Bisik Di Balik Jendela

Dwi Kurnia 🐻‍❄️
Chapter #11

Bab 10 : Cermin Ilusi

....

KALI ini, Julia tidak bisa hadir di pemotretan, sebab harus menghadiri rapat penting dengan klien yang berpotensi mengancam proyek kolaborasi majalah Éclat. Meskipun merasa berat meninggalkan studio, dia percaya bahwa Gina, rekan sesama penulis mode, dapat mengambil alih posisinya.

"Gina, aku butuh bantuanmu. Aku tidak bisa ke pemotretan hari ini. Chris dan Selena butuh dukungan," ungkap Julia sebelum pergi.

"Tenang saja, aku akan urus," jawab Gina.

Tak lama Gina datang ke studio. Setelah melakukan briefing dan semua peralatan disiapkan serta lampu sorot dipasang dengan sempurna, pemotretan pun dimulai. Chris, dengan sikap profesionalnya, berdiri di belakang kamera, matanya fokus pada lensa, sementara jari-jemarinya cepat menyesuaikan pengaturan. Ia memberi isyarat kepada Selena untuk memulai pose pertamanya.

Chris menatap Selena di depan lensa di bawah sorotan lampu studio yang terang benderang. Suasana di sekitar terasa sibuk, dengan tim makeup dan stylist berdiri di sudut ruangan, menunggu instruksi lebih lanjut. Gemerincing peralatan fotografi dan suara kecil-kecil dari para kru yang bekerja di latar belakang mengisi udara, tapi semuanya seakan terdiam saat mata Chris terfokus pada Selena.

Selena berdiri di tengah set, mengenakan gaun biru laut dengan belahan tinggi yang dramatis hingga ke paha atas, menonjolkan kakinya yang panjang. Gaun itu juga memiliki potongan rendah di bagian dada, yang membuat tampilan ini terasa sangat berbeda dari biasanya. Ini adalah kali pertama Selena tampil begitu berani di depan kamera, dan meski terlihat mempesona, raut wajahnya menunjukkan ketegangan yang halus.

Gina, yang kini berdiri di sisi set, mengawasi jalannya pemotretan dengan teliti. Matanya sesekali melirik Selena, yang masih tampak kaku dan canggung meski sudah mencoba mengikuti arahan. Setiap kali Chris memberi instruksi, Selena berusaha menyesuaikan, namun gerakannya terasa tertahan. Selena sebenarnya tidak merasa cukup nyaman dengan tema yang diusung untuk pemotretan kali ini. Saat manajernya, Yvone, membahas hal itu, Selena meragu. Namun, kata-kata Yvone terus terngiang.

"Selena, ini bisa jadi awal baru untuk karirmu. Tunjukkan pada dunia siapa dirimu. Setiap langkah ini akan membawamu lebih dekat ke tujuan yang kamu impikan."

Mengingat hal itu, Selena berusaha meyakinkan diri. Dia tahu bahwa peluang seperti ini tidak datang setiap hari. Dan sayangnya, Yvone tak dapat menemani dirinya karena harus mengurus model lain yang juga sedang memiliki jadwal pemotretan. Jadi, Selena hanya ditemani seorang asisten perempuan yang kini berdiri disamping Gina.

"Selena, aku butuh kamu lebih ekspresif di depan kamera. Coba angkat dagumu sedikit, dan berikan tatapan yang lebih dalam ke kamera," kata Chris dengan nada lembut namun tegas, mencoba membantu Selena keluar dari kecanggungannya.

Selena mengatur napasnya, berusaha mengikuti arahan itu. Namun, di balik sorotan lampu terang dan perhatian yang tertuju padanya, ia masih merasa tidak nyaman. Pakaian yang ia kenakan terasa asing di tubuhnya, seolah memaksanya menjadi seseorang yang bukan dirinya. Meskipun ia tahu betapa pentingnya pemotretan ini untuk karirnya, rasa tidak siap itu terus menghantui.

"Gaun ini luar biasa, dan kita harus menonjolkan sisi kuat dan menggoda darinya. Kamu terlihat cantik, tapi aku masih merasa kamu sedikit menahan diri," ucap Chris.

Selena tersenyum tipis, jelas masih berusaha beradaptasi dengan suasana. "Iya, aku cuma… belum terbiasa tampil seperti ini," gumamnya, sambil menggeser sedikit tubuhnya, tangan kirinya merapikan lipatan gaun yang jatuh di samping paha. "Rasanya agak berlebihan."

Chris melangkah lebih dekat, tanpa meninggalkan kameranya. "Aku paham," katanya, matanya lembut namun fokus, "Tapi percayalah, ini tentang gaunnya, bukan hanya dirimu. Belahan tinggi ini dimaksudkan untuk menonjolkan kepercayaan diri, bukan sekadar tubuhmu. Ini soal bagaimana kamu bisa membawa pakaian ini dengan elegan, tapi tetap berani. Bukan tentang tampil provokatif, tapi bagaimana kamu bisa menunjukkan kekuatan dan keanggunan."

Selena menarik napas dalam-dalam, mencoba merilekskan tubuhnya. Lampu studio terasa lebih hangat dari biasanya, seakan menambah beban pada bahunya yang kaku. Ia memandang bayangan dirinya di cermin besar di sudut ruangan, gaun biru laut itu begitu mencolok, menyatu dengan kulitnya yang cerah, menciptakan kontras sempurna. Tapi meski tampilannya menakjubkan, ada ketakutan yang sulit ia hilangkan.

"Aku mengerti maksudmu," jawabnya sambil menghela napas, tangannya bermain dengan tepi gaun. "Tapi, bagaimana caranya agar tidak terlihat dipaksakan?"

Chris tersenyum lagi, kali ini lebih lembut, seakan memberikan dorongan yang dibutuhkan Selena. "Coba rileks kan bahumu sedikit," katanya sambil mengarahkan. "Condongkan tubuh ke kaki kirimu, biarkan kain jatuh alami di sekitarmu. Fokus pada posturmu, jangan hanya ekspresi. Bayangkan kamu masuk ke sebuah ruangan, dan semua orang langsung terdiam karena cara kamu membawakan diri. Bukan sekadar pakaian, tapi bagaimana kamu bisa membuatnya hidup."

Selena perlahan menyesuaikan posisinya, membiarkan gaun itu mengikuti lekuk tubuhnya. Ia mengubah tatapannya, dari ragu menjadi lebih percaya diri, mengangkat sedikit dagunya, menantang cermin di depannya. Potongan gaun di bagian dada yang awalnya membuatnya gugup kini terasa seperti simbol kekuatan, bukan kelemahan.

"Begini?" tanyanya pelan, matanya mengunci pada Chris.

Chris tersenyum puas, tangannya sudah kembali ke kamera. "Iya, tepat sekali. Terus jaga energi itu. Kamu sudah menangkap esensinya."

Lampu kamera mulai menyala lagi, menangkap setiap detail. Udara di studio terasa lebih tenang kini, tapi juga lebih intens.

Selena kini telah berganti pakaian untuk sesi pemotretan selanjutnya. Selena berdiri di depan cermin besar di studio, memandangi bayangan dirinya yang kini terbalut pakaian yang jauh lebih terbuka daripada sebelumnya. Bra hitam tipis dengan paduan rok kulit mini yang membuat bagian perut dan pahanya terlihat jelas, sementara gaya rambutnya dibuat lebih acak-acakan dan seksi. Make up-nya tebal, dengan lipstik merah yang mencolok dan mata smoky yang menambah kesan dramatis. Meski ia baru berusia sembilan belas tahun, dunia modeling sudah menuntutnya tampil lebih dewasa dari umurnya.

Beberapa bulan lalu, Selena memenangkan kompetisi modeling kecil yang diadakan oleh agensi Senvess, dan sejak itu karirnya melonjak. Namanya mulai muncul di berita fashion sebagai model pendatang baru yang berbakat dan penuh potensi. Berkat popularitas yang sedang naik, Selena menandatangani kontrak dengan majalah Éclat, majalah mode bergengsi yang kini mempercayainya sebagai wajah baru mereka.

Namun, kontrak tersebut juga membawa tantangan besar. Selena diminta untuk tampil lebih berani dan sensual dalam pemotretan hari ini—sesuatu yang belum pernah ia lakukan sebelumnya. Saat ia berdiri di depan kamera, hatinya berdebar tidak karuan. Pakaian yang dikenakannya, yang terbuka di sana-sini, membuatnya merasa tidak nyaman. Ini bukan sekadar soal popularitas lagi; ia merasa belum siap untuk tampil seperti ini di depan publik.

Lihat selengkapnya