Black Fox

Adam Maulana Hasan
Chapter #7

Chapter 6

Terdengar suara dari derasnya hujan di luar bangunan saat ini dan juga terlihat awan hitam pekat dari beberapa lubang yang ada di langit-langit bangunan. Di dalam bangunan yang terbengkalai ini kami tim Black Fox dan juga komandan Bill beserta Rayersnya saat ini sedang menghadapi musuh yang bisa dikatakan cukup kuat.

Musuh kami saat ini adalah Rayers kelas Gaia yang bisa menciptakan beberapa bilah pedang yang dibalut cahaya kuning keemasan, jarak pengendalian dan kecepatannya sangat jauh dan juga cepat, sampai-sampai aku sulit bereaksi saat pedang itu melesat ke arahku. Jika saja aku selalu waspada mungkin kedua pedang cahaya yang menancap di lengan kananku dan kaki kiriku ini tidak akan pernah ada.

Meskipun begitu, kami juga belum tahu seberapa kuat kekuatan Rayers yang sedang kami hadapi saat ini, tapi yang jelas asalkan ada Ronie dengan perisai nya itu kami masih bisa bertahan hidup. Meskipun dia tidak memiliki niat untuk membunuhku jadi kesempatan untuk kabur bagi Ronie dan lainnya masih terbuka lebar jika mereka tidak sanggup melawannya.

Tapi sepertinya aku tidak terlalu khawatir saat ini, karena anggota tim ku merupakan Rayers yang berbakat jadi aku tidak boleh menunjukkan sikap pesimisku kepada mereka yang saat ini sedang berjuang untuk melindungiku.

“ Kalian benar-benar mengganggu ya, baiklah sepertinya aku bisa bermain-main dengan kalian sebentar. ”

“ Bill! Cari tempat berlindung, jika kami kalah nanti aku ingin kau pergi secepat mungkin dan mintalah bantuan kepada markas pusat, apa kau mengerti?. ”

“ Jika kalian kalah nanti, aku berjanji akan menjemput kalian kembali. ”

Bill pun mengajak ketiga Rayersnya untuk mencari tempat berlindung dan sepertinya Rayers musuh itu tidak terlalu memperdulikan Bill yang saat ini mempunyai kesempatan untuk kabur. Baiklah... sekarang waktunya.

“ Aku serahkan kepada kalian semua. Saat ini aku tidak bisa bergerak karena pedang yang menancap ini, maafkan aku kalian semua... karena kalian melindingiku pergerakan kalian jadi terbatas. ”

“ Ya, kami akan berjuang komandan. ”

“ Cih, kalian hanya Rayers sampah yang tidak berpengalaman di medan perang, jadi kalian semua bukanlah tandinganku. ”

Beberapa pedang cahaya tercipta di dekat Rayers itu dan tanpa memberikan aba-abanya semua pedang itu melesat ke arah Ronie. Namun seperti yang kami ketahui bahwa Ronie saat ini merupakan benteng yang tak bisa tertembus, meskipun dia dihujani dengan beberapa pedang tersebut dia masih berdiri dengan tegak saat ini.

“ Pergilah dari sini sebelum aku serius.”

“ Kami tidak akan meninggalkan komandan kami disini, karena hanya dia yang mau mengerti keadaan kami. Meskipun kami banya merepotkannya tapi dia masih menerima kami sebagai anggota timnya. Dia bisa saja meninggalkan kami dan menggantikan kami dengan Rayers yang lainnya, tapi dia tidak melakukannya. Aku sangat berterima kasih kepadanya dan juga... aku sangat menghormatinya!. Oleh karena itu... disinilah kami akan membalaskan kebaikannya itu! Akan kami buktikan bahwa kami adalah Rayers yang jauh lebih baik daripada Rayers yang Lainnya!. ”

“ Dasar Rayers pemula... ”

“ || Phantom Bullet||”

Peluru yang di selimuti aura hitam tiba-tiba melesat ke arah nya dengan bertenaga tinggi hingga membuat hempasan angin. Tapi sayangnya Rayers itu menangkisnya dengan mudah menggunakan pedang cahaya ciptaannya dengan sekejap mata itu.

 Aku pun melihat kearah mana datangnya peluru tersebut dan kulihat Mana lah yang telah menembakkan peluru hitam itu dengan menggunakan senapan jarak jauhnya.  

“ Kau juga sangat menganggu... jangan harap kau bisa lari Sniper... ”

Tangan kanan Rayers itu ia arahkan ke tempat dimana Mana berada saat ini, dan dengan cepat empat bilah pedang terbentuk dan melesat dengan cepat ke arah Mana.

Bukankah ini gawat? Kalau mana tidak bisa menghindarinya maka...

“ Jangan meremehkanku juga, target lock on. ”

Disaat Mana mengucapkan kata itu seketika aura berwarna hitam keunguan berkumpul di senapan miliknya dan terlihat sebuah lingkaran berwarna yang sama dengan aura yang terkumpul tadi terbentuk.

“ ||Phantom Bullet : Burst||. ”

Dan dengan satu tembakan saja, muncul empat peluru yang berwarna hitam dari lingkaran tersebut dan menghantam bilah pedang milik musuh yang melesat tadi. Tabrakan dari kedua kekuatan itu membuat sebuah percikan angin yang dahsyat seakan berkata bahwa saat ini mereka berdua seimbang dalam kekuatan maupun kecepatan.

Benar-benar menakjubkan, itulah yang bisa kukatakan setelah melihat kekuatan milik Mana yang sesungguhnya.

“ Lumayan juga kau... sepertinya aku tidak perlu menahan diri untuk-- ”

“ Jangan banyak bicara dan cepatlah turun dasar serangga!. ” Ucap Lucia yang seketika tiba diatas Rayers itu.

“ Apa? Bagaimana bisa?. ”

“ Hyaa!!!. ”

Tongkat milik Lucia ia hantamkan kepada Rayers itu, namun dengan sigapnya ia menahan serangan Lucia dengan tangan kirinya. Semudah itukah dia bisa menahan serangan milik Lucia?. Dia benar-benar kuat.

“ Fufufu... ”

“ Apa!?. ”

Dan dengan sekejap Rayers itu terhempas hingga kebawah membuat kepulan asap di sekitar tempatnya jatuh. Lucia pun turun dari atas langit tanpa mengalami luka sedikitpun, dia dengan santainya mengayunkan tangannya dan memegang tongkat itu kembali... tidak... itu bukan tongkat biasa saat ini.

“ Apa kau kira ini hanya tongkat biasa? Sayang sekali ini adalah senjataku yang sesungguhnya. ”

Terlihat bilah sabit muncul dari ujung tongkatnya, sabit itu memiliki corak garis lurus yang berwarna biru muda seperti warna lambang dari kubu Newerlise. Aku terkejut saat melihat tongkat itu yang mengeluarkan bilah sabit dari dalamnya. Sebenarnya siapa yang membuat teknologi secanggih itu di dunia ini, aku dengar jika masalah teknologi perang orang-orang dari Kubu Revol lah yang berperan aktif untuk mengembangkan teknologi-teknologi perang seperti milik Ronie dan Lucia.

Tapi mengingat hubungan kubu Newerlise dan kubu Revol tidaklah baik, maka tidak mungkin persenjataan milik mereka dibuatkan oleh orang-orang dari Revol. Lantas siapa?.

“ Ya ampun... coba kau lihat pakaianku ini... bisa-bisanyakau merobeknya dasar Rayers pemula. ”

“ Yah... maafkan aku, sepertinya aku terlalu berlebihan tadi. ”

“ Enyahlah. ”

Puluhan pedang pun tercipta dan kemudian melesat ke Lucia, Ronie yang melihat hal itu langsung terjun ke Lucia dan melindunginya menggunakan perisainya tersebut. Rentetan pedang yang menerjang itu berhenti dan membuat si Rayers musuh itu melihat keadaan sekitar seperti sedang mencari celah untuk menyerang.

Tapi sepertinya hal itu akan percuma saja untuk dilakukan saat ini.

“ Benar-benar merepotkan bukan? Kau bisa terpojok oleh mereka. Padahal baru mereka bertiga tapi kau sudah kerepotan seperti ini. ” Ucapku dengan mencabut bilah pedang yang menancap di tangan dan kakiku.

Aku pun mulai bisa menggerakkan tubuhku kembali, jadi begitu cara kerja kekuatannya. Dia harus memfokuskan kekuatannya untuk menyerang atau bertahan agar bisa menjadi lebih kuat. Dan disaat dia lengah dan tidak fokus untuk membuatku tidak bisa bergerak aku pun sekarang bisa terbebas dari kekangannya itu.

Itu sangat melelahkan saat tidak bisa melakukan apap-apa sedangkan mereka berlima sedang mencoba melindungiku. Bagi laki-laki di dunia lama hal ini merupakan penghinaan bagi mereka saat tahu mereka dilindungi oleh perempuan, tapi sepertinya di dunia baru ini tidak terlalu memperdulikan hal itu ya.

“ Atur ulang posisi, mulai sekarang aku yang akan membuat formasi serta strategi untuk kalian berlima, apa kalian dengar!? Hal yang paling penting untuk diingat di medan perang adalah... selalu aktifkan alat komunikasi kalian!. ”

“ Apa... jangan terlalu santai komandan Azelf, kau itu hanya manusia biasa tanpa memiliki kekuatan seperti kami para Rayers, jadi duduklah manis disana sambil menunggu giliranmu. ”

“ Maaf saja, tapi aku tidak tertarik dengan usulanmu itu. Ronie!. ”

Ronie pun berlari ke arah Rayers itu setelah kupanggil namanya, aku pun menjelaskan kepada mereka berlima apa yang harus mereka lakukan dan strategi apa yang paling efektif untuk mengalahkan Rayers itu dengan cepat.

Dari belakang terlihat Lucia dan Ram mengikuti Ronie dan berlindung dibalik perisainya, sesuai apa yang aku katakan kepada mereka semua tadi, jika memang mereka mampu mengikuti arus yang aku buat setidaknya mereka bisa mendaratkan beberapa pukulan kepada Rayers kelas Gaia itu.

“ Jangan bercanda! Kalian itu hanya sebuah kerikil di medan perang!. ”

Terlihat Rayers itu mencoba membuat beberapa bilah pedang lagi namun dengan sekejap bilah pedang itu lenyap sebelum terbentuk dengan sempurna. Dia yang mengetahui keanehan itu melihat ke arah tempat dimana Mana berada.

“ Maaf soal mainan mu yang rusak itu. ”

“ Sial!- ”

Bugh! Dengan suara hantaman keras dari perisai milik Ronie membuat Rayers itu terpental hingga beberapa meter, namun karena dia yang mampu terbang membuatnya kembali seimbang dan berpijak kembali di tanah.

Kulihat dia menunjukkan ekpresi wajah kesalnya kepada Ronie dari jarak jauh, tapi sayangnya yang harus ia lakukan setelah menerima hantaman tersebut adalah waspada dengan serangan berikutnya.

Dengan cepat Ram dan juga Lucia berada di depan Rayers itu dan memukulnya tepat di perut hingga membuatnya kesakitan tersungkur ditanah. Seharusnya yang ia harus waspadai di pertarungan seperti ini adalah Rayers yang mempunyai kekuatan serta stamina yang tinggi seperti Rayers kelas Slayer.

Apanya yang mempunyai pengalaman di medan perang, dia sama sekali tidak berpangalaman sedikitpun, ataukah Rayers yang dia temui dari dulu terlalu lemah saat berhadapan dengannya?. Kemungkinan seperti itu juga harus dipertimbangkan mengingat dia yang terlalu percaya diri dengan kekuatannya itu.

“ Hehe... sepertinya kita sudah tahu siapa yang pemula disini. ”

“ Kalian... ”

“ Kerja bagus Ram-san. ” Ucap Lucia dengan mengepalkan tangan kanannya kepada Ram.

“ Ya, kau juga Lucia. ” Balas Ram dengan mengepalkan tangannya kepada Lucia.

Sudah selesai kah... ternyata tidak sesulit yang kubayangkan, kelas Gaia seperti diriya terlalu sombong dan tidak mengukur seberapa kuat musuh yang ia hadapi. Itu merupakan nilai minus bagi Rayers yang pergi bertarung sendiri tanpa didampingi oleh komandan mereka. Nampaknya dia harus belajar lagi untuk bisa menjadi Rayers yang diandalkan di medan perang.

Baiklah, akan aku suruh Ram dan Lucia untuk mengikat Rayers itu agar tidak bisa lari kemana-mana. Mengingat kalau dia bisa terbang akan jadi masalah nanti jika kekuatannya itu tidak disegel dengan borgol khusus. Kalau tidak salah Mana yang membawa borgol itu, aku akan mengambilkannya untuk mereka.

Disaat aku ingin berbalik ke arah Mana, tiba-tiba dengan cepatnya seseorang menindihku hingga membuatku tersungkur ditanah. Aku pun melirik ke atasku untuk melihat siapa yang membuatku jadi seperti ini.

Dan dengan wajah terkejutku aku melihat seorang Rayers yang memakai topeng berlambang Monarch dengan memakai jaket berwarna hitam serta celana hitam yang warnanya seirama dengan jaketnya tersebut.

Yang dilakukannya setelah menindih tubuhku adalah mengunci pergelangan tanganku serta kedua kaki ku agar tidak bisa bergerak sedikitpun saat ini. Aku pun mencoba menggerakkan kedua tanganku untuk mengetes seberapa kuatnya dia dan apa yang tidak kuharapkan pun terjadi, cengkraman miliknya sangat kuat.

Bisa dikatakan kekuatannya sangat besar, Rayers kelas apa dia? Slayer? Atau Guardian? Tapi mengingat kecepatan serta kekuatannya itu tadi, dia tampak seperti Rayers kelas Slayer. Ya... hanya kelas itu yang paling masuk akal seelah melihat kelincahan serta kekuatannya. Aku benar-benar bodoh hingga menurunkan penjagaanku tadi, sial.

“ Slyve... kau sangat mengecawakan. ”

“ Sieg... kenapa kau berada disini?. ”

“ Aku diperintahkan Silver-sama untuk mengawasi pertarunganmu. Tapi nampaknya... kau kesusahan saat menghadapi para kroco ini. ”

Suara Rayers yang bernama Sieg itu terdengar seperti suara seorang laki-laki, aku sedikit terkejut dan berpikir disaat yang bersamaan. Apa dia mungkin seorang laki-laki? Tapi sepertinya itu tidak mungkin, mana ada seorang laki-laki yang dijadikan sebagai seorang Rayers.

“ Suara mu terdengar seperti laki-laki, sebenarnya siapa kau itu?. ” Tanyaku kepada seseorang yang sedang menidihku.

“ Kau sudah dengar darinya bukan? Namaku Sieg, aku adalah Rayers milik Silver-sama. Bagaimana seorang komandan seperti mu tidak bisa mencerna kata-kata yang mudah dimengerti itu?. ”

“ Oh begitu? Akan aku ganti pertanyaannya... apa kau seorang perempuan atau laki-laki?. ”

“ Sepertinya kau tidak perlu mengkhawatirkan hal itu sekarang komandan Azelf, bukankah sekarang nyawamu yang lebih penting saat ini? Karena saat ini aku bisa membunuhmu kapan saja komandan Azelf. ”

“ Komandan!. ”

Ronie pun berteriak dengan berlari ke arahku, namun disaat dia berlari Rayers yang bernama Sieg itu mengeluarkan pistol dari balik jubahnya dan mengarahkannya ke kepalaku. Ronie yang melihat hal itu akhirnya berhenti berlari dan menunjukkan wajah kesalnya.

“ Otto... jika kau berani mendekat ke arah kami berdua maka aku tidak akan segan-segan untuk menembaknya. ” Ancamnya.

Benar-benar musuh yang merepotkan. Meskipun aku disuruh untuk mencari jalan keluar dari situasi ini tetap saja jika tangan dan kakiku tidak bisa kugerakkan maka aku sudah kalah dari awal. Mengandalkan mereka berlima juga tidak mungkin karena jika mereka salah mengambil langkah maka nyawaku jadi taruhannya.

Apa yang harus aku lakukan saat ini?.

Suara tembakan pun terdengar selagi aku memikirkan bagaimana keluar dari situasi yang berbahaya ini, suara itu berasal dari senapan milik Mana yang saat ini dia berada di lantai tiga dari bangunan ini. Awalnya aku kira peluru itu akan berhasil mengenai Sieg tapi sungguh mengejutkan saat melihat Sieg menangkis peluru tersebut dengan peluru dari pistol miliknya.

Aku yang terheran dengan apa yang terjadi saat ini hanya bisa berpikir dan berpikir, kenapa peluru sekecil itu bisa mengalahkan peluru senapan milik Mana yang ukurannya jauh lebih besar darinya. Ini sungguh aneh, peluru seperti apa yang ia gunakan itu?.

“ Sayang sekali, kau tidak berhasil ya Sniper. Mungkin saat ini kau bertanya-tanya kenapa peluruku bisa mengalahkan peluru milikmu itu, jawabannya sederhana... ini adalah peluru tungsten yang sudah di perkuat. ”

“ Peluru yang sudah di perkuat?. ” Kataku menanggapi penjelasan kecilnya tadi.

Lihat selengkapnya