Bisikan Malam

A.R. Rizal
Chapter #21

Menentukan Hari

TAK seperti biasa, Kirai pulang cepat hari ini. Tak banyak pekerjaan di tempat pengumpul pinang. Truk besar baru saja mengangkut pinang ke pelabuhan. Pinang dibawa kapal besar ke Pulau Jawa untuk diolah oleh bermacam pabrik di sana. Seharusnya, hari itu menjadi hari yang sangat sibuk di tempat pengumpul pinang karena pinang-pinang yang baru dipanen oleh petani akan berdatangan. Tapi, Tini lebih cepat menutup gudangnya. Perempuan terpandang itu harus menyediakan waktu untuk mempersiapkan pernikahan anak gadisnya.

“Aku dicegat di jalan oleh Zuraida. Perempuan itu menitipkan bungkusan ini untuk Ibu.” Kirai menyerahkan cembung besar yang terbungkus kain kain perca bermotif kotak-kotak kepada Rosna.

Rosna meletakan cembung besar di atas meja. Bungkusan kain perca dibuka. Perempuan tua itu terkejut dengan bermacam makanan yang ada di dalam cembung. Ada nasi ketan, pindang ayam, dan gulai kepala ikan yang diletakan dalam bungkusan plastik. “Ada apa gerangan perempuan itu mengirim semua makanan ini?” Rosna bertanya heran kepada Kirai.

Rosna seharusnya tak bertanya kepada Kirai. Perempuan tua itu lebih paham dengan maksud pemberian itu. “Perempuan itu mengatakan, ia akan datang besok malam.” Kirai menyampaikan pesan lain dari Zuraida.

“Secepat itu?” Rosna memasang wajah terkejut bercampur risau. Perempuan tua itu sama sekali tak punya persiapan.

Kirai tak mengerti maksud pertanyaan Rosna. “Memangnya, apa yang mesti disiapkan, Bu?” Kirai mencari tahu.

“Setidaknya, kita menyiapkan makanan. Perempuan itu pasti tak datang sendirian. Kita harus menjamunya.” Rosna mengurai kekhawatirannya.

“Kalau soal itu, Ibu tak perlu risau. Besok, aku tak masuk bekerja. Pagi-pagi sekali, aku akan berbelanja ke pasar.” Kirai menapik risau hati Rosna.

“Tak usah. Kau tak perlu menyisihkan uang. Kebutuhan untuk anak-anakmu lebih utama. Biar aku yang mengurus semuanya.” Rosna tak ingin Kirai ikut menanggung besan yang seharusnya dipikulnya sebagai seorang ibu bagi anak laki-lakinya.

Ini urusan anak laki-lakinya. Beban anak laki-laki tak bisa ditimpakan kepada anak perempuan. Itu tanggung jawab seorang ibu. Rosna sudah punya solusi atas tanggung jawab yang diembannya. Tak masalah jika perempuan tua itu mengambil sedikit uang dari plastik kresek yang disimpan Rais di dalam kamarnya. Uang itu bahkan cukup untuk membuat sebuah pesta besar.

***

ZURAIDA datang selepas Isya. Perempuan itu tak sendiri. Ia membawa serta beberapa saudara laki-lakinya. Ada Rajab dan Kutar. Rajab adalah saudara laki-lakinya yang paling kecil. Sedangkan Kutar, ia anak laki-laki nomor dua di keluarga Zuraida. Tak ada Inun dalam rombongan tersebut.

Dari gelagat, sudah jelaslah maksud kedatangan Zuraida. Perempuan itu menegaskan tujuan sebelumnya. Setelah Inun setuju menjemput anak laki-laki Rosna, maka hari baik, bulan baik akan dirembukkan bersama. “Bagaimana dengan anak laki-lakimu itu?” Kutar sebagai saudara paling besar bertindak sebagai juru runding bagi Zuraida.

Lihat selengkapnya