Bab 12 Kunjungan di Malam Minggu
Malam Minggu sekitar pukul setengah delapan, aku sedang menyusun beberapa buku kembali ke raknya sewaktu lonceng pintu berdenting tanda ada yang membuka pintunya. Dan di sanalah dia berdiri. Aku buru-buru menghampirinya yang sedang celingak-celinguk karena meja panjang tidak berpenghuni.
“Pak Jati.”
“Eh, Runi. Kenapa tidak pernah ke Pantai Losari lagi?” tanyanya tanpa basa-basi.
Aku melongo karena dia tahu sudah lebih dari seminggu (bahkan hari Sabtu dan Minggu juga) aku absen ke sana. Bapak sedang sibuk dengan urusan persiapan pernikahan Kak Tata yang tinggal hitungan hari. Hal tersebut membuatnya tidak bisa menunggui Bizarre.
“Eh, anu, Pak, bapak saya tidak bisa nunggu di sini. Jadinya saya tidak bisa ke mana-mana.”
“Lho, Bapak ke mana? Sakit?”
Dia bertanya begitu seolah-olah sudah kenal akrab dengan Bapak. Padahal bertemu saja belum.
“Enggak, Pak. Bapak sedang sibuk banget di rumah.”
“Sibuk apa?”
“Eng, kakak saya mau menikah bulan depan.”
“Ooh. Saya sudah empat sore mencari dan menunggu di Pantai Losari. Karena tidak muncul-muncul, jadinya saya ke sini. Untung waktu itu saya dikasih kartu nama tempat ini.”
Aku mengangguk-angguk canggung. Mengapa dia mencari aku, ya? Untuk menutupi kecanggunganku, aku mengajaknya duduk di sofa dekat pintu masuk.
“Kirana apa kabarnya, Pak? Ada yang bisa saya bantu?”
“Kirana baik. Dia tidak ikut bersama saya kali ini. Tapi dia titip salam. Dia tidak berhenti meminta saya untuk menelepon Runi.”
Aku kembali mengangguk-angguk, tidak tahu harus merespons dengan apa ucapannya barusan.
“Jadi gimana?”