BITING THE LIPS

Arisyifa Siregar
Chapter #42

42. Kembali ke Pangkuan

Malam ini menjadi salah satu makan malam paling spesial bagi Liona, ia tak menyangka kalau Alan punya sosok yang bisa membuatnya benar-benar bersikap lemah lembut dan manja, selain dirinya sendiri tentunya.

Sepanjang waktu, Liona diam-diam mengamati interaksi Alan dengan Oma Dewi. Diluar Ia menyaksikan bagaimana Alan dengan sabar dan teliti mengupas jeruk untuk Omanya, memastikan tidak ada biji atau serat putih yang tersisa. Ia mendengarkan cerita-cerita lama Oma tentang masa kecil Alan dengan antusiasme yang tak dibuat-buat, dan sesekali melontarkan lelucon konyol yang berhasil membuat Oma tertawa terkekeh, suaranya yang parau bergema di ruangan. Liona hanya bisa terpana, menyaksikan sisi lain dari pria yang dicintainya. Sebuah perasaan hangat merambat di dadanya, dan untuk kesekian kalinya, ia merasa jatuh cinta lagi, lebih dalam dari sebelumnya. Ia jatuh cinta pada manusia utuhnya, pada kerapuhan dan kelembutan yang ditunjukkannya di hadapan orang yang paling ia cintai.

Setelah makan, Oma Dewi berpamitan. "Mata Oma sudah berat. Kalian jangan begadang sampai larut, ya," ujarnya sambil berdiri dengan bantuan tongkat. "Oma tidur duluan, ya!" Pamitnya lalu berjalan ke arah kamar tamu yang ada di lantai bawah.

"Iya, Oma. Terima kasih. Selamat istirahat," balas Liona sambil tersenyum lembut, hatinya merasa diterima.


Begitu Oma hilang dari pandangan, Liona bergerak ke arah tangga. Namun, sebelum ia mencapai anak tangga pertama, Alan dengan cepat menahan pergelangan tangannya. Dengan lembut namun pasti, ia menarik Liona ke ruang tamu dan mendudukkannya di pangkuannya di atas sofa, memeluknya dari belakang. Lengannya erat melingkari pinggang Liona, dan dagunya yang sedikit kasar bersandar nyaman di pundaknya.

"Alan, ngapain ih!" protesnya lemah, matanya melirik ke arah kamar tamu dengan cemas. "Nanti Oma lihat..." Rasanya malu sekali jika sampai ketahuan sedang duduk dipangkuan Alan seperti ini oleh neneknya yang baru saja ia temui.

"Tenang," bisik Alan di telinganya, nafasnya yang hangat membuat bulu kuduk Liona merinding. "Oma tidurnya nyenyak, dan kamarnya jauh di ujung koridor."

“Tapi…” Liona masih meronta.

“Katanya kamu kangen sama aku!” tuntut Alan.

Mendengar itu, perlahan-lahan ketegangan di tubuh Liona mencair. Rasa kangen yang tertahan selama sebulan lebih akhirnya mengambil alih. Tubuhnya lunak, bersandar pasrah pada dekapan Alan yang hangat dan kokoh. 

“Jadi kamu besok ke kantor Bu Sofie?” tanya Alan lalu mencium tengkuk Liona.

“Em.” Angguk Liona, mengkeret menahan geli.

“Tapi sebelumnya harus beli hape dulu!” cetus Alan. Kali ini mencium belakang kepala Liona.

“Em.” Ulang Liona.

Lihat selengkapnya