Bisikan Malam

A.R. Rizal
Chapter #20

Mencari Orang Hilang

SIAR mengadu kepada Leman, laki-laki yang sangat diseganinya. Perempuan menjanda itu menumpahkan kegundahan hatinya. Hampir saja, Siar meraung dalam dekapan Leman. Beruntung, laki-laki yang bersawah luas itu tak tergoda imannya.

Yang dikadukan Siar adalah soal anak laki-lakinya. Sudah tiga hari Norel tak pulang. Anak sibiran tulang, tempat bersandar di saat renta. “Biasanya ia melewati pematang sawah selepas mencari durian di hutan.” Siar bicara sesenggukan.

Beberapa hari yang lalu, Leman memang berjumpa dengan Norel. Anak muda tanggung itu beberapa kali mengadukan ketakutannya. Ia diintai oleh inyiak belang yang turun dari hutan. Leman takkan mengungkapkan prasangkanya kepada Siar. Bisa-bisa, perempuan itu mati berdiri di hadapannya. “Paling anak itu terlupa dengan waktu. Aku akan menyusuruh beberapa orang untuk menyusulnya di hutan.” Leman mencoba menenangkan Siar.

Sedikit banyaknya, lega pula hati Siar. Perempuan itu tinggal menunggu saja di rumah. Antara mendapat kabar baik atau buruk, memang membuat perasaan tak enak. Siar terpaksa menelannya. Tak ada lagi yang bisa dilakukan perempuan itu selain menunggu dalam cemas.

Leman mengumpulkan beberapa anak muda kampung. Mereka yang terpilih mempunyai pengalaman berburu babi di hutan. Misi pencarian pun dilakukan. Anak-anak muda itu dibagi atas beberapa regu. Masing-masing regu menyisir tempat-tempat yang biasa dilewati Norel ketika mencari buah durian.

Regu yang dipimpin Akmal mencari di tepi hutan di belakang pekarangan rumah Rosna. Ia menemukan tanda-tanda di sana. Beberapa buah durian yang sudah membusuk tergeletak di tanah dengan kondisi terikat. Seseorang meninggalkan begitu saja setelah mengumpulkannya. Norel tak mungkin melakukan hal itu. Pencari durian sama dengan pemburu. Pemburu takkan meninggalkan buruannya begitu saja. “Aku tak melihat tanda-tanda yang lain. Anak itu lenyap begitu saja.” Akmal menyampaikan kabar pencariannya kepada Leman.

“Apa kau tidak melihat jejak harimau atau binatang buas lainnya?” Leman menggali informasi yang lebih banyak lagi.

Akmal merasa tak senang mendengar pertanyaan Leman. Laki-laki tua yang nyinyir. “Sekian lama, babi hutan jarang tampak di kampung ini. Karena itulah, orang-orang tak lagi berburu. Tak ada babi, tak ada harimau. Kalau harimau menghilangkan orang, itu jadi-jadian.” Akmal menjawab panjang seraya menerangkan pengalamannya sebagai pemburu.

Leman terdiam. Perkataan Akmal menohok dadanya. Laki-laki tua itu terpengaruh. Sedari awal, Leman tidak percaya kepada harimau jadi-jadian itu. Ia mempercayai yang lain, tentang hal-hal gaib yang ada di kampung. Juga yang ada di dalam hutan. “Jangan-jangan, anak itu dilarikan oleh orang bunian.” Leman punya prasangka lain.

“Berarti, dia tak pergi kemana-mana.” Akmal menimpali. Pemuda itu sama sekali tak menyalahkan prasangka Leman.

“Anak itu pasti berada di sekitar tempat ia meninggalkan buah durian yang telah dikumpulkannya.” Leman terdiam sebentar. Laki-laki tua itu mencoba meraba-raba prasangka yang lain. “Tapi, bagaimana cara menemukannya?” Leman tampak bingung dengan pertanyaannya sendiri.

Lihat selengkapnya