Bisikan Malam

A.R. Rizal
Chapter #27

Pewaris

ANAK laki-laki selalu terikat dengan ibunya. Tapi, Teboh selalu berupaya untuk dekat dengan Rais. Sejak kecil, anak itu sering dibawanya kemana-mana. Rais ditunjukan segala hal. Mengajarkannya cara mengobati orang, hingga melakukan ritual-ritual sesuai kesanggupan seorang bocah. Teboh telah mempersiapkan anak laki-lakinya itu sebagai pewaris.

“Kau perhatikan ini.” Teboh mengajarkan Rais bagaimana caranya menjadikan ayam hitam sebagai sesajian. Sebelah tangannya memegang sepasang kaki ayam hitam. Sebelah tangannya yang lain mempelintir leher ayam. Krek! Terdengar suara tulang yang patah. Ayam hitam mati sebelum sempat berkeok. “Ayam yang disembelih itu untuk dimakan.” Teboh mengajarkan semuanya secara utuh. Tak melupakan hal-hal yang paling kecil sekali pun.

Rais masih suka bermain. Bocah laki-laki itu memperhatikan pelajaran, tapi apa yang diajarkan tak tertangkap semua olehnya. Ketika berjumpa dengan anak ayam di pekarangan rumahnya, bocah laki-laki itu menangkap. Anak ayam dijadikan mainan. Setelah puas bermaian, dicabik-cabiknya hingga sekarat. Rais membiarkan anak ayam yang sekarat mati pelan-pelan. Bocah laki-laki itu akan berlalu begitu saja untuk mencoba permainan yang lain. Tak ada rasa bersalah di dalam dirinya. Rasa ibanya sudah mati.

Permainan yang disukai Rais adalah mengerjai orang. Dulah pernah menjadi korban keisengan bocah itu. Yang merasakan sakit adalah anak kerbau betinanya.

Pernah suatu ketika Rais berbuat jahil kepada anak kerbau yang baru saja beberapa hari dilahirkan induknya. Anak kerbau berkelamin betina itu diikat sepasang kakinya. Rais menggantungnya dengan kepala menghadap ke bawah di atas dahan pohon rambutan.

Bocah itu hendak membuat sebuah ritual. Sebilah pisau dikeluarkan dari lipatan celananya. Pisau yang berkarat matanya, tapi cukup tajam untuk menyayat tubuh anak kerbau. Anak kerbau itu dikuliti hidup-hidup. Sadis sekali!

“Hoi, apa yang kau lakukan dengan anak kerbauku?” Beruntung, Dulah menemukan anak kerbaunya yang hilang. Laki-laki itu berhasil mencegah ritual yang dilakukan Rais.

Anak kerbau yang tergantung diturunkan. Dulah memandang ke arah Rais dengan wajah penuh amarah. Tapi, Dulah tak berani melakukan sesuatu kepada bocah laki-laki itu sebagai sebuah hukuman. Melihat sebilah pisau di tangan Rais, Dulah langsung ciut nyalinya.

Dulah mengadukan kenakalan Rais kepada Rosna. Perempuan itu menyampaikan kesal hati Dulah kepada Teboh. Teboh menanggapi perkataan Rosna dengan anggukan. Perkataan sang istri hanya akan menjadi kabar yang tinggal sebentar di rongga telinga Teboh. Selepas itu, laki-laki itu akan melupakannya secepat kilat.

***

SELEPAS petang, beberapa orang bertamu ke rumah Rosna. Orang-orang itu membawa laki-laki muda dengan sebuah tandu. Laki-laki muda itu tampak tak lagi berdaya. Tubuhnya kurus kering. Tulang-belulang menyembut di dadanya. Ia hanya bisa terbaring di atas tandu yang beralaskan kasur yang sudah timpis.

Teboh mendapatkan pasien yang tak biasa. Ia memeriksa tubuh laki-laki muda. Teboh pun hanya bisa menggeleng kepada orang-orang yang membawa tandu. “Tidak ada harapan.” Teboh berbicara pelan. Teboh mengungkapkan kemungkinan terburuk.

Salah seorang pembawa tandu menyela. “Tolonglah anakku ini. Sudah kubawa berobat kemana-mana, keluar-masuk rumah sakit, tapi tak ada hasilnya. Hanya ini satu-satunya harapanku.” Laki-laki itu memelas di hadapan Teboh.

Teboh terdiam sebentar. Ia sedang menimbang-nimbang sesuatu. Tak lama berpikir, laki-laki itu pun membuat keputusan. “Bawa anakmu itu pulang. Besok malam, aku akan memberikan kabar.”

Orang-orang yang menggotong tandu berbalik arah. Mereka menuruti apa yang dikatakan Teboh. Perkataan laki-laki itu seperti perintah yang harus ditunaikan. Orang-orang menggotong tandu meninggalkan rumah Rosna. Orang-orang itu sama sekali tak mengeluh telah membuang tenaganya sia-sia.

***

MATAHARI sudah bertahta di peraduan. Teboh menunggu sampai kelam semakin pekat. Ketika Rais tertidur lelap, Teboh membangunkan anak laki-lakinya itu. Teboh membawa Rais keluar rumah. Hal itu dilakukan secara diam-diam. Rosna sama sekali tak mengetahui. Perempuan itu sedang bermain-main dengan mimpi.

Lihat selengkapnya