Black Fox

Adam Maulana Hasan
Chapter #4

Chapter 3

Awan hitam menyelimuti langit pada siang hari ini, hari dimana kamitim Black Fox menjalankan misi pertama kami. Tidak ada yang spesial dalam misi kami, ini adalah misi tingkat mudah yang dimana kami diharuskan merebut kebutuhan logistik milik musuh agar mereka menarik mundur pasukannya dari salah satu wilayah yang ada di Newerlise.

Dan aku saat ini berada di atas bukit sedang bersembunyi dibalik pepohonan untuk mengawasi jalan yang dipenuhi lumpur serta kubangan air yang ada dibawahku ini. Serta juga berharap bahwa target kami melintasi jalan ini sesuai dengan informasi yang diberikan oleh markas pusat.

Aku pun menghubungi anggota tim ku untuk bertanya tentang keadaan saat ini.

“ Apa kalian melihat sesuatu?. ” Tanyaku dengan menggunakan alat komunikasi berbentuk seperti earphone ini, namun earphone ini tidak memiliki kabel yang menggantung.Dan cara kerjanya sangatlah sederhana, hanya dengan menekan tombol yang berada di tengah alat earphone ini maka aku bisa menyampaikan apa yang ingin kusampaikan kepada anggota timku dan tentunya alat ini menggunakan frekuensi yang sama dengan anggota timku agar aku bisa saling terhubung satu sama lain.

“ Tidak, kami masih belum melihat apa-apa. ” Jawab salah satu Rayers ku.

“ Komandan... anu... sepertinya aku melihat sesuatu, sebuah truk kargo yang bertuliskan “Shaft Resource” sedang menuju ke arah komandan, dan juga truk itu dijaga oleh empat orang Rayers dari kubu Monarch. ”

Setelah diberitahu salah satu anggota tim ku yang memiliki suara kecil nan imut itu, aku pun melihat ke arah dimana pintu masuk perbatasan wilayah yang terdapat jembatan sebagai penghubung jalan itu. Seperti yang ia katakan tadi, dari sini bisa melihat truk kargo tersebut dengan menggunakan teropong milikku.

Empat Rayers yang berjaga di samping Truk ya, terlebih lagi mereka memakai jubah untuk menutupi tubuhnya. Ini sedikit menyusahkan.

“ Baiklah semuanya... kita bersiap-siap untuk menghalau mereka, Rika bisakah kau kemari?. ”

“ Te-tentu saja komandan... aku... akan segera kesana. ”

“ Terima kasih karena kau mau menunggu di baris terdepan. ”

“ T-tidak perlu berterima kasih komandan, itu merupakan kewajiban kami untuk selalu mengikuti perintahmu. ”

“ Kalau begitu, cepatlah kemari dan bersiap membantu yang lain. ”

“ Roger!. ”

Aku sedikit menghela napas setelah berbicara dengan Rayers yang memiliki nama Rika ini. Dia adalah Rayers yang cukup pemalu, akibatnya aku sedikit canggung bila berbicara dengannya. Baiklah lupakan hal itu dan fokuslah kepada rencana berikutnya.

Kemudian suara seorang perempuan pun terdengar dari alat komunikasi ku.

“ Komandan... kenapa kita tidak langsung melompat keluar dan menyergap mereka saja? Bukankah itu rencana yang cukup bagus?. ”

“ Tidak, itu terlalu beresiko untuk dilakukan Lucia, terlebih lagi kita tidak tahu kelas apa yang mereka miliki. ”

“ Ya... apa yang dikatakan komandan itu memang benar, kita tidak boleh gegabah saat ini, lebih baik kita tetap mematuhi perintah komandan, Lucia. ” Kali ini suara seorang perempuan yang berbeda memberikan pendapatnya.

“ Aku hargai ucapanmu itu Ronie, baiklah... Ram, sepertinya mereka sudah sampai pada wilayah mu, apa kau bisa memperkirakan kelas apa saja mereka?. ”

“ Negatif, aku tidak dapat melihat apa-apa karena jubah yang mereka pakai. ”

“ Begitu ya... ”

Karena jubah itu Ram tidak bisa memperkirakan kelas apa saja mereka, kalau begini mau tidak mau aku harus melakukannya. Ya... memang hanya ada satu cara agar kami tahu Rayers kelas apa mereka.

Ini bukanlah keputusan ataupun rencana yang beresiko, aku harus benar-benar mengetahui kelas apa yang mereka miliki agar aku mudah mengambil keputusan nanti. Dan tentunya kartu As ku akan kugunakan nanti.

“ Ronie... aku serahkan kepadamu. ”

“ Roger!. ”

Ronie pun keluar dari tempat persembunyiannya dan kulihat truk beserta keempat Rayers itu berhenti seketika saat melihat Ronie di depan mereka yang sedang menghadang jalan.

Kemudian dengan sigapnya, keempat Rayers itu maju dan berada di depan truk untuk melindunginya. Tak memakan waktu cukup lama, mereka pun mengeluarkan tameng kecil mereka dari balik jubah tersebut, namun seketika tameng itu berubah menjadi besar hingga menutupi tubuh bagian depan mereka.

Gawat, itulah yang aku ucapkan dalam hatiku saat melihat keempat Rayers tersebut menggunakan tameng untuk menutupi bagian depan tubuh mereka. Kalau begini kartu As ku tidak bisa kugunakan setelah tahu kalau mereka berempat mempunyai kelas Guardian.

“ Mana... apakah kau bisa menembak mereka berempat?. ”

“ Tidak bisa... aku tidak bisa menemukan celah dari tameng yang mereka pakai, aku meminta izin untuk berpindah tempat. ”

Berpindah tempat ya? apa itu keputusan yang tepat untuk dilakukan? Tidak, Mana tidak perlu berpindah tempat, terlebih lagi jika aku menyuruhnya untuk berpindah tempat mungkin Mana memerlukan waktu 10 hingga 15 menit untuk sampai di bukit sebelahnya. Aku harus membuka celah agar Mana bisa menembak mereka.

Jika aku tahu kalau mereka kelas Guardian dari awal, mungkin salah satu dari mereka sudah ada yang jatuh karena tembakan Mana, lalu sisanya akan aku serahkan kepada Lucia dan Ram mengingat kalau mereka Rayers tipe Slayer.

“ Tidak perlu, aku akan membuatkan celah untukmu Mana, dan pada saat kesempatan itu ada aku harap kau bisa menembak mereka tanpa meleset sedikitpun. ”

“ Roger!. ”

“ Ronie... aku ingin kau buatkan celah untuk Mana, gunakan tamengmu untuk menghancurkan formasi mereka berempat. ”

“ Tidak perlu... ”

Eh? Apa maksudnya itu? Kenapa dia tidak menuruti perintahku? Bukankah dia Rayers kelas Guardian? Itu sudah sewajarnya aku memerintah dia untuk menggunakan tameng miliknya dan juga... dimana tamengnya itu?.

 

Dari sini aku hanya bisa melihat Ronie mengeluarkan senjata seperti kapak itu, awal pertama kali melihat senjata milik Ronie aku pikir itu adalah kapak namun setelah ia memperlihatkan senjata itu kemarin kepadaku ternyata kedua bilah kapak dari senjata milik Ronie itu tumpul dan tidak tajam seperti yang aku pikirkan.

Jadi senjata miliknya itu cocok untuk menghantam sesuatu benda yang cukup keras seperti contohnya adalah tameng milik musuh saat ini.

Tapi tetap saja, kalau Ronie menentang perintahku saat ini.

“ Tanpa menggunakan tamengku pun aku bisa menghancurkan formasi mereka berempat, percayalah kepadaku komandan. ” Ucapnya yang penuh dengan kepercayaan dirinya itu.

Tanpa menunggu persetujuanku, Ronie pun berlari ke arah keempat musuh tersebut dan dengan satu lompatan saja, dia dengan cepatnya sampai di dekat salah satu Rayers musuh.

Tak hanya melompat saja, disaat yang bersamaan di telah mempersiapkan kapak layaknya palu itu dalam posisi untuk menghantam tameng milik Rayers tersebut. Dan dengan satu hantaman saja mereka berempat dibuatnya terpental akibat dampak dari hantaman senjata milik Ronie ke salah satu tameng milik Rayers musuh.

Namun dampak hantaman tersebut tidak terlalu besar, dengan bukti mereka berempat masih berdiri tegak, namun formasi mereka telah hancur dan inilah kesempatan Mana untuk menembak.

Aku yang melihat kesempatan itu langsung memerintah Mana untuk menembak salah satu dari mereka.

“ Mana! sekarang!!. ”

“ Ti...tidak bisa!. ”

“ Eh?. ”

Kulihat seorang Rayers yang memiliki telinga kucing itu pun melompat masuk kedalam pertarungan, dia memiliki rambut berwarna oranye yang saat ini dia sedang memegang senjata miliknya yang berbentuk tongkat berwarna hitam.

“ Hyaa!!!. ”

Seranganya itu mendarat kesalah satu Rayers musuh dan membuatnya tersungkur ditanah dengan tongkat yang ia arahkan diatas kepala milik Rayers musuh. Dan dari sini aku bisa melihat tanah yang retak akibat serangan miliknya itu.

“ Lucia? Kenapa kau datang kemari?. ” Tanya Ronie keheranan.

“ Menunggu di dalam semak-semak itu membuatku bosan, jadi akupun lompat dan ikut bertarung denganmu. ”

Itulah yang aku dengar dari Rayers yang bernama Lucia itu, dia penuh dengan semangat ya... aku sangat senang kalau salah satu anggota timku mempunyai sifat seperti Lucia itu... baiklah... nanti aku akan memberikan hukuman kepadanya.Dan secara tidak sengaja aku memperlihatkan senyuman jahatku.

“ Ko-komandan... kenapa kau... tersenyum seperti itu?. ”

“ Tidak... aku tidak pernah tersenyum seperti itu kok Rika... ahaha...” Ucapku dengan memperlihatkan senyuman indah milikku kepada Rika baru sampai ke tempatku berada. Dia memiliki tubuh kecil dan suara imut itu dan dia sama seperti Rayers yang bernama Lucia, Rika memiliki telinga kucing serta ekor yang berwarna kuning keorenan sama seperti rambut miliknya yang pendek sampai pipinya itu.

“ Apa komandan tidak apa-apa?. ” Tanyanya dengan khawatir.

“ Tenang saja, aku tidak apa-apa. hanya sedikit kesal saja. ”

“ Anu... komandan... maafkan aku jika aku menganggu, tapi apa aku diizinkan untuk berpindah tempat. ” Ucap Mana yang sudah tidak tahan dengan sikap Lucia itu.

“ Ah... sepertinya itu tidak perlu kau lakukan, musuh masih belum mengetahui posisi mu jadi kau masihlah aman disana, aku akan meminta Ronie dan Lucia untuk membantumu- ”

“ Itu tidak perlu komandan. ” Sahut Lucia tiba-tiba.

“ Biarkan Mana-san tetap diam disana dan tak perlu berbuat apa-apa, aku saja sudah cukup untuk mengalahkan mereka bertiga sekaligus. ” Lanjut Lucia.

“ Apa? Lucia... beri aku kesempatan untuk menunjukkan kebolehanku di depan komandan. ” Ucap Mana dengan nada kesalnya.

Baiklah, sejak kapan misi ini berubah menjadi ajang untuk unjuk kebolehan?. Dari awal aku rasa masih berjalan dengan lancar misi ini, dan juga tetap mengikuti alur yang kubuat... tapi kenapa? Kenapa di pertengahan misi bisa menjadi seperti ini?.

Aku yang tidak habis pikir dengan kelakuan mereka bertiga akhirnya meminta bantuan kepada salah satu anggota timku.Ya, hanya dia yang dari tadi tidak ikut mengacau.

“ Ram... bisakah kau kemari dan akhiri ini semua?. ” Pintaku kepadanya.

“ Maaf komandan, aku rasa itu tidak perlu dilakukan, mengingat Lucia dan Ronie sedang berada disana, jadi aku tidak mau membuang tenagaku. ”

Sebenarnya... apa yang salah dengan mereka? Aku kira mereka adalah Rayers yang cukup berbakat dan profesional, tapi kenyataannya... mereka tidak memperlihatkan kualitas itu kepadaku.

Mereka benar-benar merepotkan...

Tak perlu memakan waktu yang cukup lama, akhirnya kemenangan berada di tangan kami, meskipun terjadi keributan diantara mereka bertiga tapi syukurlah ketiga musuh itu bisa mereka kalahkan dengan mudah.

Ram dan Mana pun keluar dari tempat persembunyiannya dan menuju ke tempat Ronie dan Lucia yang mana pada saat itu sedang menahan keempat Rayers itu dengan memborgolnya.

Aku yang melihat hal itu akhirnya bisa bernapas dengan lega, karena misi ini berakhir dengan sesuai harapanku.Ya... meskipun terjadi sedikit kekacauan tadi.

“ Komandan... perlukah kami mengecek isi dari kargo tersebut?. ” Tanya Lucia yang saat ini berada di depan pintu kargo truk itu.

“ Ya... aku memberikan izin untuk mengecek kargo tersebut. ”

Lihat selengkapnya