang telah ia siapkan. Alunan musik yang lembut menyapa indra pendengaran Julia ketika ia melangkah masuk kedalam venue.
Begitu memasuki ruangan, tamu akan terpesona oleh palet warna yang lembut, seperti emas, putih, dan blush pink, yang berpadu harmonis. Langit-langit dihiasi dengan tirai satin yang mengalir, menciptakan efek dramatis saat lampu gantung kristal berkilau memantulkan cahaya ke seluruh ruangan.
Dengan sentuhan detail yang cermat dan nuansa yang mewah, dekorasi pernikahan itu tidak hanya menyenangkan mata, tetapi juga menciptakan atmosfer yang tak terlupakan bagi semua yang hadir.
Suasana hangat dan ceria terasa di sekelilingnya saat tawa dan obrolan tamu-tamu mengisi ruangan. Julia merasa antusias sekaligus bernostalgia saat ia melihat kerumunan teman-teman lamanya yang telah lebih dulu hadir. Matanya berbinar menyapu keramaian. Wajah-wajah yang dulu akrab kini dipenuhi garis-garis waktu, tetapi senyum mereka tetap sama seperti bertahun-tahun lalu. Namun sebelum Julia menyapa kawan lama, ia melangkah menemui kedua mempelai diatas panggung itu.
"Thalia! Selamat atas pernikahanmu!" ucap Julia memeluk Thalia.
"Terima kasih sudah hadir! Aku sangat rindu padamu, Julia! Rasanya sudah lama sekali kita tidak pernah bertemu setelah acara reuni terakhir tahun lalu," ucap Thalia.
"Kamu benar. Dan aku juga sangat merindukanmu."
"Edo, perkenalkan, ini Julia teman semasa SMA-ku dulu," ucap Thalia.
"Halo, Julia!" sapa Edo ramah.
"Selamat atas pernikahanmu, Edo!" ucap Julia.
"Terima kasih!" ucap Edo.
"Julia, bersenang-senang lah selama disini. Ada beberapa hidangan tersaji yang bisa kamu nikmati," ucap Thalia.
"Iya. Baik. Ah, dan ini! Aku membawakan kado untukmu. Mungkin tidak seberapa, tapi kuharap hal itu akan berguna untukmu," ucap Julia.