Kabut Rawa Senyap yang sebelumnya terasa mencekam kini terasa sedikit lebih bersahabat dengan kehadiran Kaelen. Pria tua itu berjalan di depan, tongkat kayunya mengetuk tanah lembap dengan irama yang tenang. Elara mengikutinya dari dekat, waspada terhadap setiap suara atau pergerakan di balik kabut tebal. Kaelen bergerak dengan pengetahuan seorang yang telah menghabiskan sebagian besar hidupnya di tempat itu, menghindari genangan air yang dalam dan sarang makhluk rawa.
"Rawa ini, meskipun berbahaya, juga adalah pelindung Eldoria," Kaelen menjelaskan tanpa menoleh. "Ia menyembunyikan banyak rahasia, dan salah satunya adalah Perpustakaan Batu."
Elara mengangguk, matanya terus mencari. "Bisakah kau ceritakan lebih banyak tentang Arkhon dan Segel itu?"
"Arkhon, atau yang dikenal juga sebagai Penelan Dunia, adalah entitas primordial dari kekacauan. Ia tidak memiliki bentuk fisik yang nyata, lebih merupakan kekuatan destruktif yang berusaha melahap semua kehidupan," jelas Kaelen. "Ribuan tahun yang lalu, para Leluhur, yang meliputi Penjelajah Malam dan para penjaga lain seperti aku, berhasil mengalahkannya. Mereka tidak bisa menghancurkannya, jadi mereka menyegelnya di tempat yang dalam, menggunakan energi magi murni bumi."
"Jadi, segel itu adalah alasan mengapa Eldoria stabil?" tanya Elara.
"Betul sekali," jawab Kaelen. "Selama segel itu utuh, Arkhon tetap tertidur. Tapi kini, ada yang berusaha membangunkan entitas itu, dan magi bayangan adalah alat mereka. Semakin banyak magi bayangan yang menyebar, semakin lemah segel itu."
Mereka akhirnya tiba di sebuah tebing batu yang diselimuti lumut. Di dasar tebing, tersembunyi di balik tirai ivy tebal, sebuah celah gelap menganga. Udara di sana terasa lebih dingin, dan Elara bisa merasakan denyutan magi yang kuat, namun kali ini terasa murni dan kuno, bukan terkontaminasi seperti magi bayangan.
"Ini pintu masuknya," kata Kaelen, menarik tirai ivy ke samping.