"Tidak ada yang menakutkan di bumi ini, sekalipun kepala mafia. Karena dia adalah manusia, yang tentu memiliki sisi terang di balik sisi gelapnya." Alfiani Fauziyyah
***
Dorrrr
Peluru pistol itu melesat cepat dan menembus kaca transparan. Gelak tawa Alana nyaring terdengar. Perempuan itu menurunkan tangan kanannya yang tengah memegang pistol hitam kesayangannya.
Satu detik ....
Dua detik ....
Tiga detik ....
Tepat, di detik keempat, penghuni rumah pun keluar dengan wajah panik dan tergesa. Alana kembali tertawa melihat betapa konyolnya ekspresi keduanya yang pias menahan takut.
"Siapa kau?"
Alana menghentikan tawanya. Lelaki sang pemilik rumah itu membentak Alana dengan suara yang bergetar, menyiratkan ketakutan.
Alana menaikkan alis sebelah kirinya, kini wajahnya masih ditutupi topeng. Perlahan tapi pasti, Alana membuka topeng yang menutupi wajah cantiknya. "Aku?" tanya Alana seraya menunjuk dirinya sendiri.
"Dia Alana Xanderians." Perempuan di samping lelaki itu bergumam. Alana dapat mengetahui jika perempuan itu menyebut namanya lewat gerakan mulutnya.
Alana menatap keduanya tajam, ia benar-benar tak sabar untuk menghabisi semua ini. "Wow Abie, how are you?" senyum Alana mengembang. Kedua orang bodoh di hadapannya sudah bergetar hebat.
"Ingin apa kau kemari hah?!" Abie kembali membentak Alana. Tapi meski begitu tak ada sebersit pun ketakutan dalam diri Alana. Alana tersenyum seraya menyilangkan kedua lengannya di dada.
"Cuihh .... " Alana membuang ludahnya ke atas hamparan rumput hijau di kediaman Abie yang terawat. "Tenang nanti akan aku bersihkan." Alana melihat air liurnya yang telah berada di atas rumput.
"Oh ya, tadi kau tanya untuk apa aku kesini?" tanya Alana.
Abie dan Tara—perempuan di sampingnya tak menjawab sepatah kata pun. Abie meneguk air liurnya sendiri dengan susah payah, sementara Tara, perempuan itu sudah mengenggam erat lengan Abie dengan gemetar hebat.
Alana memutar-mutar pistolnya. Lalu sedetik kemudian Alana mengarahkan pistolnya pada lampu hias di kediaman Abie yang tergantung dengan indah. Pandangan Alana hanya tertuju pada satu objek, yaitu lampu hias. Dengan gerakan perlahan Alana mulai menarik pelatuk pistolnya.
Dorrrr
Lampu hias di kediaman Abie pecah. Abie dan Tara dengan cepat mundur beberapa langkah menjauhi serpihan lampu yang pecah karena ulah Alana. Abie menggeram kesal, setelah akhirnya Tara berusaha menenangkan Abie agar tetap menahan emosinya.