Namaku Claudya kata ibu aku lahir saat hujan sangat lebat, hampir aku dilahirkan didepan gereja. Ibuku melahirkan ku sendirian dengan gunting dia menggunting tali pusarku.
“aku sungguh tidak menyangka kamu lahir, karena saat itu kandungan ibu baru berusia 8 bulan”
Cerita ibu sambil membelai rambutku, saat ini pun hujan dan aku hanyut dalam dongeng masalaluku. Kata ibu saat dia di depan gereja mengayuh sepeda, dia menepi karna hujan dan anginya kencang. Tidak disadari air ketuban ibu telah pecah, tidak ada seorang pun disana. Keberanian diri ibu kala itu menggunting ari-ari, sakit cemas dan berdaya. Datanglah wanita tua dengan muka yang hancur sebelah, ibuku mulai menggigil ketakutan. Nampaknya wajah itu tidak asing, dia Bu Marni salah satu karyawan pabrik Kakek. Dia memanggilkan taxi dan mengajak ibu untuk tinggal bersamanya.
Ibuku sebenarnya anak dari seorang pengusaha kaya namun dia kabur dari rumah karena mengandung aku. Dia sangat takut dengan Ayahnya, kata ibu kakek memiliki samurai yang sangat panjang dikamarnya. Terakhir ketika ibuku membuat kesalahan kakek mengeluarkan samurai namun nenek menahannya. Apalagi jika ibu ketahuan hamil saat masih sekolah, ibu pasti sudah remuk dihajarnya. Ketika ibu hamil saat itu dia duduk dikelas 1 SMA, dia tidak pernah menceritakan siapa Ayahku. Kami tinggal di sebuah gudang sepatu kosong, mungkin ini masih milik kakek namun gudang ini tidak pernah dipakai lagi. Katanya dulu ada kebakaran hebat di gudang ini satu keluarga tewas mengenaskna, hanya bu Marni dan Kakek berhasil selamat. Karena itu kakek sangat trauma untuk datang di gudang tua ini. Sekarang kami hidup bersama bu Marni dan keluarga nya yang tewas kadang masih menampakkan diri di malam hari.
Meskipun wajah bu Marni rusak dan hancur tapi dia sangat hangat dan baik. Rumah tua ini memang sangat menakutkan, hampir setiap malam aku mendengar teriakan minta tolong. Dan kadang aku merasa ada sembunyi di bak kamar mandiku ketika ku mandi, namun bu Marni mengatakan jangan pernah takut atau menghindar karena mereka seperti kita. Ibu sangat jarang dirumah, dia bekerja sebagai pemandu karaoke. Pekerjaan yang sangat jauh dari harapan, namun kami harus tetap mengisi perut kami. Suatu malam bu marni menggedor gedor pintuku,
“Lody bukak..!” dia berteriak sangat panik
Kupikir apakah dia menemukan bangkai kucing lagi dihalaman rumah. Aku mencoba mengabaikannya, karena aku sangat takut keluar dari kamar saat malam hari.
“Lody…lody…
Akhirnya aku beranjak dari kamar dan membuka pintu hanya sebagian untuk mengintipnya,
“Lody, ibumu ditemukan meninggal di tempat kerjanya”
Saat itu aku masih Tujuh tahun dan aku hanya lemas dan tak berdaya. Kami menguburkan ibu pagi harinya, hanya kami berdua karena ibu berpesan jika sesuatu terjadi jangan pernah kembali kerumah kakek. Setiap malam aku menangisi kepergian ibuku, sebab dia meninggal tidak wajar. Ibuku ditemukan tewas di sebuah Drum besar di tingkat atas kantor kerjanya. Polisipun belum menemukan siapa yang membuat nyawa ibuku tewas.