Black Pearl Mafia

Alfiani Fauziyyah
Chapter #2

Kembali ke Kota Kelahiran

"Mungkin berdamai dengan masa lalu, adalah cara terbaik untuk memaafkan." Alfiani Fauziyyah

***

Another day has gone

I'm still all alone

How could this be

You're not here with me

You never said goodbye

Lagu you are not alone yang dinyanyikan artis terkenal Michael Jackson mengalun indah membelah jalanan kota ini di malam hari.

Jakarta, kota yang menyimpan sebuah cerita kelam Alana Xanderians. Alana, kini duduk di kursi belakang seraya terus menikmati lagu favoritnya yang tengah mengalun indah sebagai teman perjalanannya dari bandara menuju kediamannya yang berada di kota ini.

Alana tampak tampil berbeda dibanding saat berada di Inggris. Rok span hitam menjadi pengganti celana yang biasa ia kenakan saat melakukan penyerangan. Kemeja putih melekat di tubuhnya yang makin terlihat kecantikannya. Jam tangan dengan merk ternama terlihat di pergelangan kirinya yang makin membuatnya tampil anggun. Tak lupa tas berwarna putih yang berada di pangkuannya, bukan lagi seperti Alana sewaktu di Inggris yang membawa banyak macam senjata api.

"Kita langsung ke kantor sekarang Nona?" Tanya supir yang kini kembali fokus menyetir.

"Ya, saya masih ada meeting malam ini," jawab Alana dingin.

Someone tell me why

Did you have to go

And leave my world so cold

Pandangan mata Alana menerawang, berusaha mengingat kejadian sekitar lima belas tahun lalu. "Ayah aku mohon jangan bawa aku ke asrama, Bunda tolong aku." Kilasan-kilasan bayangan masa lalunya berputar indah bagai kaset rusak. Memorinya terus saja mengingat kejadian pahit itu. Semakin berusaha Alana melupakannya, maka semakin kuat pula ingatannya. Sial, ini semua sungguh menyesakkan.

Everyday I sit and ask myself

"Ya Tuhan apa aku nakal?"

"Apa aku salah?"

"Apa aku dosa?"

Tiga pertanyaan itulah yang selalu ada dalam benak Alana.

How did love slip away

"Cinta pertama anak perempuan adalah dari Ayah," ucapan Ayah Alana terngiang-ngiang dalam pikirannya.

Rasanya sangat sesak, gemuruh dalam dadanya bergejolak, amarahnya kembali bangkit, rasa sakit hatinya makin tumbuh, rasa kecewanya makin menjadi. Matanya terasa panas, walaupun suhu dalam mobil ini begitu dingin karena AC yang terus menyala.

Something whispers in my ear and says

"Ayah akan selalu ada untukmu putri kecilku."

Lihat selengkapnya