Pagi menjelang di Hutan Eldoria, namun bagi Elara, fajar terasa jauh. Cahaya keemasan yang biasanya menyapa dengan kehangatan kini terasa dingin, menyoroti bayangan-bayangan yang seolah menari-nari di tepi penglihatannya. Bangkai Grifflon yang tergeletak di tepi sungai menjadi bukti nyata dari ancaman yang baru ia hadapi. Darah hitamnya telah meresap ke tanah, meninggalkan noda gelap yang tak akan mudah hilang.
Elara berlutut di samping makhluk itu lagi, menyentuh bulu tebalnya yang kini dingin. Kekosongan di mata merah itu masih menghantuinya. Ini bukan sekadar Grifflon yang lapar; ada sesuatu yang jauh lebih dalam, lebih gelap, yang menguasai makhluk itu. Bisikan-bisikan yang selama ini menjadi panduannya kini terasa seperti teka-teki, semakin rumit dan berbahaya.
Ia memejamkan mata, memfokuskan indranya. Energi magi di sekitar Grifflon terasa keruh, terkontaminasi. Ini bukan magi yang mengalir bebas di alam. Ini adalah magi bayangan, dan jejaknya terasa kuat, seperti sisa-sisa badai yang baru saja berlalu. Elara mengikuti jejak energi itu, merangkak di atas lutut, menelusuri tanah yang masih basah oleh embun.
Jejak itu membawanya lebih jauh ke dalam hutan, melewati pohon-pohon purba yang menjulang tinggi seperti menara alami. Akar-akar mereka melilit tanah, membentuk pola rumit yang seolah hidup. Semakin dalam ia melangkah, semakin pekat aura magi bayangan itu terasa, seperti embun beku yang menempel di udara.
Kemudian ia melihatnya. Sekumpulan lumut yang biasanya hijau cerah kini berwarna ungu gelap, hampir hitam. Lumut itu tumbuh di dasar pohon kuno yang sangat besar, batangnya diukir oleh waktu dan elemen. Aroma lumut itu pun berbeda, bukan lagi aroma tanah yang segar, melainkan bau apek, seperti sesuatu yang telah lama tersembunyi.
"Aneh," bisik Elara pada dirinya sendiri. Lumut ungu adalah penanda langka dari daerah yang terkontaminasi magi bayangan. Itu adalah indikator bahwa kekuatan gelap telah berdiam di sana untuk waktu yang cukup lama, merusak esensi alam di sekitarnya.
Ia mendekat, melangkah hati-hati. Di tengah hamparan lumut ungu itu, Elara melihat sesuatu yang lain. Sebuah simbol yang diukir kasar pada batang pohon. Simbol itu terdiri dari tiga garis bergelombang yang saling bersilangan, membentuk segitiga terbalik dengan lingkaran di tengahnya. Elara belum pernah melihat simbol seperti itu sebelumnya, namun ia merasakan getaran dingin saat menyentuhnya. Magi bayangan terasa pekat di sekitar ukiran itu, berdenyut pelan seolah hidup.