Black Mirror

R. Wardani
Chapter #2

Second Quest_Player Identification: Foxglove # Secangkir Kopi Untuk Sydvest

“Banyak dungeon yang masih tersembunyi di wilayah Helios, sebagian masih tersegel, ada juga beberapa yang sudah terbuka namun belum dipetakan karena yang membukanya kemungkinan besar adalah solo player. Menanganinya sendiri pasti cukup merepotkan.”

Damian, sang leader dari serikat kami sedang memberikan instruksi terkait ekspedisi yang akan kami lakukan bulan depan. Black Mirror mengumumkan akan mengadakan event untuk merayakan pembukaan server barunya dengan hadiah berbagai macam item dan senjata langka, dan tema event kali ini adalah petualangan bawah tanah di wilayah kekaisaran Helios. 

Jika mengikuti peta dari dunia Black Mirror, maka wilayah itu berada di daratan sebelah timur. Game Master memberi waktu dua minggu kepada para pemain untuk menyelesaikan questnya dengan metode siapa cepat dia dapat. Persiapan yang matang sangat dibutuhkan untuk menghadapi ini, karena memasuki dungeon yang telah di ditaklukan oleh party lain hanya akan meninggalkan harta sisa yang mungkin bisa didapatkan dengan memburu kelinci atau rusa di hutan sebelah.

“Hai, Fox. Lokasi event kali ini adalah kampung halamanmu, jadi aku yakin kamu tidak akan keberatan untuk memeriksa rute demi serikat kita.”

Nah,itu dia intinya. Damian memberi perintah dengan cara yang cukup berbelit-belit. Padahal aku sangat tidak keberatan jika dia langsung saja mengatakan aku harus pergi kesana. Sejujurnya aku sangat bersemangat, karenakekuatanku akan jauhlebih besar jika digunakan di sana. Begitulah hukum dunia ini, Kamu akan menjadi lebih kuat di wilayahmu. Karakterku adalah seorang petualang dari Helios, dengan kekuatan elemen api. Jadi firasatku sangat bagus, sepertinya kami akan mendapat banyak harta karun.

“Baiklah, aku akan membawa lima atau enam orang member serikat yang juga berasal dari Helios agar pemeriksaaannya lebih cepat selesai.”

Persetujuanku mendapatkan sambutan baik dari semua orang, mereka juga mengikuti usulku tanpa banyak protes. Benar begitu,lebih capat memang lebih baik.

“Seperti yang diharapkan dari seorang wakil pemimpin. Kalau begitu sisanya akan dibagi dalam beberapa kelompok yang bertanggung jawab atas pasokan dan senjata. Jadi semua bisa dibereskan tepat waktu,” ucap Damian yang suaranya terganggu oleh sedikit noise yang samar-samar terdengar. Sepertinya dia belum membeli mic baru.

Aku tidak menyangka bila diskusi ini bisa berakhir lebih cepat dari perkiraanku. Padahal aku sudah siap jika Damian akan memberikan perkuliahan panjang seperti biasanya. Dia memang leader yang kuat, kompeten, dan diakui baik oleh para member Serikat Andromeda maupun serikat lain. Akan tetapi, dibalik sifat keren tersebut, Damian juga memiliki sisi rewel yang kadang merepotkan dan terkesan seperti ibu-ibu.

“Baiklah, Fox, beri tau aku jika sudah menentukan siapa saja yang akan ikut bersamamu, setelah itu aku akan mengurus sisanya. Sekarang aku harus pergi.”

Karakter Damian menghilang setelah meninggalkan pesannya melalui ruang obrolan. Sepertinya aku juga harus segera bergegas.

“Aku akan memikirkan siapa yang akan ikut, besok akan kuberi tau rinciannya. Sekarang aku harus ke Sydvest untuk mengambil beberapa tumbuhan beracun.”

Aku membuka portal dan keluar dari markas setelah meninggalkan pesan untuk para member. Hanya butuh waktu kurang dari tiga detik dan aku sudah berpindah ke dataran tandus yang kosong di wilayah Sydvest. Tapi, heh? Aku salah tempat. Seharusnya aku menggunakan koordinat agar langsung tembus ke hutan seribu musim. Ngomong-ngomong, sebelumnya memang aku menyebut bahwa dataran ini kosong, namun tampaknya tempat tidak terlihat begitu sekarang, tempat ini telah menjadi arena pertempuran.

Ada seorang pemain sedang bertarung dengan Cyclops, monster yang terbilang cukup langka karena kemunculannya yang random dan hanya mucul selama beberapa bulan sekali. Sepertinya orang itu bertemu si monster secara kebetulan, selain terlihat bertarung sendiri dan dihajar habis-habisan, di sekitar sini juga tidak terlihat bekas-bekas pengintaian. Haruskah aku membantunya? Tapi HP pemain itu cukup tinggi, jadi dia pasti bukan pemula. Lalu kenapa diam saja? Mungkinkah jaringan internetnya buruk?

Aku membidik pemain itu untuk memeriksa identitasnya. Dari avatar yang muncul, hanya ada sedikit informasi dan ada tanda privasi di sana-sini. Bahkan senjata utama dan tipe elemen juga terkunci. Nama karakternya Serenina? Mungkinkah Serenina yang itu? Memangnya ada berapa Serenina dalam server ini? Tentu saja banyak. Tapi jika dia adalah Serenina yang itu, maka ini adalah hari keberuntunganku.

Serenina terkenal sebagai kolektor item langka dan senjata legendaris di server ini, dia juga dijuluki sebagai kunci master karena hobinya membuka segel dungeon baru seorang diri. Mungkin karena namanya sering menjadi bahan perbincangan, jadi membuat banyak orang tertarik membuat karakter dengan nama serupa walau ejaannya sedikit berbeda. Jika melihat status kekuatannya yang lumayan tinggi dan kolom serikatnya yang kosong, mungkin orang ini memang benar Serenina yang asli.

Selain sebagai kolektor dan kunci master, Serenina juga memiliki cap sebagai solo player yang keras kepala karena tidak mau bergabung dalam serikat manapun meski sudah dirayu sana-sini, dia juga jarang mau diajak membuat party. Akan tetapi, sesekali ada yang secara kebetulan bisa berburu dengan Serenina ketika memilih party random untuk quest harian, itu juga tidak pernah lebih dari lima pemain. Kurang lebih seperti itu yang aku dengar dari cerita banyak orang. Bukannya apa-apa, hanya saja koleksi milik Serenina akan sangat bermanfaat bagi rekan-rekannya meski hanya sementara.

Tampaknya aku bisa menomor duakan tujuan utamaku di Hutan Seribu Musim karena menemukan sesuatu yang lebih menarik. Aku memutuskan untuk masuk ke arena dan menyerang Cyclops itu dalam sekali tebas, tubuhnya yang melebur menjadi debu menjatuhkan sebongkah Healer Chrysoprase sebagai hadiahnya. Annggap saja hal ini merupakan caraku untuk memastikan identitas pemain ini.

“Aku tidak tau alasan apa yang Kamu miliki sehingga memilih untuk berlama-lama diam meski tampaknya Kamu bisa memusnahkan monster itu dengan sekali serang, namun yang pasti memubadzirkan item langka yang diinginkan banyak pemain hanya demi kepuasan diri sendiri adalah perbuatan yang tidak etis.”

Aku sengaja menulis pesan profokasi di ruang obrolan umum, namun sayangnya tidak mendapat respon dari pemain itu, justru yang ramai membalas adalah pemain lain yang sedang online. Dia juga tidak pergi ke mana-mana, hanya diam di tempat tanpa melakukan apa-apa. Hei, tolong jangan seperti ini. Apakah aku telah menginjak ranjau? Jika terus begini aku tidak bisa memulai topik pembicaraan utamanya. 

“Apa yang membuat orang penting sepertimu mengganggu acaraku di tempat seperti ini?”

Akhirnya, dia membalas pesanku. Ini akan lebih mudah untuk mengetahui keasliannya.

“Kamu tau siapa aku?”

Aku membalas pesannya tanpa mengindahkan kebisingan ruang obrolan yang berjalan semakin cepat karena kami berdua.

Lihat selengkapnya