Kerajaan Vayu memang terkenal dengan keindahannya. Tidak seperti wilayah biasa, kerajaan yang dipimpin oleh Avantika Vayu ini melayang di udara bersama dengan awan-awan. Mesin pendorong yang diciptakan oleh kerajaan Vayu serta kemampuan Avantika mengendalikan elemen angin memungkinkan pulau-pulau di negaranya itu untuk melayang di udara. Setelah menjadi kerajaan kecil, Avantika berusaha keras menemukan cara agar wilayahnya aman karena memiliki status sosial yang tinggi tentu saja akan mengundang masalah lain. Karena itulah Avantika berusaha agar rakyatnya aman. Dengan membuat negaranya melayang, akan menyulitkan wilayah lain atau bahkan Chimera untuk menyerangnya. Kerajaan Vayu sendiri dikelilingi dengan pepohonan tinggi dan rimbun. Kebanyakan bangunan dan rumah di kerajaan ini berbahan kayu dan batu bata. Walaupun kemajuan teknologi Kerajaan Vayu sangat hebat, Avantika sebagai ratunya lebih memilih untuk menjaga kelestarian alam karena itulah pepohonan di negara Vayu tetap dijaga sehingga banyak bangunan yang bersanding bersama dengan pohon-pohon itu.
Begitu pula dengan Istana Vayu. Istana yang menjulang tinggi ke langit itu bersanding dengan pohon beringin besar. Pohon itu nampak sudah berusia ratusan tahun. Eksterior Istana Vayu memiliki warna dominan hijau toska,emas dan putih. Pada tingkat paling atas istana megah itu, terdapat sebuah balkon besar yang mengarah pada wilayah Vayu. Dari balkon inilah Avantika dapat melihat seluruh kegiatan masyarakatnya. Setiap harinya Avantika memang berada di balkon itu sambil berdiskusi bersama beberapa ilmuan dan orang kepercayaannya seperti saat ini.
“Ratu, kami baru saja mendapatkan surat dari Duke Demetrios.”,ujar salah satu orang kepercayaan Avantika sambil menyodorkan sepucuk surat padanya.
Ratu Avantika membuka surat itu dan membacanya.
Avantikaku sayang, aku akan datang siang ini dengan kereta batuku. Urie membuatku bekerja ekstra dengan membawa beberapa beban hidup. Aku harap kita dapat segera bertemu karena 2 hari ini aku sudah berjuang dengan membawa beban ini.
Salam,
Cintamu, Demetrios yang Agung.
Setelah membaca surat dari Duke Demetrios, Ratu Avantika tersenyum manis, namun terlihat palsu. Seorang gadis muda di sampingnya menyadari senyum palsu Avantika.
“Biar saya tebak. Duke Demetrios mengirimkan surat dengan kata-kata menjijikan lagi?”, ujar gadis berumur 18 tahun itu dengan tajam.
“Astaga...Sudah ku katakan berkali-kali jangan menggunakan kata-kata yang kurang pantas.. Hahahahahha… Dia hanya sedikit berlebihan saja..”, balas Avantika dengan lemah lembut.
Ratu Avantika dikenal dengan kelemah lembutannya. Ia terkenal juga sebagai pemimpin yang ramah dan bijaksana bak Dewi. Rakyat Vayu sangat mencintai Ratunya seperti terkena sihir cinta. Sifat ramah dan bijaksana Ratu Avantikalah yang membuat Duke Demetrios jatuh cinta.
“Saya masih tidak paham mengapa Anda bisa menyukai Duke Demetrios..”, ujar gadis muda tadi pada ratunya. Gadis dengan kepangan rambut berwarna hijau toska itu terlihat heran dengan selera Avantika. Bagiamana manusia narsis seperti itu disukai oleh Ratu Avantika.
Ratu Avantika tersenyum pada gadis muda itu, “Suatu saat kau akan mengerti, Vendarshi.”, ujarnya pada gadis muda itu. Vendarshi adalah murid kesayangan Avantika. Warna rambut hijau toska milik Avantika dan Vendarshi menandakan karunia yang diberikan Dewi Pavan, Dewi Angin, yang dipuja oleh masyarakat Vayu.
“Kusuma, tolong kau siapkan ruangan dan jamuan untuk para tamu. Siang ini kita akan kedatangan banyak tamu. Mungkin beberapa dari mereka akan tinggal untuk waktu yang cukup lama.”, ujar Sang Ratu pada salah satu pelayan wanita kepercayaannya.
Setelah menerima titah dari sang Ratu, Kusuma meninggalkan balkon itu dan segera mempersiapkan segala keperluan untuk menjamu para tamu. Ratu Avantika juga membubarkan rapat pagi hari itu. Semua orang kepercayaan Sang Ratu membubarkan diri dan menyisakan Sang Ratu berduaan dengan gadis kecil yang tadi ia panggil Vendarshi itu.
Ratu Avantika melemparkan pandangannya pada negara Vayu yang luas dan asri itu. Rambut hijau toskanya berkibar terkena terpaan angin. Baju kebaya khas Vayu yang digunakan Ratu Avantika terlihat indah mengikuti lekuk tubuhnya. Kain yang diselempangkan Vayu di badannya terlihat ikut bergoyang bersama arah angin. Kain khas negara Vayu itu memiliki pola unik. Warna kain yang khas coklat walnut dengan lukisan bunga sederhana yang terlukis di sepanjang kainnya terlihat dibuat dengan sangat teliti. Di atas kepala Avantika tersemat mahkota emas dengan ukiran-ukiran bunga.
Ratu Avantika memenjamkan matanya seakan menikmati terpaan angin pagi hari itu. Mata toskanya terbuka lebar dan kembali menyaksikan hijaunya wilayah Vayu.
“Lihatlah,Vendarshi.”, ujarnya sambil menunjuk pada wilayahnya itu. “Kedamaian seperti inilah yang ingin kuberikan pada penerus wilayah kita. Keharmonisan dan kebahagiaan.”, lanjutnya. “Aku harap pemandangan seperti ini akan bertahan selamanya.”
Mata Vendarshi melihat jauh mengikuti arahan tangan Sang Ratu. Dari balkon tempat mereka berdua berdiri dapat terlihat kegiatan masyarakat Vayu. Beberapa orang sedang membajak sawahnya, yang lain sedang berbincang-bincang, dan juga terlihat beberapa anak-anak sedang bermain. Semua orang terlihat berbahagia. Vendarshi dapat mengerti apa yang diinginkan Sang Ratu. Wilayah kerajaan yang damai dan tentram dengan penduduknya yang berbahagia. Pemimpin manakah yang tidak mendambakan itu. Vendarshi pun tersenyum bangga karena memiliki ratu yang sangat memikirkan rakyatnya. Ia telah menjadi murid dari Ratu Avantika sepuluh tahun lamanya. Saat itu ia hanyalah seorang anak petani yang hidup sengsara. Avantika yang baru dinobatkan sebagai ketua wilayah dengan gelar Marchioness. Keadaan Vayu tidak sebaik sekarang. Karena pengelolaan yang kurang baik dan banyaknya korupsi dari pemerintahan sebelumnya, wilayah Vayu menjadi wilayah yang sangat miskin. Namun baru dua tahun menjabat sebagai ketua wilayah, Avantika sudah memperbaiki tatanan pemerintahan dan mendirikan pusat riset untuk tanaman dan teknologi. Ia merekrut dan membiayai banyak warga Vayu yang cerdas untuk membangun wilayah itu. Karena dukungan yang sangat besar dari Avantika, para ilmuan dan teknisi dapat bekerja dengan maksimal sehingga Vayu berkembang pesat selama 5 tahun.
Vendarshi adalah salah satu anak yang direkrut oleh Avantika saat itu. Walau umurnya baru genap delapan tahun, Avantika melihat hati besar dan kepandaiannya. Ia mengangkat Vendarshi sebagai anak angkatnya dan memberinya pendidikan yang layak. Setelah tujuh tahun berlalu pun Marchioness yang sekarang telah menjabat sebagai Ratu tidak pernah berubah sedikitpun. Ia tetap menjadi panutan bagi Vendarshi. Kecintaannya terhadap rakyatnya tidak pernah tergantikan.
“Suatu saat, kaulah yang akan memandu mereka.”, lanjut Ratu Avantika pada gadis muda itu.
Wajah Vendarshi memerah, ia tidak percaya bila kepercayaan sang Ratu begitu besar pada dirinya. “Saya rasa hal itu masih terlalu jauh,Ratu.”, balas Vendarshi malu.
Ratu Avantika tersenyum manis padanya. “Cepat atau lambat suatu saat nanti aku harap kaulah yang memimpin mereka. Aku percaya pada visi dan misimu yang sejalan denganku.”, ujar Ratu Avantika kembali dengan penuh kepercayaan. “Jika saatnya tiba nanti, aku harap Vayu dapat menjadi negara yang lebih baik lagi.”, sambungnya.
“Saya masih harus banyak belajar dari Anda sebelum sampai pada tahap itu.”, balas Vendarshi.
Ratu Avantika kembali tersenyum. Senyuman memang menjadi ekspresi khas dari Avantika. Nyaris mereka tidak pernah melihat Sang Ratu tidak tersenyum. Sambil memperhatikan rakyatnya, Ratu Avantika dan Vendarshi menikmati sinar pagi yang menghangatkan.
---
Kusuma terlihat berlari ke sana kemari memerintahkan banyak pelayan untuk menyiapkan segala keperluan dari tamu yang siang ini akan datang. Menurut informasi yang ia terima, kurang lebih ada lima bangsawan dan ada lebih dari 40 orang prajurit yang akan datang. Ia menyiapkan Istana Kulon untuk para tamu itu.
Di tengah keramaian itu Kusuma melihat sosok yang familiar. Vendarshi terlihat sedang melihat-lihat segala persiapan yang sedang Kusuma kerjakan.
“Putri Vendarshi!”, sapanya pada putri itu sambil melambaikan tangannya.
Vendarshi membalas lambaian tangan Kusuma dan berjalan ke arahnya. “Apakah ada kesulitan,Kak Kusuma?”, tanyanya pada kepala pelayan itu.
Kusuma menggelengkan kepalanya,”Tidak ada,Putri. Terima kasih sudah bertanya. Saya pasti akan melakukan yang terbaik untuk para tamu!”, balasnya sambil mengepalkan kedua tangannya.
Di saat seperti ini biasanya Vendarshi akan berjalan mengitari wilayah Vayu untuk memeriksa keadaan. Namun karena hari ini mereka akan kedatangan tamu istimewa, Vendarshi memutuskan untuk melihat persiapan penyambutan. Vendarshi memang tebilang sangat muda, namun karena hidupnya yang keras, pemikirannya sudah terbilang sangat dewasa. Bahkan ia sudah terjun ke dunia politik ketika usianya menginjak 15 tahun. Disamping pemikirannya yang dewasa, Vendarshi pun adalah anak yang sangat cerdas dan pekerja keras. Di waktu senggangnya ia akan membaca jurnal-jurnal politik dan teknologi dan bila sedang berduaan saja dengan Ratu Avantika ia akan bertukar pikiran dengan sang Ratu. Tidak heran bila di usianya yang sangat muda, ia telah dipercaya dan dihormati oleh banyak orang. Walau ia adalah anggota termuda yang masuk jajaran pemimpin di Vayu, Vendarshi tidak disepelekan oleh pemimpin lain. Sehingga jabatannya sebagai wakil Ratu tidak pernah dipertanyakan oleh pimpinan di bidang lain.
Berbeda dengan Kerajaan Shohei, Selkie, dan Mahkah yang belum memiliki sistem pemerintahan yang jelas, Kerajaan Vayu yang jauh lebih maju sudah mulai memiliki tatanan pemerintahan yang jelas. Jabatan dari Ratu, Wakil Ratu, mentri, jendral, dan pemimpin divisi sudah mulai terbentuk dengan baik walau masih belum stabil. Ratu Avantika dan Putri Vendarshi-lah yang mengelola jajaran pemerintahan itu dengan baik dan apik.
Vendarshi melihat sekelilingnya dan memperhatikan banyak pekerja sedang lalu lalang di sepanjang koridor Istana Kulon Vayu. Pandangannya terhenti pada sebuah pintu besar yang saat ini terbuka lebar. Vendarshi bertanya-tanya dalam hatinya karena sebelumnya pintu itu tidak pernah dibuka oleh siapapun.
“Kak Kusuma, pintu ke ruang manakah itu?”, tanya Vayu sambil menunjuk pada ruangan itu.
Kusuma yang sebelumnya sedang memperhatikan para pekerjanya langsung mengalihkan pandangan pada ruangan yang ditunjuk oleh Vendarshi. “Oh ruangan itu.. Itu ruangan tempat menyimpan kerajinan tangan Ratu Avantika. Putri tahu betulkan kalau dulu Ratu sangat suka sekali dengan kerajinan tangan. Semua kerajinan tangan dari kayu maupun emas kami simpan di sana. Tapi karena tamu yang datang saat ini sangat banyak, Ratu memutuskan untuk memindahkan semua kerajinan ini ke Istana Kidul supaya ruangan ini dapat digunakan untuk penyimpanan barang para tamu.” jelas Kusuma.
Vendarshi yang memiliki rasa ingin tahu tinggi memasuki ruangan itu. Ia melihat banyak pekerja pria sedang berusaha memindahkan kotak-kotak kayu berisi kerajinan Ratu Avantika. Sambil menghindari beberapa pekerja yang lalu lalang, Vendarshi mengitari ruangan yang cukup besar itu. Ia melihat beberapa kerajinan tangan Ratu yang sudah lama sekali tidak ia lihat. Beberapa kerajinan diberi kotak kaca sehingga ia dapat melihatnya. Ia berjalan sampai ke bagian ruangan paling dalam dan menemukan sebuah kerajinan yang sangat indah. Dalam sebuah kotak kaca yang besar itu tersimpan kerajinan emas berbentuk topeng. Topeng yang berukirkan bunga dan sulur tanaman itu terlihat sangat indah. Di bagian dahinya tersemat batu Zamrud hijau seakan melengkapi keindahannya. Mulut Putri Vendarshi menganga melihat keindahan dan detail ukiran di topeng itu.
“Anda menyukainya,Putri?”,tanya Kusuma yang tiba-tiba ada di sampingnya. Putri Vendarshi terlihat shock dengan keberadaan Kusuma yang tiba-tiba. Ia mengangguk pada Kusuma setelah itu.
“Saya masih ingat betul, dulu Ratu menghabiskan tiga hari dan tiga malam untuk menyelesaikan kerajinan ini. Setelah selesai Ratu memamerkannya pada semua orang di pavilliunnya saat itu.”, jelas Kusuma pada Vendarshi.
Pada kotak kaca itu terdapat sebuah keterangan yang diukir pada batu. Tulisan khas bahasa Vayu itu bertuliskan ‘Sing Gedhe’ berarti Yang Agung.
“Apakah boleh aku memilikinya?”, tanya Vendarshi pada Kusuma tanpa berpikir. Namun sedetik kemudian Vendarshi menyadari kelancangannya itu. “Maaf! Tidak seharusnya aku berkata seperti itu.”, ucapnya terlihat panik.
Kusuma tertawa kecil, “Putri bisa memintanya pada Ratu. Saya pikir Ratu pasti senang jika ada yang tertarik pada karyanya.”
Vendarshi kembali melihat topeng itu dengan takjub seakan tersihir olehnya. Kusuma memperhatikan Putri itu dengan wajah bahagia. Dirinya bangga pada Putri yang telah ia rawat sepuluh tahun itu. Matanya selalu memancarkan semangat dan keingintahuan, siapapun yang melihatnya seakan dapat ikut merasakan aura positif dari Sang Putri. Inilah mengapa mereka sangat menghormati dan menyayanginya.
“Oh ya,Putri. Saya ingin menanyakan dekor untuk kamar masing-masing bangsawan karena saya tidak tahu tingkatan dari bangsawan itu.”, tanya Kusuma setelah teringat alasan ia mencari sang Putri.
“Ratu bilang bangsawan yang akan datang 1 Raja, 1 Ratu, 1 Duke, dan 2 orang anak Marquis. Untuk 1 Duke itu berikan saja kamar yang seperti biasa karena yang datang adalah Duke Demetrios.”, terang Vendarshi. “Sebaiknya aku ikut membantu dalam penataan ini karena Raja Urie dan Ratu Jeevika akan datang. Ayo Kak Kusuma, kita lihat ruangan yang akan digunakan.”, lanjut Vendarshi sambil mengajak kepala pelayan Kusuma untuk keluar dari ruangan itu.
---
“Kapan kita akan sampai?”,tanya Jeevika dengan nada datar. Dari sejak malam hari, Ia dan Demetrios terus berargumen mengenai transportasi gila Demetrios. Siang ini Ratu Jeevika sudah pasrah dan tidak memiliki tenaga lagi untuk berargumen dengannya.
“Masuklah ke dalam kereta. Sebentar lagi kita sampai.”, balas Duke Demetrios yang sudah sama lelahnya dengan Ratu Jeevika. Apalagi setengah tenaganya ia habiskan untuk kekuatan pendorong transportasi itu.
Ratu berambut biru tua itu tanpa mengoceh langsung berjalan ke kereta kudanya. Urie tersenyum canggung saat melihat keduanya. “Apakah benar kita akan segera sampai?”,tanya Raja Urie pada Duke Demetrios.