Bisik Di Balik Jendela

Dwi Kurnia 🐻‍❄️
Chapter #10

Bab 9 : Lembayung Teduh

....

HARI itu cerah saat Julia bersama keluarganya berangkat untuk piknik yang sudah direncanakan. Mobil sewaan yang nyaman menjadi sarana mereka menjelajahi hutan yang sejuk dan rindang. Danu, meskipun awalnya ragu, akhirnya setuju untuk ikut setelah Julia terus membujuknya.

"Come on, Danu! Kita butuh kamu di sini. Ibu dan Ayah pasti senang kalau kamu ikut," Julia berusaha meyakinkan, menatap penuh harapan pada kakaknya.

Dengan wajah yang tidak sepenuhnya bersemangat, Danu mengangguk. "Oke, oke. Tapi aku tidak berjanji untuk ikut campur dalam semua kegiatan."

"Yang penting kamu ada, sudah cukup," jawab Julia, tersenyum lebar.

Berkat bujukan Julia, Danu kini bertugas memegang kemudi. Disampingnya ada Norman. Sementara di kursi belakang Julia bersama Sinta. Setelah beberapa jam perjalanan, mereka tiba di tempat perkemahan. Hutan yang asri dan udara yang sejuk menyambut mereka. Norman, walaupun menggunakan kursi roda, tampak bersemangat. Dengan dibantu Sinta dan Julia, Norman dibantu untuk duduk dikursi roda.

"Lihat, ada tenda yang sudah siap di sana," kata Sinta sambil menunjuk ke arah tenda yang telah tersedia. "Kita hanya perlu menyiapkan makanan."

Mereka berjalan beriringan menuju tempat yang telah disiapkan. Dua tenda dengan teras kayu menyambut mereka, memberikan ruang yang cukup luas untuk memasak atau mengadakan acara BBQ. Suasana di sekeliling terasa nyaman dan hangat, sempurna untuk menikmati waktu bersama.

Julia dan Sinta mulai mengeluarkan berbagai bahan makanan dari ransel. Ada aneka makanan untuk BBQ, seperti sosis, daging sapi, ayam, dan sayuran segar. Selain itu, mereka juga mempersiapkan mie kuah pedas dengan campuran telur di dalamnya. Mereka menata semuanya di atas meja kayu, siap untuk dibakar dan dinikmati bersama. Sementara itu, Danu duduk di sudut dengan ponselnya, tampak tak teralihkan sedikit pun.

"Danu, mau bantu kita?" Julia mencoba mengajak, tetapi Danu hanya melirik sejenak sebelum kembali fokus pada ponselnya.

"Tidak. Aku sedang sibuk," Danu menjawab dengan nada acuh tak acuh.

Julia menghela napas, tapi dia berusaha tidak terlalu memikirkannya. Setidaknya Danu sudah mau ikut. Setelah selesai memasak, mereka duduk bersama di meja yang telah disediakan. Makan malam mereka terasa nikmat, dilengkapi dengan tawa dan cerita-cerita hangat dari masa lalu.

Malam mulai menjelang. Mereka memutuskan untuk bernyanyi bersama melingkari api unggun. Lagu-lagu lawas Indonesia menggema di antara pohon-pohon, membawa nostalgia yang menyentuh hati. Norman dan Sinta bahkan berduet, suaranya harmoni meski terkadang sedikit fals, tapi semua itu menambah suasana hangat di malam itu.

Julia tersenyum bahagia melihat kedua orang tuanya. Dia mengeluarkan kamera ponselnya dan mengabadikan momen-momen berharga tersebut. "Say cheese!" teriaknya, dan mereka semua tersenyum lebar ke arah kamera; kecuali Danu.

Julia seolah merasakan ketenangan yang selama ini dia cari. Semua beban pikirannya seolah menguap seiring alunan lagu dan kehangatan keluarga. Ini adalah momen terbaik baginya, kesempatan untuk beristirahat sejenak dari rutinitas yang membebani.

Saat bintang-bintang mulai menghiasi langit malam, Julia merenungkan seberapa berartinya keluarga bagi hidupnya. Meskipun ada banyak masalah yang harus dihadapi, momen seperti ini mengingatkannya bahwa dia tidak sendirian. Dalam kebersamaan, mereka dapat menemukan kebahagiaan dan kekuatan untuk terus melangkah.




....

Suasana di hutan perkemahan semakin tenang. Suara desiran angin berbaur dengan nyanyian serangga malam menciptakan melodi alami yang menenangkan. Bintang-bintang berkelap-kelip di langit, menyinari tenda-tenda yang terpasang rapi di antara pepohonan rindang.

Di tenda sebelah, Norman dan Danu bersiap untuk tidur. Norman melihat Danu masih mengutak-atik ponselnya, mungkin menelusuri berita terbaru.

"Danu? Kamu yakin tidak mau lekas tidur? Jangan sampai ponselmu bikin kamu tidak bisa tidur nanti," ujar Norman, suaranya tenang dan penuh kasih.

"Sebentar lagi, Ayah. Aku cuma cek beberapa hal," Danu menjawab tanpa mengalihkan pandangannya dari layar. Meski Danu tampak sibuk.

Setelah beberapa menit, Danu akhirnya menaruh ponselnya. "Oke, sudah cukup," katanya sambil menarik sleeping bag dan merebahkan tubuhnya.

"Selamat tidur, nak!" balas Norman, lalu memejamkan mata, menghirup udara malam yang sejuk.

Di tenda sebelah, Julia dan Sinta juga bersiap-siap untuk tidur. "Malam ini seru sekali, ya?" Sinta berkata sambil tersenyum, matanya menatap Julia yang duduk di sisi tenda.

Lihat selengkapnya