Bising

Bentang Pustaka
Chapter #3

Dewasa yang Melelahkan

Dulu sewaktu duduk di bangku SMP, aku begitu tak sabar ingin segera menjadi orang dewasa. Kukira, setelah dewasa, kita menjadi lebih leluasa, lebih bebas dalam membuat keputusan. Sesuatu yang tidak kumiliki saat menjadi anak-anak. Bahkan, untuk pergi ke pasar seberang jalan saja tidak boleh. Naik angkot sendiri tidak boleh. Punya handphone tidak boleh. Naik motor ke sekolah pun tidak boleh. Menyebalkan sekali.

Kukira, menjadi dewasa akan membuat hidupku lebih bahagia karena saat itu kulihat orang dewasa bisa ke sana kemari, membeli semuanya pakai uang sendiri, dan melakukan hal menarik lainnya. Semua itu membuatku bosan menjadi anak-anak.

Ternyata, semua itu omong kosong di hidupku. Bahkan, setelah menikah, aku tetap tidak seleluasa yang kupikirkan. Benar, aku telah menikah. Namun, orang tuaku masih mengatur setiap keputusan yang harus kubuat.

Ketika aku ingin resign dari pekerjaan untuk fokus mengasuh anak pertama kami, suamiku mendukungku penuh sembari mengingatkan lagi apakah itu pilihan sadarku atau tidak. Aku jawab, itu adalah keputusan yang sadar. Namun, saat mendengar rencanaku itu, orang tuaku justru membebani keputusanku, mengatakan bahwa aku anak yang tak tahu diuntung. Mereka malu dengan tetangga dan rekan kerja jika tahu anaknya cuma jadi ibu rumah tangga, padahal sudah disekolahkan tinggi-tinggi.

Lihat selengkapnya