Bizarre Love Story

Syaa Ja
Chapter #7

Bab 7 Bizarre di Mataku


Aku akhirnya melalui beratnya tekanan ujian nasional. Atau lebih tepatnya tekanan dari Dian yang sepertinya mendedikasikan hidupnya mengingatkan aku dan Agung untuk belajar setidaknya beberapa jam sekali. Dia sungguh lebih horor daripada orang tua kami berdua.

Setelah ujian selesai, Agung mengajak aku dan Dian ke toko buku

“Kenapa ke toko buku, sih, Gung? Bukannya dari kemarin kalian berdua yang berkali-kali bilang muak sama buku?” protes Dian, tetapi tetap mengikuti langkahku dan Agung.

“Buku pelajaran aja, dong. Lagian apa kamu enggak lihat, tuh, si Runi. Girang banget. Dia sebahagia anak monyet di kebun pisang, lho.”

Aku tidak memedulikan ucapan Agung yang menyebutku anak monyet.

“Nyari buku apa, Run?” Dian menjajariku.

Pet Sematary.

“Punya siapa?”

“Stephen King.”

“Tuh, kan, Ian. Pas. Anak monyet belinya buku tentang pet, hewan peliharaan,” ucap Agung kurang ajar. Aku menarik ranselnya hingga dia terjatuh.

“Ini aja, Run. Bagus, lho, udah dibaca jutaan orang.” Dian melambai-lambaikan novel yang pernah aku kuliti cacatnya lewat akun Gadislugu.

Aku tahu dia hanya menggodaku. Aku ingat dia tertawa hingga air matanya keluar saat membaca resensiku.

Kami mengakhiri hari itu dengan menonton film “Pet Sematary” yang bukunya sudah ada di dalam tasku. Biasanya aku pantang menonton film adaptasi novel sebelum membaca bukunya terlebih dahulu. Namun, yang satu ini pengecualian karena ujian nasional tidak bisa disambi dengan apa pun. Bisa sebenarnya, tetapi aku malas berdebat dengan Dian. Menangnya mustahil, tetapi mental sudah keburu kena.

 

***

 

Bapak sedang berbicara dengan Mbak Gusti, salah seorang penyewa buku setia Bizarre, sewaktu aku membuka pintu Bizarre. Bunyi lonceng yang berdenting membuat Bapak dan Mbak Gusti menoleh ke arah pintu.

“Nah, itu dia anaknya. Sini, Run! Nak Gusti lagi nanya-nanya soal buku 1001. Bapak cerita kalau kita ada rencana mau memfasilitasi mereka yang pengen mengoleksi.”

Aku meletakkan tasku di atas meja panjang.

“Kata Bapak, katanya buku 1001 mau dijual, Run?”

Lihat selengkapnya