~Kamu berani menulis, harus berani mempertanggungjawabkan apa yang kamu tulis. Saya, pihak penerbit, dan terutama produser film yang sudah kamu hina-hina itu, akan mengambil langkah hukum tentang ini. Pencemaran nama baik. Pernah dengar pasal ini, kan? Tunggu pengacara kami menghubungi kamu.~
Aku ingin sekali mengetik balasan bahwa sebenarnya yang tidak bertanggung jawab terhadap apa yang dia tulis bukanlah aku, tetapi si penulis novel Cinta SMA. Apa yang aku tulis benar dan bisa dipertanggungjawabkan. Namun, aku terlalu terpaku pada kata “langkah hukum” dan “pengacara”. Ini artinya aku akan diadukan ke polisi, kan, ya?
Sependek ingatanku, aku tidak menghina produser filmnya. Secara langsung. Mungkin karena aku mengkritisi novel si Alexios, lalu novelnya dipinang penerbit besar dan produser film, jadi setiap kritik untuk Alexios otomatis berarti kritik untuk dua pihak tersebut. Kalau mereka mau membaca tulisanku tentang novel Cinta SMA dengan pikiran terbuka dan melihat sisi positifnya, itu aku sedang memberikan mereka masukan padahal.
Aku membantu mereka menemukan hal-hal salah di dalam novel itu sebelum kesalahan-kesalahan itu telanjur jadi film. Bayangkan berapa banyak uang mereka yang aku selamatkan? Mana tiga novel mau jadi film semua lagi! Yaaa, kecuali hal itu tidak penting untuk mereka. Aku bisa bilang apa jika ternyata ada beberapa orang yang tidak bersedia diberi tahu bahwa mereka memiliki kesalahan.
Aku menguatkan diriku membaca balasan komentarnya. Fan militan novel Cinta SMA mentertawakanku. Beberapa orang nyalinya cukup besar untuk membelaku. Aku bilang besar karena si Hussein Alexios, nama pena penulis novel Cinta SMA, jelas-jelas sudah menggandeng pengacara.
Lihat, bahkan nama penanya saja tidak jelas. Aku pernah membaca di Instagramnya, bahwa dia memilih nama itu karena merupakan gabungan dari dua orang pangeran. Pangeran Yordania dan Yunani. Aku pernah membatin mengapa tidak sekalian saja dia menjajarkan nama semua pangeran. Dua, sih, tanggung! Astaga, pikiranku jadinya ke mana-mana karena aku panik. Padahal ada urusan yang jauh lebih besar selain urusan pilihan nama.
“Terus aku gimana ini?” tanyaku panik.
“Ya, enggak gimana-gimana, Run. Kenapa jadi kamu yang khawatir?” Pertanyaan Agung menyentakku. Aku bereaksi berlebihan di hadapan mereka.
“Mungkin maksud Runi, si Alexios ini, kan, komentar di status yang nyebutin Bizarre sama nge-tag dia. Jadinya khawatir ikut terseret gitu,” jawab Dian. Aku ingin sekali menyembah kaki Dian karena menyediakan jawaban yang lumayan masuk akal saat itu. Jawaban yang gagal disusun oleh kolaborasi otak dan mulutku.
“I-iya, maksudku begitu.” Aku tahu persis sebesar apa pun usaha untuk menyembunyikan kegundahan hatiku, jelas tidak berhasil. Agung terdiam menatapku. Aku hanya berani membalas tatapannya sekilas. Lebih lama lagi, semua isi kepalaku akan tertulis jelas di keningku seperti teleprompter.
“Gung, kalau di Instagram, kan, bisa ketahuan, tuh, pemilik akunnya. Kayak yang dilakuin Deddy Corbuzier dulu itu, lho. Waktu nyari hater-nya. Kalau di Facebook, bisa enggak, ya?” tanya Dian. Aku menunggu jawabannya.
“Bisa. Hari gini, apa yang tidak bisa dilakuin sama teknologi. Kamu aja bisa stalking akun mantanmu sama nyari info pacar barunya sekalian. Apalagi kalau cuma urusan nyari pemilik akun,” jawab Agung.
Aku memberanikan diri menatap Agung. Dia menjawab pertanyaan Dian barusan sambil memandangku. Aku semakin gugup. Tanganku sudah mulai berkeringat padahal yang aku hadapi hanya Agung. Maksudku, menghadapi dugaan bahwa Agung mencurigaiku.
“Duh, berarti sebentar lagi kita bisa tahu siapa pemiliknya, ya? Sayang, igh. Padahal bagusnya tetap anonim kalau menurutku. Supaya kita semua bisa tetap menduga-duga siapa yang ngejalanin akun itu.”
“Bukannya kamu pengen tahu, Ian?” tanya Agung.
“Setelah aku pikir-pikir, aku lebih suka tidak tahu, sih. Biar dia tetap misterius. Cowok misterius itu seksi!”
Aku membasahi bibirku, gugup.
“Si Alexios bikin status resmi, bo!” seru Dian.
“Nulis apa dia?” tanya Agung.
“Aku bacain, ya. Ini adalah pernyataan resmi saya terkait isu yang sedang beredar tentang novel best seller saya. Beberapa pembaca setia novel Cinta SMA mengirimkan link ini via DM Instagram beberapa waktu kepadaku. Karena sibuk dengan urusan kontrak dan pemilihan pemain untuk tiga film, pesannya tidak sempat terbaca. Sekedar informasi, untuk kalian penggemar kisah Dahyana dan Baskara, ketiga novelnya memang akan dibuat film semua. Saya pribadi sungguh menyesalkan mengapa hal ini sampai terjadi. Menulis itu tidak mudah. Apalagi sampai menghasilkan tiga novel yang semuanya best seller. Baik itu di platform baca digital maupun edisi cetaknya. Pemilik akun Facebook ini, Gadislugu, menyerang karya saya habis-habisan. Dia lupa, yang dia serang bukan hanya saya pribadi, tetapi juga kredibilitas penerbit besar bahkan pihak produser film ....”