Ternyata kian jauh langkahku untuk bisa berjalan beriringan bersamamu, kian sulit juga untuk menerima jika suatu saat nanti kita memilih jalan yang berbeda. Namun, seperti yang kau tahu, aku ini masih orang yang sama. Orang yang masih tidak tahu cara mengeja kata selamat tinggal, aku adalah orang yang selalu menafsirkan setiap kata dan lambaian tanganmu sebagai sebuah sapaan. Padahal, sudah sangat jelas kau tengah berusaha untuk mengucapkan salam perpisahan.
Tidak masalah, aku tidak akan memaksa untuk menggenggam sesuatu yang memang tidak seharusnya kugenggam. Pada akhirnya aku sadar, ada bagian dari hidup di mana kita diharuskan untuk terlebih dahulu merasakan kehilangan, bahkan semestinya kita harus terbiasa mengucapkan selamat tinggal.
Hilangnya dirimu adalah salah satu cara yang membuatku harus mulai terbiasa mengeja selamat tinggal, karena sesuatu yang selalu berusaha kugenggam erat pada akhirnya akan terlepas juga. Satu fakta yang bisa kutarik kesimpulannya di sini, walaupun doa yang kuhaturkan melebihi jumlah napas yang kuhirup, namun takdir tetaplah milik kuasa-Nya.
-Unknown-