Bel istirahat telah berbunyi. Murid-murid berhamburan keluar kelas tak terkecuali Natasha dan Jingga yang masih berada di lapangan, mereka baru saja selesai bermain basket karena materi pelajaran olahraga hari ini tentang basket. Jingga dan teman-temannya langsung bergegas pergi ke kantin, sedangkan Natasha memilih untuk pergi ke koperasi siswa untuk mengambil daftar tabungan kelas 11 IPA-2 yang baru saja selesai dicetak. Tidak membutuhkan waktu lama untuk mengambil daftar tabungan tersebut, karena memang sebelumnya pihak koperasi siswa sudah mempersiapkannya. Saat tengah berjalan untuk kembali ke kelas, pandangannya tertuju pada Maulana yang tengah menatapnya sebal. Tadi pagi,tepat sebelum jam pertama dimulai, anggota OSIS melakukan sweeping ke seluruh penjuru sekolah untuk menangkap basah murid-murid yang suka merokok secara diam-diam, dan Natasha berhasil menemukan Maulana yang tengah berada di kelas kosong sedang merokok sendirian.
Kalau seandainya ada pertanyaan apa yang membuat Natasha merasa sangat lelah, jawabannya adalah berurusan dengan Maulana. Bukan tanpa alasan, setiap kali berurusan dengan cowok itu selalu saja membuat Natasha harus berpikir keras agar Maulana tidak sampai menyentuhnya sedikit pun. Pasalnya, selain suka melanggar peraturan sekolah, Maulana juga terkenal orang yang suka main tangan. Namun, sejak pertama menjabat sebagai anggota OSIS sampai sekarang, daripada teman-temannya yang lain Natasha adalah yang paling beruntung karena Maulana belum pernah main tangan kepadanya. Tidak mau ambil pusing, Natasha mengabaikan tatapan tajam Maulana dan hanya memutar bola matanya malas.
"Eh, tunggu!"
Seseorang menepuk pundak Natasha membuat gadis itu menghentikan langkahnya, lantas berbalik untuk mengetahui siapa orang yang sudah menepuk pundaknya beberapa detik yang lalu.
"Dek, lo satu kelas sama Jingga, kan?" tanya salah satu di antara dua gadis yang tengah berhadapan dengan Natasha.
"Iya, Kak. Kenapa, ya?"
"Tolong dong kasih ini buat dia, gue titip salam juga. Satu lagi bilangin sama dia, tolong kadar gantengnya dikurangin, pusing gue lihatnya. Jangan sampai lupa, gue harus balik ke kelas sekarang," katanya sambil memberikan sebungkus cokelat berukuran sedang.
Natasha mengangguk, "Iya, nanti saya sampaikan."
Setelah memastikan kedua kakak kelasnya sudah pergi, Natasha lantas bergegas untuk pergi ke kelas. Selain karena dia mau pergi ke kantin setelah menyimpan daftar tabungan di kelas, dia juga tidak mau membuang-buang waktu. Sesampainya di sana, Natasha menyimpan semua barang yang dibawanya di atas meja, sesekali membereskan buku-buku yang tercecer di sana. Natasha hampir lupa kalau ia punya misi yang lain yaitu memberikan sebatang cokelat dan menyampaikan salam dari kakak kelas kepada Jingga. Ia melihat suasana kelas sangat sepi, hanya ada dirinya di dalam kelas, dan secara kebetulan Jingga muncul dari arah pintu. Tidak terlihat teman-temannya yang lain, dia datang dengan botol air mineral kemasan di tangannya dan hanya sendirian.
Jingga menyadari kalau Natasha tengah berjalan ke arahnya, membuatnya berpikir jika Natasha akan memarahinya karena tadi pagi ia datang terlambat. Namun, dugaan Jingga salah karena wajah Natasha sangat tenang dan secara mengejutkan gadis itu menyodorkan sesuatu kepada Jingga.
"Nih, gue dititpin ini sama Kak Tania, katanya itu buat lo." Natasha menghela napasnya sebentar, dia tidak yakin akan mengatakan ini tapi mau bagaimana lagi, ini semua adalah amanah yang harus ia sampaikan pada Jingga. "Sama satu lagi, tolong kadar gantengnya dikurangin, katanya dia pusing kalau lihat lo tambah ganteng."
Jingga senyum sebentar sebelum mengambil cokelat itu dari tangan Natasha. Beruntungnya tidak ada orang lain di kelas selain mereka, jadi Natasha tidak perlu repot-repot menjelaskan apa pun karena tidak akan ada yang salah paham di sini.
"Mau nggak?" Jingga kembali menyodorkan cokelat itu ke Natasha.
"Hah? Enggak."
"Kalau mau ambil aja," ujar Jingga seraya memastikan ekspresi wajah Natasha.
"Kak Tania ngasih itupun buat lo bukan buat gue," jawabnya santai.