....
KETIKA malam semakin larut, beberapa dari tamu undangan memutuskan untuk pulang. Terutama Julia yang kini masih terlibat pembicaraan dengan Kira dan Hana.
"Kamu yakin nggak mau kami antar pulang?" tanya Kira.
"Tidak perlu. Aku akan pulang naik taksi. Kalian pulang saja dulu." ucap Julia.
"Apa boleh buat. Kamu memang masih keras kepala seperti dulu," ucap Hana.
Julia tertawa pelan. "Tidak perlu khawatir. Setelah sampai dirumah. Akan aku pastikan untuk mengabari kalian kalau aku benar-benar pulang dengan selamat."
"Baiklah. Kalau begitu, kami pulang dulu. Sampai jumpa lagi, Julia!" ucap Kira.
Julia melambaikan tangan pada Kira dan Hana yang semakin menjauh. Rendi datang menghampiri Julia yang baru saja berpamitan dengan Kira dan Hana.
"Belum pulang?" tanya Rendi.
"Ini mau, kok! Kamu juga akan segera pulang?" tanya Julia.
"Iya. Kamu pulang naik apa? Mau pulang bersama?" tanya Rendi.
"Tidak perlu. Aku akan pulang dengan naik taksi," ucap Julia.
"Pulang bersamaku saja. Taksi pasti cukup sulit didapatkan mengingat jam benar-benar sudah sangat larut. Kamu bisa saja mendapatkan taksi, tapi itu mungkin butuh waktu yang cukup lama," ucap Rendi.
"Tidak apa-apa. Kamu pulang duluan saja," ucap Julia.
"Bagaimana, ya? Tapi, aku juga tidak akan pulang sampai kamu benar-benar mendapatkan taksi. Ayo, aku temani kamu sampai dapat taksi!" seru Rendi.
Tapi belum sempat menjawab, Rendi sudah menarik tangannya dan membawanya ke tepi jalan. Jantungnya berdebar merasakan genggaman tangan Rendi yang masih bertaut dengan jari jemarinya. Hingga akhirnya Rendi menyadari akan hal itu.
"Sorry..." ucapnya.
"Tidak apa-apa," jawab Julia.
Lima belas menit menunggu, belum ada taksi yang lewat. Dua puluh menit, kalaupun ada taksi yang lewat, itu pun sudah ada penumpang. Julia menjadi merasa tidak enak pada Rendi karena harus membuatnya ikut menunggu.
"Rendi, sebaiknya kamu pulang duluan saja. Kamu jadi ikutan menunggu lama," ucap Julia.
"Masih tidak mau ku antar pulang?"
Julia berpikir sejenak. Mungkin Rendi benar. Taksi memang sulit didapatkan di jam-jam seperti ini.
"Apa tidak apa-apa? Aku tidak mau membuatmu repot," ucap Julia.
"Tentu saja tidak. Aku sendiri yang menawarkan diri untuk mengantarmu pulang. Jadi, jangan merasa sungkan. Ayo!" ucap Rendi.
Julia hanya mengikuti Rendi dibelakang menuju mobil Rendi yang terparkir. Rendi bahkan membukakan pintu untuknya yang membuat Julia sedikit tersipu.
"Terima kasih," ucap Julia.
Mungkin karena Julia sudah lama tidak lagi merasakan perhatian seorang pria dalam hidupnya kecuali Ayahnya. Semenjak putus dari mantan pacarnya tiga tahun lalu, Julia sudah tidak pernah dekat dengan pria manapun. Ia benar-benar mengunci rapat pintu hatinya dan lebih banyak memfokuskan diri dalam pekerjaan.
....
Mobil Rendi akhirnya sampai didepan kediaman keluarga kecil Norman.
"Terima kasih sudah mengantarku pulang," ucap Julia.
"Sama-sama. Cepatlah istirahat. Besok kamu masih harus bekerja, 'kan?"
"Iya. Sekali lagi terima kasih. Selamat malam!" ucap Julia.
"Selamat malam, Julia!"
Setelah melihat mobil Rendi benar-benar pergi, Julia baru masuk ke dalam rumah dimana Ayahnya yang sedang menyaksikan siaran televisi, masih menunggunya untuk pulang padahal jam dinding sudah menunjukan hampir pukul dua belas malam.
"Ayah? Ayah belum tidur?" tanya Julia sembari mencium tangan Norman.
"Eh! Julia! Kamu sudah pulang. Ayah hanya ingin memastikan kalau anak Ayah pulang dengan selamat. Bagaimana acaranya? Berjalan lancar?"
"Lancar, kok, Yah! Ibu sudah tidur?" tanya Julia.
"Sudah. Katanya sedang tidak enak badan. Jadi, jam sembilan tadi sudah pergi tidur," ucap Norman.
"Tapi, Ibu sudah minum obat?"
"Sudah, kok! Kamu tidak perlu khawatir. Mungkin kecapekan karena akhir-akhir ini memang sedang banyak pesanan," ucap Norman.