“Gimana?” Pak Jati berdiri di depan ruang ICU.
“Bapak sudah sadar.”
“Alhamdulillah.”
“Bapak tidak mesti harus nemenin saya di sini. Tidur di lantai rumah sakit rasanya enggak enak. Runi hanya punya tikar. Banyak nyamuk lagi.” Aku mengusir Pak Jati secara halus.
“Runi sudah berapa malam tidur di lantai?”
“Tiga.”
“Tiga malam dan masih baik-baik saja, kan? Masa saya yang satu malam saja belum, tidak bisa. Saya, kan, sudah hidup lebih lama.” Sambil berkata begitu, Pak Jati kembali ke tempat aku menggelar tikar.
“Tapi tikarnya kecil, sih, ya," ucap Pak Jati.
“Nah, itu. Sempit. Bapak pulang enggak apa-apa, kok.” Aku menyambar kesempatan untuk meminta Pak Jati pulang. Aku berani bertaruh dia tidak pernah tidur dalam keadaan susah seumur hidupnya.
“Saya tidurnya sambil duduk saja,” jawabnya enteng.
Memang susah berdebat dengan orang yang lebih tua.
“Bapak nanti badannya sakit semua.” Aku masih mencoba.
“Saya biasa tidur sambil duduk. Di pesawat, kan, gitu.”
“Tapi di pesawat, kan, kursinya empuk. Bapak juga mesti pakai kelas bisnis. Pakai AC lagi. Fasilitas di sini setengahnya kelas ekonomi aja enggak, Pak.”
“Ini saya diusir?”
“Bukan ngusir, Pak. Kasihan saja.”
Pak Jati terdiam menatapku. Dalam hati aku membatin sebentar lagi dia pasti bakal pulang.
Sambil tersenyum dia berkata, “Senang sekali dipedulikan. Pasti karena sayang, ya?”
Menyebalkan! Aku melengos. Diskusi selesai dengan aku sebagai pihak yang kalah. Terserah dia saja kalau mau sakit punggung atau badannya bentol-bentol digigit nyamuk. Aku tidak akan mau membagi losion nyamuk yang ada di dalam tasku. Siapa suruh keras kepala!
Pak Jati kembali duduk bersandar di tembok dan mulai memejamkan matanya. Aku berbaring dengan badan tergelung. Posisi kami membentuk huruf T. Aku memejamkan mataku.
Tidak butuh waktu lama untuk mendengar tepukan Pak Jati saat berusaha membunuh nyamuk. Aku berusaha menumpulkan kepedulianku, tetapi kemudian aku teringat apa yang sudah dia lakukan seharian ini. Menemaniku, memberiku hadiah yang terlepas dari harganya yang terlalu mahal, memang sangat aku butuhkan. Padahal dia bukan siapa-siapaku.