Bizarre Love Story

Syaa Ja
Chapter #45

Bab 45 Cinta yang Selesai

Bulan Juni tahun 2020 itu adalah hari-hari tersibuk dalam hidupku. Setelah diusir Ibu dari rumah, aku memantapkan diri untuk menjual Bizarre. Diterima atau tidak di jurusan yang aku daftar, aku akan meninggalkan Makassar.

Aku menerima hasil penjualan Bizarre seperti yang Bapak inginkan. Bapakku itu memang visioner. Ternyata setelah pertama kali Ibu meminta Bizarre dijual untuk membiayai pernikahan Kak Tata, Bapak langsung mendatangi Om Alim dan meminta pendapat serta nasihatnya. Hasilnya adalah seperti yang Om Alim sampaikan kepada Ibu.

Setelah dikurangi jatahku, sisa penjualan Bizarre aku berikan kepada Ibu dan Kak Tata sesuai dengan hak mereka yang diatur dalam hukum waris. Biar bagaimanapun mereka adalah keluarga terdekat Bapak. Aku mentransfer uangnya ke rekening Kak Andi dengan notifikasi transaksi: dari Tante Runi.

Aku merasakan kelegaan luar biasa ketika Kak Andi meneleponku dan berkata bahwa dia akan memastikan anaknya tahu bahwa dia memiliki tante yang luar biasa.

Di bulan Juni itu aku, Agung, dan Dian mengepak buku-buku ke dalam dus untuk dibawa ke tempat yang disiapkan Pak Jati, meletakkan rak-raknya, dan menyusun kembali buku-bukunya. Di akhir Juni itu semua buku di Bizarre sudah berpindah tempat.

Sesuai kesepakatan, pembeli Bizarre mengizinkan aku untuk tetap tinggal hingga akhir Agustus. Aku sengaja meminta hingga akhir Agustus karena pengumuman SBMPTN dilakukan sekitar pertengahan bulan itu.

Ujian SBMPTN-ku dilakukan di bulan Juli. Dian yang sejak berkuliah kehilangan korban untuk dipaksa belajar, menemukan gairahnya kembali saat membantuku untuk persiapan ujian. Berbeda dengan tahun sebelumnya, aku dengan sukarela menjejalkan semua hal yang masih bisa ditampung otakku demi impian bisa berkuliah di Jakarta.

Kak Tata melahirkan di pertengahan bulan Juli. Dia melahirkan anak perempuan yang menurut Kak Andi adalah bayi paling cantik di seluruh dunia. Aku tidak akan mendebat bahwa itu adalah pendapat khas bapak-bapak baru karena aku sepakat dengannya. Keponakan pertamaku itu memang sangat cantik. Persis seperti mamanya.

Aku masih tidak punya keberanian untuk menampakkan diriku di rumah dan menerima saja jika Ibu atau Kak Tata kembali mengusirku. Aku juga khawatir kehadiranku akan memicu rasa marah mereka berdua hingga berimbas kepada produksi ASI Kak Tata. Aku cukup puas melihat keponakanku dengan cara mengintip akun Instagram Kak Tata menggunakan second account-ku.

Masalah dengan Alexios juga selesai dengan damai. Seperti yang Pak Mustakim katakan, mereka sama sekali tidak punya kasus. Aku berencana menutup akun Gadislugu dan membuat pengumuman resmi tentang itu. Pengumuman yang baru berani aku buat setelah kasusku dinyatakan selesai. Saat salah seorang kawan di sana bertanya apakah ada kemungkinan aku membuat akun lain, dengan sok misterius aku menjawab bahwa kemungkinan itu tetap terbuka. Lalu beramai-ramailah mereka minta diberi kabar jika aku membuat akun serupa Gadislugu lagi.

Kalau kita sejiwa dan berjodoh, kalian akan menemukanku di mana pun dan kapan pun aku kembali.

Jawaban norak sok romantis itu hasil ketikan Dian. Dia bersemangat sekali meladeni satu per satu komentar orang-orang. Awalnya dia sendirian, lalu Agung ikut menemani dan memberikan masukan. Mereka bahkan memohon agar Gadislugu tidak usah ditutup. Biar mereka berdua saja yang mengelola.

Akhirnya dengan beberapa pertimbangan, aku batal menutup akun tersebut. Dasar labil! Gadislugu kini dikelola oleh tiga orang admin. Admin absurd, admin kocak, dan sesepuh admin. Kami bahkan membuat akun di Instagram dan bila tidak sibuk-sibuk amat, akan mencoba membuat akun YouTube. Rasanya di Indonesia belum ada akun YouTube yang mengkhususkan dirinya membahas satu buku dengan bahasa blak-blakan dan tanpa saringan.

Daaan, aku tidak tahan untuk tidak memberi tahu informasi ini, kami bekerja sama dengan penerbit mayor yang meminang novel Alexios. Kerja samanya dalam bentuk review buku-buku terbitan mereka. Epic comeback banget, kan?

Hingga menjelang pengumuman SBMPTN-ku, Pak Jati belum sempat ke Makassar. Sepanjang yang bisa aku ingat, tidak ada percakapan-percakapan kami yang bernuansa romantis atau setidaknya yang mirip dengan itu. Panggilan telepon atau video call kami didominasi oleh pembicaraan tentang relokasi Bizarre, persiapan SBMPTN-ku, dan candaan receh dari Dian dan Agung.

Lihat selengkapnya