....
MATAHARI baru saja menembus tirai tebal di kamar hotel ketika Julia terbangun. Rendi masih tertidur di sampingnya, napasnya terdengar pelan dan teratur. Julia memandang ke langit-langit, perasaannya masih bercampur aduk setelah malam sebelumnya. Hari pertama sebagai istri, namun hatinya terasa hampa.
Ia perlahan bangkit dari tempat tidur, berjalan ke arah jendela besar yang menghadap ke kota. Udara pagi masih dingin, dan embun tipis menyelimuti kaca. Julia menyentuh permukaannya, seolah berusaha menenangkan pikirannya yang berkabut. Pikirannya melayang dan rasa cemas yang terus merayap di hatinya. Hingga sebuah suara dari belakang membuatnya tersentak.
"Selamat Pagi," Rendi bergumam dengan suara serak, bangun dari tempat tidur dan meregangkan tubuhnya. "Kamu sudah bangun lebih dulu?"
"Iya," Julia berusaha tersenyum tipis. "Aku cuma... ingin melihat pemandangan sebentar."
Rendi mendekat, lalu memeluknya dari belakang. "Hmmm... Jadi begini rasanya hari pertama sebagai suami istri."
Julia merasa pipinya kembali memerah.
Mereka berdua duduk untuk sarapan di balkon kamar hotel. Sarapan tersaji dengan sempurna—kopi hangat, roti, dan buah segar. Namun, keheningan di antara mereka terasa begitu pekat. Rendi sibuk membaca ponselnya, menjawab pesan-pesan ucapan selamat yang terus berdatangan. Sementara Julia hanya menatap cangkir kopinya yang hampir tak tersentuh.
"Kita seharusnya merayakan hari ini, 'kan?" ujarnya, mencoba memecah keheningan.
"Benar, kita harus menikmatinya. Bagaimana kalau setelah sarapan kita jalan-jalan di sekitar sini sebelum berangkat?" Rendi menawarkan, wajahnya mulai bersinar.
Julia mengangguk, merasa sedikit lebih lega. "Itu ide yang bagus!"
Sinar matahari langsung menyambut mereka saat mereka berjalan beriringan keluar dari hotel dengan tangan yang saling bertaut. Saat keduanya berjalan menyusuri jalanan yang masih cukup sepi, mereka berbincang tentang tempat-tempat yang ingin mereka kunjungi. Rendi tampak antusias, mengungkapkan ide-ide yang membuat Julia tersenyum. Rendi bahkan sama sekali tak merasa canggung atau ragu untuk berinteraksi dengan orang-orang di sekitar. Julia merasa sedikit lebih rileks, menikmati momen-momen kecil bersama Rendi.
"Kamu tahu, aku merasa sangat beruntung bisa berbagi semua ini denganmu," kata Rendi dengan tulus.
"Begitu juga aku," Julia membalas, sambil memegang tangan Rendi.
Saat mereka berjalan kembali ke hotel, tangan mereka masih saling menggenggam erat. Julia merasa jantungnya berdebar, bukan karena ketidakpastian, tetapi karena harapan baru yang semakin tumbuh.
....
Cahaya keemasan bersinar menerpa wajah Julia dan Rendi. Gelombang laut yang berdebur menyambut Julia dan Rendi saat mereka tiba di Pantai Kuta. Pasir putih yang hangat menyentuh telapak kaki mereka, dan aroma laut yang segar mengisi udara. Mereka berjalan berdampingan dengan tangan saling menggenggam. Setelah melakukan perjalanan panjang, mereka pergi ke Bali sesuai janji Rendi di awal. Bahwa Rendi akan mengajak Julia untuk menikmati momen indah di Bali. Sebelumnya, Rendi pernah menawarkan untuk perjalanan ke luar negeri, namun Julia menolak. Di Indonesia masih banyak tempat indah dan bagus untuk dikunjungi. Jadi, untuk apa kita sibuk menjelajah ke luar negeri sementara tempat-tempat terbaik di negara sendiri belum pernah Julia kunjungi. Berbeda dengan Rendi yang mungkin sudah sangat sering menjelajah Indonesia dan pergi ke luar negeri.
"Ini luar biasa," kata Julia, menatap laut biru yang membentang di hadapan mereka. Rendi tersenyum, matanya berbinar dengan semangat.
"Ayo kita kesana!" ajaknya, penuh antusias.
Setelah beberapa jam bermain di ombak, mereka terjatuh dan tertawa bersama, merasakan kebahagiaan yang meliputi mereka. Momen ini membawa mereka lebih dekat, menghapus keraguan yang sempat mengganggu pikiran Julia. Deburan ombak dan cahaya matahari membuat suasana semakin romantis.
Malam tiba, dan mereka berjalan ke restoran tepi pantai. Lampu-lampu lembut dan suara ombak menciptakan latar belakang yang sempurna. Mereka menikmati hidangan seafood segar. Rendi memesan ikan bakar dan cumi-cumi, sementara Julia memilih nasi goreng seafood. Setiap suapan terasa lebih nikmat dalam kebersamaan ini.
....
Keesokan harinya, mereka memutuskan untuk menjelajahi Ubud. Dengan suasana yang lebih tenang dan dikelilingi oleh alam, Ubud terkenal dengan budaya dan seni. Pasar seni Ubud menyuguhkan kerajinan tangan yang memukau. Julia terpesona oleh keindahan batik dan perhiasan khas Bali.
"Aku ingin membeli sesuatu untuk mengingat momen ini," ujar Julia.
Di pasar, Rendi memilihkan sebuah kalung cantik untuk Julia, yang terbuat dari batu alam.
"Agar kamu selalu ingat, kalau kamu adalah bagian terindah dari hidupku," kata Rendi, membuat Julia merasakan haru.
Selama beberapa hari berikutnya, mereka juga menjelajahi Nusa Penida. Menyewa perahu, mereka berlayar ke pulau yang terkenal dengan keindahan alamnya. Kelingking Beach dengan tebing curam dan pasir putihnya membuat mereka terpesona. Mereka berdua berjalan di sepanjang pantai, dengan air laut yang jernih menyentuh kaki mereka.
Di Angel’s Billabong, mereka juga menikmati keindahan alam yang menakjubkan. Ada banyak tempat-tempat yang mereka kunjungi di Bali. Mengukir kebahagiaan sebelum mereka benar-benar menjalani realitas hidup sebagai suami istri yang pasti tidak mudah.
Hingga di malam terakhir bulan madu, Rendi mengatur makan malam romantis di tepi pantai. Dikelilingi cahaya lilin, mereka duduk berhadapan dengan gelombang laut menjadi musik latar.
Rendi mengangkat gelasnya. "Untuk kita, dan semua momen indah yang akan datang."