Black Fox

Adam Maulana Hasan
Chapter #5

Chapter 4

Langit malam dan hanya dihiasi oleh awan kelabu, ya... itu adalah pemandangan langit di kota mati ini. Banyak gedung-gedung tinggi yang hancur dan terbengkalai. Bahkan rumah-rumah yang awalnya berdiri dengan kokoh sekarang hanya menyisakan puing-puing bangunannya saja. Ini bukanlah lagi dunia yang kukenal, bagiku... semua yang kulihat ini hanya sebuah neraka di dunia ini.

“ Komandan?. ”

“ Ah, maafkan aku Mana. Apa kau melihat sesuatu dari atas sana?. ”

“ Tidak, aku sama sekali tidak melihat adanya pergerakan dalam radius 400 meter yang komandan katakan tadi. ”

“ Baguslah, kalau begitu kita masih aman. Mana tetap awasi tempat-tempat yang menurutmu mencurigakan, setelah ini aku akan segera kesana. ”

“ Baik. ”

Saat ini aku dan timku Black Fox berada disebuah gedung bertingkat, kira-kira sekitar 12 lantai jika diperhatikan dari luar. Bagiku tempat ini adalah tempat yang cocok untuk dijadikan tempat persembunyian sementara kami, mengingat titik awal kami berada di jarak yang dekat dengan gedung ini. Dan terlebih lagi hari sudah malam dan penglihatan kami juga terbatas, jika kami memaksakan diri kami terjun di dalam gelapnya malam entah apa yang akan terjadi nantinya.

Oleh karena itu aku juga harus mempertimbangkan kesalamatan anggota timku ini, karena aku sudah berjanji kepada diriku kalau tidak akan ada yang mati dibawah kepemimpinanku.

Butuh waktu yang cukup lama untuk bisa mencapai wilayah bagian timur Newerlise ini, bahkan kami yang sudah mengendarai kendaran roda empat pun masih butuh waktu lima hingga enam jam untuk sampai kemari. Mungkin jika aku menolak untuk diantarkan tadi setidaknya butuh satu atau dua hari untuk bisa sampai ke sisi timur wilayah Newerlise.

Mengingat apa yang dikatakan oleh Alestia-san tadi, kami disini untuk merebut kembali wilayah Newerlise dari kubu Monarch. Alestia-san bilang hampir empat tahun lamanya wilayah ini telah di kuasai oleh kubu Monarch, meskipun terbilang belum cukup lama tapi tetap saja banyak Rayers yang dikorbankan untuk merebut kembali wilayah ini.

Tampaknya wilayah ini sangat berharga bagi Newerlise, oleh karena itu Alestia-san bilang bahwa sudah berkali-kali mereka mencoba untuk mengambil kembali wilayah ini dan pernah sempat kubaca tentang riwayat dua orang komandan yang pernah datang kemari, dan siapa sangka mereka berdua tidak pernah kembali lagi.

Aku tidak tahu apa yang menanti kami semua ditempat ini, tapi yang jelas aku akan membawa mereka semua pulang jika memang kondisinya jauh lebih buruk dari apa yang aku kira. Saat ini aku hanya bisa berspekulasi saja, bahwa ada campur tangan dari komandan yang diciptakan oleh keluarga Well yang tinggal di kubu Monarch.

Kulihat Ronie dan yang lainnya masih terjaga, Lucia dan Rika bahkan bercanda gurau disaat seperti ini. Mungkin mereka mencoba untuk mencairkan suasana, dan melihat hal itu aku jadi sedikit lebih tenang, terbawa suasana dan tegang disaat bersamaan itu tidaklah baik. Jadi apa yang dilakukan Lucia terhadap Rika yang masih berumur 14 tahun itu adalah hal yang tepat. Meskipun Rika sudah dilatih sedemikian rupa sama seperti Rayers yang lainnya tapi aku masih tetap menganggap Rika adalah anak kecil yang sudah seharusnya aku lindungi di dunia layaknya neraka ini.

Aku pun mengeluarkan tabletku dan melihat peta yang telah dikirimkan oleh Alestia-san kepadaku tadi. Terlihat tanda x dipetaku, yang artinya tanda itu merupakan titik awal kami memulai misi ini. Sedangkan target kami adalah markas musuh yang ada di sebelah barat dekat dengan tengah kota. Alestia-san bilang kalau disana terdapat sebuah mansion putih dengan halaman yang membentang luas. Membayangkan mansion itu saja sepertinya sudah cukup besar untuk bisa ditinggali oleh puluhan Rayers.

Dan satu lagi, misi ini tidak dibatasi oleh waktu, jadi apabila kami terluka ataupun sejenisnya kami bisa kembali dan mengulangi misi ini kembali jika kami mau.

Tapi secara tidak langsung aku berpikir bahwa misi ini adalah misi bunuh diri, meskipun kami memiliki peran penting di Newerlise tapi mereka sama sekali tidak terlihat peduli ada atau tidaknya kami. Lantas apakah kami patut untuk dikorbankan demi kejayaan kubu Newerlise? Sebagian orang mungkin akan berkata iya, namun aku tidak. Yang jelas Aku tidak boleh mati ditempat ini, karena aku masih harus melakukan sesuatu.

“ Benar-benar menyebalkan. ” Itukah yang aku ucapkan setelah berpikiran seperti itu tadi.

Saat aku masih melihat peta yang ada ditabletku, tiba-tiba aku mendengar suara derap langkah kaki dari arah pintu yang satu-satunya ada di dalam tempat ini. Aku pun melirik kearah Ronie dan lainnya, dan terlihat mereka sudah bersiap di posisi mereka masing-masing. Baguslah kalau mereka menyadarinya, sekarang aku hanya perlu melakukan sesuatu dengan mereka yang sedang menuju tempat kami.

“ Kalian berempat dengarkan aku... ”

Aku pun memanggil Ronie dan lainnya yang saat ini berada di belakangku dan kemudian kujelaskan rencanaku kepada mereka berempat, dan tak lepas Mana yang ada di lantai atas juga aku beritahu apa rencanaku untuk menghadapi musuh yang saat ini sedang menuju kemari. Setelah mendengarkan apa rencanaku mereka pun mengangguk mengerti dan pergi ke posisi masing-masing meninggalkanku sendirian disini.

“ Baiklah... mari kita lihat seberapa hebat musuh kita. ”

Dan akhirnya Rayers yang memakai topeng diwajahnya itu muncul dari balik pintu, dua... empat... lima? Apa hanya segini saja yang mereka kerahkan untuk membunuh kami? Kalian benar-benar meremehkanku rupanya.

Aku pun mengangkat kedua tanganku seperti sedang menyerah, ini juga termasuk bagian dari rencanaku.

“ Hanya ada satu?. ”

“ Tunggu, dia seorang laki-laki? Silver-sama akan senang bila kita bisa menangkapnya. ”

“ Ya... kau benar. ”

Oya? Mereka ingin menangkapku hidup-hidup rupanya, terlebih lagi mereka berlima seorang perempuan, aku benar-benar disukai banyak orang rupanya. Mungkin jika ini dunia yang lama aku akan senang saat melihat hal ini, tapi sayangnya mereka bukanlah tipe ku.

“ Ronie... Lucia... hantam mereka. ”

Dengan cepat mereka berdua keluar dari balik dinding penyangga dari arah yang berlawan. Dan... Bom! Hanya dalam satu pukulan saja mereka menghempaskan dua dari mereka hingga ke tembok belakang mereka. Musuh yang tersisa akhirnya mengeluarkan senjata api mereka dan dengan sekejap Ram dan Rika menembak dua dari tiga musuh yang tersisa dan hanya menyisakan satu Rayers saja.

Dia terlihat bingung dengan apa yang terjadi disekitarnya saat ini, dia pun akhirnya mengambil langkah mundur dengan perlahan.

“ Sepertinya kalian meremehkan kami. ” Ucapku dengan menurunkan tanganku kembali.

“ Bisakah kau memberitahu kepada orang yang bernama Silver-sama itu? Bahwa kami akan mengambil kembali apa yang menjadi milik kami. ” Lanjutku.

“ Sial... kalian tidak akan hidup setelah memasuki wilayah kekuasaan Silver-sama, karena dia... ”

Sebelum dia menghabiskan perkataannya itu, dia pun tergeletak di depan kami. Melihat hal itu aku pun mengambil napas lega dan berkata.

“ Kerja bagus Mana. ”

Mana pun muncul dari balik pintu yang ada didepan kami, dia saat ini sedang memegang senapannya dengan menggendong tas besar tempat senapannya itu disimpan.

 

“ Hal seperti ini merupakan tugas yang mudah untukku. ”

“ Ya, tentu saja aku per-... Hm!”

Aku pun memiringkan kepalaku saat merasakan ada sesuatu yang mendekat dari arah belakang, dan terlihat sebuah peluru telah membolongi lantai tepat dari arah dimana kepalaku diincar. Mengetahui hal itu aku pun membalikkan badanku dan melihat ke arah gedung yang dimana terdapat sebuah jendela yang terbuka lebar tanpa ada kaca yang terpasang. Lebih tepatnya jendela dari gedung yang berada tidak jauh dari tempat kami berada.

Gedung itu cukup jauh dan jika aku menyuruh Mana untuk menghadapi Sniper itu mungkin bukan pilihan yang bagus.

“ Kita pergi dari sini, tempat persembunyian kita sudah terbongkar. Cepat!. ”

Aku pun memutuskan untuk pergi dari tempat ini dan menuju keluar gedung. Hanya itu pilihan yang tersisa saat ini. Jika memang mereka sudah tahu tempat persembunyian kita maka kita harus mencari lagi yang lebih aman dari tempat ini. Dan juga pengelihatan kami cukup terbatas di gedung ini jadinya kita harus lebih ekstra hati-hati saat menuruni tangga.

Kemungkinan mereka sudah memasang perangkap untuk kami jika kami bisa melarikan diri dari mereka.

Nampaknya aku juga tidak boleh meremehkan musuh, jika aku tidak menyadari tembakan tadi mungkin aku sudah mati pada saat itu juga. Tunggu... tembakan itu... hanya terjadi sekali saja bukan?. Kalau begitu...

Saat kami sudah mencapai lantai bawah aku pun menyuruh Ronie dan lainnya untuk berhenti. Mungkin mereka saat ini sedang kebingungan dengan apa yang aku lakukan, tapi setelah tangga ini, di depan sana adalah pintu keluar masuk gedung ini. Jika memang perkiraanku benar maka...

Aku pun melempar batu ke arah jalan depan kami dan sesuai dugaanku, rentetan peluru melesat tepat di mana batu yang tadi kulemparkan jatuh.

Mereka sudah memperkirakan hal ini rupanya, dengan mengandalkan Rayers kelas Sniper, mereka mencoba untuk menggiring kami ke tempat yang mereka inginkan. Tempat dimana kami bisa dibunuh hanya dengan satu kali jentikan saja.

Benar-benar lawan yang merepotkan.

“ Oya? Sepertinya komandan yang satu ini cukup pintar juga. Benar-benar tidak kusangka apa yang telah aku rencanakan dan perkirakan tadi akan berakhir seperti ini, nampaknya aku harus mengatur ulang strategiku. ”

Kali ini terdengar suara seorang laki-laki dari arah rentetan tembakan itu berasal. Dia sepertinya adalah dalang dibalik semua ini, apa dia salah satu komandan dari kubu Monarch? Kalau tidak salah salah satu dari mereka menyebutkan nama Silver, apa dia yang namanya Silver itu?.

“ Apa kau yang orang bernama Silver itu?. ”

“ Oh... bagaimana kau bisa tahu namaku padahal kita saja belum mengenal satu sama lain?. ”

“ Kau bisa panggil aku Azelf! Sepertinya rencanamu tidak berjalan dengan sesuai keinginanmu. ”

“ Kukuku... Sayangnya itu benar, aku benar-benar salah memperhitungkan kalau hal seperti ini bisa terjadi. Dan nampaknya... ”

Disaat dia masih melanjutkan perkataannya itu aku pun mengisyaratkan Ronie untuk menghancurkan dinding yang ada di depan kami, kalau tidak salah sekitar 80 meter dari tempat kami berada saat ini disana ada jalan keluar. Jika Ronie bisa menghancurkan dinding tebal itu menggunakan senjatanya mungkin kita semua bisa keluar dari situasi berbahaya ini. Ya... aku harus bertaruh dengan rencanaku ini.

“ Apa kau sanggup Ronie?. ”

“ Tentu... aku sanggup komandan. ”

“ Baiklah, hancurkan sekarang!. ”

“ Hyaa!!!. ”

Dentuman yang dihasilkan dari runtuhnya dindingpun terdengar, aku pun menyuruh yang lainnya untuk pergi terlebih dahulu dan meninggalkan ku disini sendirian. Mereka pun langsung mengangguk mengerti dan mulai mengikuti Ronie yang terus menerus membukakan jalan untuk pelarian kami.

“ Sepertinya kau sudah mulai bertindak disaat kita masih berbicara komandan dari Newerlise. Sungguh tidak sopan. ”

“ Begitukah? Aku akui kau sangat hebat bisa merancang strategi seperti itu Silver. ”

“ Oh terima kasih atas pujiannya. ”

“ Tapi sepertinya kau kekurangan sesuatu Silver. ”

Lihat selengkapnya