Bising

Bentang Pustaka
Chapter #1

Selalu Menghindarinya

Ketakutan-ketakutan seolah tidak sewajarnya ada, meski kenyataannya telah kujalani sebagai realita. Kukira, apa kata orang tentang kehidupan setelah kuliah, dunia kerja, pernikahan, dan semua hal yang ada di dunia orang dewasa itu hanya sebuah dongeng. Bagiku yang waktu itu masih remaja dengan penuh ambisi dan idealisme.

Saat kuliah dulu, aku tak perlu pusing memikirkan cara membayarnya, termasuk untuk menunjang aktivitas kuliah dan mainku. Orang tua selalu mengirimnya setiap bulan, selalu lebih dari cukup. Kini aku berjibaku dengan segala bentuk berkas, layar komputer, deadline, hanya demi mengumpulkan uang untuk menunjang kehidupanku sendiri: beli makan, bayar tagihan bulanan, bayar cicilan, dan buat jajan. Kadang, dan seringnya, tak ada tabungan.

Ketika pernikahanku bermasalah, tak ada orang tua yang siaga yang bisa kudatangi sambil merengek minta perlindungan atau bantuan. Kini aku harus menghadapinya, keruhnya hubungan rumah tangga karena bermacam-macam sebab: komunikasi, finansial, hubungan dengan mertua, semuanya jadi satu. Kukira pernikahan itu akan indah setiap harinya, nyatanya aku lebih betah di kantor dibanding di rumah. Memang ada yang salah, tapi aku tak punya cukup keberanian untuk memperbaikinya. Semakin rumit.

Pekerjaanku ini pun tak ada dalam bayangku sama sekali. Idealisme itu runtuh dibenturkan pada kenyataan selepas kuliah. Tak satu pun lamaran di pekerjaan impianku lolos. Aku terpaksa mengambil apa yang ada di depan mata, tak mampu memperjuangkannya lebih lama dan lebih kuat. Aku butuh uang untuk mempertahankan harga diriku di depan orang tua, keluarga besar, dan orang lain. Kini pekerjaan itu telah kujalani bertahun-tahun. Hingga aku lupa tujuanku. Hingga tak bersisa lagi keinginan dan keberanian untuk memperjuangkannya. Karena, jika aku keluar, konsekuensinya tak lagi mampu kutanggung sendiri. Ada keluarga yang harus kunafkahi.

Apakah keadaan ini akan terus-menerus kujalani? Padahal, aku tahu jawabannya. Namun, aku tak punya nyali. Entah ke mana kekuatan dan keberanian yang kumiliki semasa dulu. Mungkin ini rasanya hidup dalam ketakutan dan kekhawatiran. Dan, aku hanya menghindarinya.

Lihat selengkapnya