"Hai cewek!"
"Semua ini gara-gara lo!"
Juna yang tengah tersenyum seketika siaga melindungi diri. Pasalnya Caca tiba-tiba saja menyerangnya. Pemuda itu tidak mengerti. Sungguh. Dia hanya menyapa Caca yang baru saja bertingkah seperti orang gila tapi ini balasannya?
"Apa-apaan, sih, lo?" Juna berhasil menangkap kedua tangan gadis itu dan serangan berakhir. Napas lega terembus tapi rasa was-was tetap ada. Caca itu berbahaya.
"Lo yang bikin ban mobil gue kempes, kan?" tuduh gadis itu. Juna mengernyit tak mengerti.
"Apaan? Gue baru dateng ke parkiran juga." Juna melepaskan Caca lalu berjalan mendekati mobil merah Caca.
Caca mendengkus sembari melipat lengan seragamnya. Dia bahkan bersiap menghajar Juna sekali lagi. "Terus siapa lagi kalau bukan lo?"
Juna menepuk-nepuk ban mobil yang kempes. "Lo punya bukti apa sampai nuduh gue?" tanyanya kemudian.
"Kenapa juga lo belom pulang?"
Pemuda itu berdiri. Ia melepaskan kancing seragamnya satu-persatu dan mulai memangkas jaraknya dengan Caca. "Gue ditinggal Kenzo," akunya lalu menyeringai.
"Lo mau apa?" Caca mundur teratur. Tiba-tiba saja aura Juna begitu menakutkan ketika dia semakin dekat hingga hanya beberapa centimeter darinya. "Ngapain lo buka baju?!" teriak Caca dengan kedua telapak tangan yang menutupi wajah juga mata yang tertutup rapat.
Namun beberapa saat dilingkupi hening, Caca akhirnya mau membuka mata lewat celah-celah jari. Tampak Juna yang sedang menahan takemudiann
Sial. Jika begini dia yang malu.
"Lo pikir gue mau mesum ke elo?" tanya Juna lalu terkakak-kakak. "Gue masih pake kaus, juga. Nggak telanjang dada. Lo nafsu nanti." Ia bahkan memegangi perut dengan wajah memerah. Khas Juna jika sedang tertawa keras.
"Lo juga tepos. Gue nggak mau. Enak yang montok soalnya," ujarnya masih saja tergelak.
Dengan segera Caca melayangkan pukulan pada kepala Juna. Membuat pemuda itu mengaduh kesakitan hingga tawa itu terhenti seketika.
Juna mengusap kepalanya yang berdenyut. Ia melirik Caca yang nampak murka. Maka, Juna berinisiatif menjelaskan apa yang ingin dilakukannya daripada terjadi kesalahpahaman berujung maut. "Gue mau bantu benerin. Biar seragam gue nggak kenapa-kenapa, makanya gue lepas," jabarnya.
"Emang lo bisa?" tanya Caca skeptis. Dia sama sekali tidak percaya dengan Juna. Apalagi cowok itu selalu usil terhadapnya. Bisa-bisa Juna berniat mencelakainya dengan membuat rem blong pada mobilnya.
"Apa muka ganteng gue kayak muka penjahat di mata lo?" Ia lantas melipat bajunya dengan rapi lalu memasukkannya ke dalam tas. Ditodongya gadis itu sembari berkata, "Mana kunci mobil lo? Gue rasa ada sesuatu di bagasi mobil.e"