Bisik Di Balik Jendela

Dwi Kurnia 🐻‍❄️
Chapter #13

Bab 12 : Seni Melihat

....

MALAM itu, suasana di Hotel Edelweiss begitu meriah. Julia berdiri di depan cermin, memeriksa penampilannya lagi. Gaun karya Roxy membalut indah tubuh rampingnya. Seolah, gaun itu memang dirancang khusus hanya untuknya. Sepasang high heels berwarna putih menambah tinggi tubuhnya. Julia menambahkan aksesoris statement: anting besar berbentuk geometris dan tas kecil berwarna putih yang berkilauan. Semua elemen itu berpadu sempurna, menciptakan tampilan yang modern dan berkelas. Dia merasa percaya diri dan siap menghadapi dunia mode dengan riasan yang minimalis namun tetap elegan.

Julia menunggu Pak Adit di lobi, pemimpin redaksi di majalah tempatnya bekerja. Tak lama, pria itu datang dengan mengenakan setelan jas dari koleksi seorang desainer yang juga turut hadir malam ini. Beberapa anggota tim dari divisi lain juga turut hadir untuk kebutuhan konten.

"Julia, kamu sudah siap?" suara Pak Adit menyapa.

"Ya, Pak! Saya sudah siap," jawab Julia.

"Pastikan kamu berbicara dengan desainer yang akan memamerkan koleksinya malam ini. Ini adalah kesempatan bagus untuk membangun hubungan menjadi lebih dekat."

Julia mengangguk, merasakan semangatnya semakin membara. Peragaan busana kali ini dihadiri oleh banyak tokoh penting dari industri fashion, dan dia tahu betapa berartinya momen ini untuk karirnya.

Mereka berjalan bersama menuju venue, keramaian langsung menyambut mereka. Lampu sorot menyinari panggung, dan suara musik menghentak keras mengisi udara. Julia merasa jantungnya berdebar. Ia melihat berbagai wajah familiar—influencer terkenal, model, dan bahkan beberapa fotografer dari majalah ternama. Kursi-kursi penonton yang disusun rapi di samping catwalk terlihat siap menyambut para tamu. Setiap kursi dilapisi kain satin berwarna cerah yang memancarkan kilauan di bawah sorotan lampu. Barisan kursi tersebut berdiri tegak, memisahkan dunia glamor di atas catwalk dengan kerumunan yang bersemangat di belakangnya.

Tirai sutra yang membentang menambah suasana megah, sementara aroma parfum yang lembut memenuhi udara, menciptakan atmosfer yang menggoda. Setiap kursi dilengkapi dengan kartu nama yang tertata rapi, menunjukkan siapa yang akan duduk di sana—tokoh-tokoh penting dari dunia mode, influencer ternama, dan jurnalis yang siap meliput acara.

Para penonton mulai mengambil tempat mereka, siap untuk menyaksikan keindahan dan kreativitas yang akan segera meluncur di atas catwalk. Dalam beberapa detik, suasana tenang ini akan berganti dengan gemuruh tepuk tangan dan sorak sorai, menyemarakkan peragaan busana yang dinanti-nantikan.

Di sisi lain, Julia melihat sosok desainer terkenal yang dikenalnya. Dengan percaya diri, dia melangkah menghampiri. "Selamat malam! Saya Julia, penulis mode dari Majalah Éclat. Karya Anda selalu menginspirasi."

Desainer bernama Vivian itu tersenyum. "Terima kasih, Julia! Senang sekali bertemu denganmu. Apa kamu sudah melihat koleksi terbaru kami?"

Julia mengangguk, antusias mendengar penjelasan desainer tentang inspirasinya di balik koleksi yang ditampilkan waktu itu. Ini adalah momen yang sangat berharga, di mana Julia bisa memahami lebih dalam tentang dunia fashion yang dia cintai.

Sebelum acara dimulai, Julia merasakan kebahagiaan meluap di dalam dirinya. Kehadiran orang-orang penting dan momen-momen berharga ini membuatnya merasa lebih terhubung dengan dunia yang selalu dia impikan. Dia tahu, kehadirannya di peragaan busana ini bukan hanya tentang mode, tetapi juga tentang membangun jaringan dan mendapatkan pengalaman berharga.

Julia sudah duduk ditempat yang telah disediakan bersama para tamu lain. Saat lampu mulai redup, Julia bersiap untuk menyaksikan pertunjukan yang luar biasa, bersyukur atas setiap kesempatan yang telah datang padanya. Ia sangat menantikan pertunjukan yang akan segera berlangsung. Namun, suara bisik-bisik dibelakangnya menarik perhatian.

"Kamu tahu, anak pengusaha kaya itu akan datang malam ini. Dia juga dokter lulusan terbaik dari Oxford University," kata seorang tamu dengan nada bersemangat.

"Siapa? Aku belum mendengar namanya," jawab temannya, penasaran.

"Entahlah. Aku lupa namanya. Dia sangat berprestasi dan cantik. Semua orang sedang sibuk membicarakannya," ucapnya sambil melirik ke arah pintu masuk.

Julia tertarik mendengar informasi itu, tetapi tidak sempat mencari tahu lebih jauh. Para model satu per satu mulai berjalan di atas catwalk, menampilkan setiap karya dari desainer dengan anggun dan percaya diri. Langkah-langkah mereka berirama dengan musik yang menghentak, menciptakan suasana yang menggetarkan.

Karya-karya yang ditampilkan bervariasi, mulai dari gaun malam yang megah hingga pakaian sehari-hari yang chic dan minimalis. Setiap detail desain terlihat sempurna—jahitan yang rapi, pilihan kain yang berkualitas, dan palet warna yang harmonis. Julia mencatat setiap koleksi dengan seksama, matanya tak lepas dari setiap gerakan model yang menawan.

Di antara penampilan yang memukau, satu gaun merah mencuri perhatian Julia. Gaun tersebut terbuat dari satin yang mengkilap, dengan potongan yang menonjolkan siluet tubuh model, mengalir indah setiap kali langkah diambil. Bordir rumit, renda halus dan payet yang berkilau menambahkan sentuhan glamor yang membuatnya terlihat elegan tanpa berlebihan.

Tiba-tiba, Julia melihat seorang wanita anggun melangkah masuk. Dengan gaun yang elegan dan percaya diri, wanita itu pasti menarik perhatian semua orang di sekitarnya. Julia tidak tahu bahwa wanita itu adalah Herlina, si dokter lulusan Oxford yang sedang dibicarakan.



Lihat selengkapnya