....
HARI itu langit cerah saat Julia bersama keluarganya berangkat untuk pergi glamping seperti yang sudah mereka rencanakan sebelumnya. Mobil sewaan yang nyaman menjadi sarana mereka menjelajahi hutan yang sejuk dan rindang menuju tempat tujuan. Danu, meskipun awalnya ragu, akhirnya setuju untuk ikut setelah Julia terus membujuknya.
"Come on, Danu! Kita butuh kamu di sini. Ibu dan Ayah pasti senang kalau kamu ikut," Julia berusaha meyakinkan, menatap penuh harapan pada kakaknya.
Dengan wajah yang tidak sepenuhnya bersemangat, Danu mengangguk. "Oke, oke. Tapi aku tidak berjanji untuk ikut campur dalam semua kegiatan."
"Yang penting kamu ada, sudah cukup," jawab Julia, tersenyum lebar.
Berkat bujukan Julia, Danu kini bertugas memegang kemudi. Disampingnya ada Norman. Sementara di kursi belakang Julia bersama Sinta. Setelah beberapa jam perjalanan, mereka tiba di tempat glamping.
Tempat glamping yang didatangi keluarga Julia terletak di tengah hutan pinus yang tinggi, menciptakan suasana sejuk dan alami. Di antara pepohonan yang menjulang, terdapat area yang bersih dan rapi, dilengkapi dengan tenda-tenda mewah berbahan kanvas tebal berwarna krem, dilengkapi dengan lantai kayu yang ditinggikan. Masing-masing tenda memiliki pintu yang dapat dibuka lebar, menghadap ke pemandangan hijau hutan.
Sementara di sisi lain, terdapat area umum untuk berkumpul yang memiliki dapur outdoor minimalis dengan panggangan. Terdapat juga meja makan panjang dari kayu tempat keluarga atau kelompok dapat bersantap bersama sambil menikmati suasana alam yang masih asri.
Norman, walaupun menggunakan kursi roda, tampak bersemangat. Dengan dibantu Sinta dan Julia, Norman dibantu untuk turun dari mobil dan duduk dikursi roda.
"Wah! Tempat ini sangat indah dan bagus," kata Sinta sambil menunjuk ke arah tenda yang telah tersedia. "Kita hanya perlu menyiapkan makanan."
"Benar, Bu. Ayo kita kesana!" seru Julia.
Mereka berjalan beriringan menuju tempat yang telah disiapkan. Mereka menyewa dua tenda untuk bermalam.
Julia dan Sinta mulai mengeluarkan berbagai bahan makanan dari ransel. Ada aneka makanan untuk BBQ, mie instan, serta aneka snack dan minuman. Mereka menata semuanya di atas meja kayu, siap untuk diolah dan dinikmati bersama. Ketika Julia dan Sinta sibuk menyiapkan hidangan untuk makan malam, Julia melihat pada Danu yang duduk didepan tenda dengan ponselnya, tampak tak teralihkan sedikit pun. Sesekali meninggikan ponsel dan mengeluh soal jaringan internet yang buruk di tengah hutan.
"Danu, mau bantu kita?" Julia mencoba mengajak, tetapi Danu hanya melirik sejenak sebelum kembali fokus pada ponselnya.
"Tidak. Aku sedang sibuk," Danu menjawab dengan nada acuh tak acuh.
Julia menghela napas, tapi dia berusaha tidak terlalu memikirkannya. Setidaknya Danu sudah mau ikut. Malam telah menjelang. Setelah selesai memasak, mereka duduk bersama di meja yang telah disediakan. Makan malam mereka terasa nikmat, dilengkapi dengan tawa dan cerita-cerita hangat dari masa lalu.
Mereka kini memutuskan untuk bernyanyi bersama melingkari api unggun yang telah tersedia disana. Lagu-lagu lawas Indonesia menggema di antara pohon-pohon, memberi ruang nostalgia untuk mereka yang kembali merindukan masa-masa dulu. Norman dan Sinta bahkan berduet yang menambah suasana malam itu menjadi lebih hangat.
Julia tersenyum bahagia melihat kedua orang tuanya. Dia mengeluarkan kamera ponselnya dan mengabadikan momen-momen berharga tersebut. Gambar ia ambil dari setiap sudut. Entah itu kedua orang tuanya yang sedang bernyanyi, tertawa bersama, atau Danu yang lagi-lagi lebih sibuk dengan ponselnya.
"Kita foto, yuk!" ajak Julia.
"Ayo-ayo!" seru Sinta.
Mereka bertiga mendekat kecuali Danu.
"Danu. Ayo foto dulu!" ucap Sinta.
Danu terlihat menghela napas berat, namun tetap bangkit dan mendekat pada mereka.
"Say cheese!" teriak Julia.
Dan mereka semua tersenyum lebar ke arah kamera; kecuali Danu. Julia seolah merasakan ketenangan yang selama ini dia cari. Semua beban pikirannya seolah menguap seiring alunan lagu dan kehangatan keluarga. Ini adalah momen terbaik baginya, kesempatan untuk beristirahat sejenak dari rutinitas yang membebani.
Saat bintang-bintang mulai menghiasi langit malam, Julia merenungkan seberapa berartinya keluarga bagi hidupnya. Meskipun ada banyak masalah yang harus dihadapi, momen seperti ini mengingatkannya bahwa dia tidak sendirian. Dalam kebersamaan, mereka dapat menemukan kebahagiaan dan kekuatan untuk terus melangkah.
....
Suasana di hutan perkemahan semakin tenang. Suara desiran angin berbaur dengan nyanyian serangga malam menciptakan melodi alami yang menenangkan. Bintang-bintang berkelap-kelip di langit, menyinari tenda-tenda yang terpasang rapi di antara pepohonan rindang.